“DEVAN ATONIO! Jika kau berhenti bermain dan berlari aku akan membuatkan makan siang yang lezat untukmu! Jadi bantu aku membereskan mainanmu!!!”
Aku memijat keningku yang selalu berkerut karena tingkah Devan yang akhir akhir ini sangat aneh. Maksudku minggu pertama aku menjadi pengasuhnya adalah hal yang menyenangkan dan membahagiakan, melihat tingkahnya yang sangat baik dan patuh terhadap perintahku seperti anak yang baik, benar-benar membuatku terbantu dalam bekerja. Tapi sekarang.....
Bahkan aku menghela nafas sangat banyak dengan tingkah absurdnya. Contohnya saja.. ketika devan memintaku memandikannya untuk pertama kali. Jangan tanya betapa syoknya aku ketika mendengar itu dari mulutnya. Dan untung saja aku bisa menghindari kejadian itu terjadi dengan mengatakan jika devan sudah dewasa dan tidak seharusnya dimandikan lagi...... tapi sekarang.... Devan berlarian seperti anak kecil, menghindariku ketika menyuruhnya untuk membereskan mainannya yang banyak di lantai. Aku tau pak fet menyewa pembantu untuk melakukan ini. Tapi tetap saja untuk mengajarkan pada Devan apa yang benar dan yang salah in juga diharuskan...
“sepertinya aku harus membereskannya sendiri...” ucapku, aku mengambil beberapa mainan yang berserakan mulai dari yang didekat kakiku, kemudian memasukkannya ke dalam kotak. Aku melakukan hal itu berulang kali, ketika aku masih melirik pintu-berharap Devan bisa kembali-membantuku, ternyata dia juga masih belum muncul. Sepertinya mainan yang kupungut juga hampir separuh... aku merasakan sesuatu bergetar di dalam sakuku, ah ternyata ada panggilan dari Lea....
Aku mengangkat telpon itu da mengapitnya diantara telinga dan bahu kiriku.
“kakak!!!!”
“oh astaga, bisakah kau tidak berteriak seperti itu!” ujarku berbisik dan menekankan setiapp kalimat padanya, sembari melakukan pekerjaan memungut mainan Devan.
“ini sudah dua minggu dan kakak masih belum kembali ke rumah... apa kakak tidak bisa mengambil cuti sebentar saja?”
“aku tidak bisa Alea.... aku sibuk, jangan menelponku lagi”
“tu...tunggu kakak..... aku-aku hanya ingin bertanya sesuatu hal yang peting....”
“hal penting?”
“ya... ini mengenai se-sesuatu?”
“apa Jerry melakukan hal ya memalukan lagi disekolahmu? Atau apa pria brengsek itu mengganggumu lagi di malam hari?”
“waahhh bukan- maksudku ini suatu yang lain... itu seperti-“
Tuut.....ini aneh, Lea mematikan telponya? Tapi kenapa? Dasar dia menelponku diwaktu seperti ini. Dan akhirnya membuatku penasaran dengan keadaannya. Untung saja pak fet menepati janjinya padaku, lea aman sekarang, karena beberapa hari aku menghubunginya dan bertanya tentang pria brengsek itu. Ternyata Lea sudah tak diganggu lagi. Dan itu membuatku tenang dalam bekerja. Tapi anehnya kenapa dia mematikan telponku begitu saja? Karena aku khawatir aku mengirimkan pesan pada Lea agar bisa menghubungiku lagi nanti dan menjelaskan kenapa dia tiba-tiba saja mematikan telpon.
Prank!!!
Bunyi sesuatu yang pecah!!!
“ya ampun Devan!!!”kepalaku tiba-tiba menoleh ke arah sumber suara, dan itu devan. Pria itu terduduk di dekat pecahan kaca-lebih tepatnya teko kaca yang kuletakkan di sana utuk kami berdua minum-naasnya sudah berakhir di lantai dengan bentuk pecahan -pecahan kaca kecil yag suda tak berguna. Padahal aku suka sekali bentuknya.... sial! Bukan saatnya utuk menangisi itu
Aku berlari ke arah Devan, dan menghindari beberapa beling kaca agar aku tidak menginjaknya. Aku memperhatikan Devan dari atas sampai bawah, sepertinya dia terjatuh karena menyenggol meja dan berakhir terduduk di dekat pecahan kaca ini.
“apa kamu baik-baik saja? Oh ya ampun tanganmu!” aku mengambil tagan Devan dan segera berjongkok di sampingnya meletakkan tangan itu di pangkuanku. Tangannya terluka karena pecahan kaca itu! “iss Devan Antonio, sudah berapa kali aku mengataka padamu untuk tidak berlari seperti itu? Sekarang berdiri dan duduklah di sofa, tunggu aku dan jangan bergerak, aku akan mengambil kota p3k untuk mengobatimu”
Untung saja Devan menuruti perkataanku, kalau tidak ,mungkin kepalaku akan bertambah sakit lagi.
Aku duduk disebelah Devan setelah mengambil beberapa yang diperlukan untuk merawat lukanya seperti baskom berisi air dan juga kotak p3k untuk mengobati lukanya agar tidak terjadi infeksi.
“kenapa kamu begitu ceroboh? Tidak biasanya kamu seperti ini Devan...” ucapku sembari membalut lukanya dengan perban-setelah aku membersihkannya degan alkohol. Ucapanku ini memang benar. Devan bukan seorang yang ceroboh, buktinya saja selama seminggu aku mengenalnya Devan termasuk orang yang teliti dibanding diriku, tapi nyatanya sekarang berbanding terbalik dengan pemahaman dan ekspektasiku. Devan seolah-olah berbeda, akhir-akhir ini dia bersikap nakal dan tak mau menuruti perintahku sama sekali.
Aku selesai memakaikan perban itu pada Devan, kali ini aku akan bersikap tegas padanya untuk tidak melakukan hal-hal aneh dan nakal lagi. Aku memperhatikan wajah Devan, ekspresinya padaku benar-benar hampir tidak terbaca sama sekali. Aku mengerutkan kening untuk mencoba membaca apa yang dipikirkan Devan sekarang. Dia benar-benar menatapku dengan mata tajamnya itu, tapi tatapan itu menunjukkan kemarahan serta kesedihan....apa aku melakukan sesuatu kesalahan? Sekarang apa lagi ini?!!
Tenang Karin.... kau harus sabar pada pria ini...
“tunggu sebentar...” ujarku pada Devan dengan nada lelah akan sikapnya yang kekanakan, shit aku lupa jika dia masih anak-anak! Aku membereskan baskom berisi air itu yang sudah berwarna seperti darah. Luka Devan memang tidak dalam dan mampu dibersihkan degan alkohol saja, namun nanti aku akan meminta bantuan pada pak fet agar dia bisa diperiksa oleh dokter pribadinya.
Kemudian kota p3k yang kugunakan tadi. Kutaruh itu di atas meja dapur begitu saja. Kemudian kembali malangkah ke tempat Devan yang sedang bermenung. Aku benar-benar tidak bisa menebak gejolak emosi tiba-tiba ini. Dia bahkan sekarang sedang memperhatikan tangannya yang sudah kuperban tadi. Aku duduk disebelah Devan, kemudian mengambil tagannya dan membawa tagan itu ke depan mulutku. Aku memberikan tiupan ringan dan mengucapkan beberapa mantra penyembuh yang biasa kulakukan untuk Lea.
“wahai luka yang menyebabkan sakit, cepatlah sembuh dan jangan membuat orang yang kusayangi merasakan sakit lagi” bisikku, namun sepertinya dapat didengar oleh Devan, terakhir aku meniup luka Devan sebanyak tiga kali. “nah sudah sembuh....”
“maaf...” aku mendengar suara Devan yang seperti berbisik, sepertinya dia menyesali perbuatannya.
“tidak apa-apa, sekarang kita harus ke kamarmu untuk beristirahat oke?” ujarku menenangkannya, mungkin Devan sekarang sedang merasa bersalah karena membuatku kerepotan akan sikapnya. Aku membantu Devan untuk berdiri kemudian menggiringnya mengikuti langkahku untuk menuju lantai dua, ketika sudah berada dikamarnya, Devan duduk diatas ranjangnya, tapi masih belum ada perubahan ekspresi dari diri Devan, dia masih menekuk wajahnya dan ekspresi rasa bersalah itu masih bertengger ria di sana. Sekarang dia merasa bersalah. Aku mendudukkan diriku disamping Devan kemudian merapikan bantal agar pria besar ini bisa beristirahat.
“aku ingin tidur di pangkuanmu Karin, bolehkah?” kilah Devan ketika aku ingin menyuruhnya berbaring di kasur. Well, aku sebenarnya sudah tahu ini, dia tidak akan bisa tidur, jika kepalanya tidak berada di pangkuanku. Sebenarnya aku akan memasak sesuatu untuk perut kami nanti siang, tapi sepertinya Devan saat ini tidak akan membiarkanku pergi. Dulu memang biasanya pak fet akan langsung menyediakan makanan, tapi aku saja yang bersikeras untuk memasak semuanya sendiri, karena terakhir kali mereka menyiapkan makanan, malahan mungkin nanti akan membuat Devan mengamuk karena bertemu dengan orang luar, lagian kami hanya berdua saja dalam rumah ini, jadi memasak porsi kecil dan bergizi tidaklah sulit untuk aku lakukan.
Akhirnya aku bisa mengangguk dan menerima permintaan Devan. Aku bergeser agak ke belakang, dan berakhir di tengah-tengah ranjang besar ini, Devan juga mengikutiku, dia merangkak mendekat dan kepalanya berlabuh diatas pahaku. Aku mengusap kepala Devan yang ditumbuhi rambut yang lebat. Sepertinya rambutnya juga sudah mulai panjang. Terakhir kali aku melihatnya adalah di sebuah majalah dengan judul besar ‘karisma sang CEO’ itu adalah salah satu majalah terkenal dikalangan penduduk +62 saat ini dengan tingkat popularitas setara dengan majalah nasional.
Waktu itu dia bergaya dengan rambut ala oppa-oppa Korea yang memang lagi Hits. Aku yakin itu bukanlah style yang cocok dengannya. Aku bahkan sempat tertawa dengan penampilannya yang tak mau dikalahkan zaman, tapi aku juga tak bisa kuungkiri jika style itu cukup cocok untuknya. Buktinya saja Devan berhasil menarik miat para pembaca majalah itu cukup signifikan dibanding bulan lalu. Jujur aku cukup menaruh minat pada pria yang sedang mencoba tidur di pangkuanku ini sekarang. Dan setelah majalah itu keluar.... tidak ada berita mengenai Devan Antonio lagi, dan sekarang aku tahu apa yag terjadi pada pria yang cukup kukagumi ini.... dia mengalami kecelakaan besar hingga menghilang 4 bulan lamanya. Tapi anehnya perusahaannya masih bisa terkendali. emmm mungkin pak fet adalah orang yang berbakat dan sangat setia pada Devan, sehingga masih bertahan disisi Devan Antonio yang sedang lemah.
“Karin...aku minta maaf” ujar Devan yang membuyarkan lamunanku. Seketika aku menoleh padanya.
“jangan berbuat seperti itu lagi, kamu benar-benar membuatku sedikit sibuk” yah, aku benar-benar berperan sebagai seorang ibu sekarang, dengan tingkah konyolnya aku bisa stres kapan saja. Aku juga tidak marah pada Devan karena sikapnya itu, karena aku menikmati setiap detik kebersamaan kami. Semuanya terasa sangat membahagiakan dan juga..
Aku tersenyum pada Devan dan mengelus keningnya.. kali ini kepalanya dia hadapkan keatas memandangiku dengan tatapan bersalah” tidurlah... kamu harus istirahat oke?” Devan mengangguk seperti anak kecil dan memejamkan matanya. Aku bisa melihat jika dia menikmati sentuhan tanganku di kepalanya.
Tiba-tiba saja aku merasakan jika sesuatu bergetar kembali di sakuku. Ini pasti Lea, kuharap dia bisa menjelaskan sikapnya yang membuatku khawatir tadi. Aku mengangkat telpon itu.
“kenapa kau mematikan telpomu-“
“maafkan saya jika saya lancang, saya adalah Arthur, gurunya Lea, saat ini Lea sedang bersama saya, saya janji jika nanti saya akan menjaganya-“ suara seorang pria!!!!! Alea kau kali ini perlu menjelaskan sesuatu padaku!!
“maaf kakak, pria tidak sopan itu mengambil telponku begitu saja-“ suara Lea? sepertinya mereka sedang berebut telpon satu sama lain.
“saya akan sangat senang jika Anda memberikan saya izin untuk membawa Lea siang ini, ada sesuatu yang ingin saya bicarakan dengannya” dan sekarang suara pria itu lagi, hah aku bahkan belum mengucapkan sepatah kata pun!
“tidak bisakah kalian berbicara dengan normal dan berhentilah bertengkar dan merebut telpon ini” aku menekankan setiap kalimatku dengan jelas tapi tidak dengan disertai teriakkan, karena sepertinya Devan sudah hampir tertidur.. ya ampun... apa kalian tahu seberapa rumitnya untuk menidurkan beruang besar ini! Aku bahkan sudah sangat sakit kepala dengan semua tingkah konyol yang kudapatkan hari ini.
“ba-baik kakak, kumohon kak, jangan izinkan dia bersamaku, ini akan menjadi masalah besar jika aku-“
“lea...berikan handponemu pada laki-laki itu” ujarku menyelanya langsung.
“aku yakin kakak adalah orang yag terbaik!”
“alea!”
“baiklah...”
“aku adalah kakaknya Lea, apa maksud Anda ingin meminta izin pada saya membawa Lea siang ini?” ucapku ketika telpon itu sudah terdengar suara laki-laki yang berinteraksi dengan Lea tadi.
“saya sangat mengharapkan izin Anda untuk membawa Lea siang ini karena, dia bisa saja berada dalam bahaya jika terus-terusan berada di sekolah sekarang” apa maksud pria ini?
“aku butuh alasan yang jelas kenapa Anda bersikap seperti ini pada adik saya yang sebenarnya adalah murid Anda”
“apa Anda tau Bramasta? Pria itu yang mengejar Lea sekarang dan dia sudah menyelinap ke dalam sekolah, anak buah yang Anda kirimkan untuk menjaga Lea juga sudah terbunuh olehnya” aku bisa mendengar suara telpon itu dengan jelas, tapi seketika taganku kaku dengan penjelasan pria itu, sejauh mana dia tahu mengenai Bram? Kenapa dia bisa mengetahui jika Lea sedang dikejar oleh pria brengsek itu?
“kau-bagaimana kau tau itu?”
“Anda tidak bisa mengelak dari situasi ini, tapi saya akan janjikan keamanan pada Lea, sebagai murid saya agar tidak disentuh oleh orang itu” aku menarik nafas dalam-dalam mendengar penjelasan pria ini, aku bahkan harus memijit tulang hidungku berkali-kali menimbang keputusan yang tepat. Apa ini akan berhasil? Atau jangan-jangan ini sama saja degan keluar lubang buaya masuk lubang singa?
“berikan telpon itu pada Lea” aku menunggu beberapa saat setelah aku yakin telpon itu berada ditangan adikku aku langsung mengatakan padanya bahwa...
“aku mengizinkan gurumu itu membawamu Lea”
“apa!! Kakak tidak bisa melakukan itu... dia adalah psikopat gila yang sangat membenciku!! Bisa-“
“alea... dengarkan kakakmu untuk sekarang, ikuti kata-kata sir Arthur, dia akan menjagamu... katakan padanya jika terjadi sesuatu padamu, maka aku tidak akan tinggal diam okey?”
“tapi-“
“alea.... kakak mohon....”
“baiklah” dan akhirnya Lea mematikan telpon itu, dan dia mengucapkan kalimat terakhir itu seperti orang yang frustrasi. Setidaknya untuk sekarang aku bisa mempercayai Arthur untuk menjaga Lea, dari ungkapan dan nada bicaranya, sepertinya dia adalah orang yang bertanggung jawab dilihat dari apa yang dia tahu mengenai Bram, aku bisa asumsikan jika pria itu pasti akan melindungi Lea apa pun yang terjadi. Dan jika dia macam-macam dengan Lea, maka aku akan minta pada pak fet untuk menghukum pria itu.
Aku menyimpan kembali handphone ku di saku. Kemudian tanganku kembali mengelus kepala devan. Agar dia tenang, karena sedari tadi aku merasakan jika Devan bergerak gelisah selagi aku menelpon dengan Lea. Andaikan semuanya semudah membalikkan telapak tangan mungkin kudisiku yang sekarang akan jauh dari kata rumit. Aku tidak perlu lari dari Bram dan juga mengubah nasibku dengan mendirikan sebuah Cafe di tepi jalan. Dan juga tidak akan pernah berurusan dengan yang namanya Devan Antonio-beserta sikap absurdnya yang membuatku sakit kepala.
“Karin....”
“ya? Apa kamu perlu sesuatu?” aku memperhatikan Devan yang bangkit dari tidurnya, sekarang dia sedang duduk didepanku. Apa terjadi sesuatu pada tangannya? Apa itu masih sakit?
“aku sebenarnya tidak suka jika kamu mengabaikanku Karin, aku tidak suka itu, aku ingin kamu memperhatikanku aku sangat ingin kamu bersamaku” ujar Devan dengan wajahnya yang kali ini ditekuk... jadi itu alasan kenakalan dan sifat tidak rasionalnya selama ini? Karena aku mengabaikannya?! Apa dia tidak tahu jika ku menelpon dengan Lea hanya dua kali dalam 1 hari dan semua jam dan detik yang kuhabiskan bersama Devan lebih banyak daripada dengan Lea!! Aku kembali memijit keningku. Sakit kepalaku kambuh lagi.
Ini cukup lucu sebenarnya, hanya karena aku mengabaikannya dua atau tiga kali dia bersikap seolah-olah aku mengabaikannya ratusan kali.
“maafkan aku karena tidak mengerti perasaanmu Devan, aku hanya sedang khawatir dengan adikku beberapa waktu ini dan sempat mengabaikanmu, aku benar-benar minta maaf emmm?” ucapku langsung dengan memperhatikan wajahnya. Setidaknya dengan aku menerangkan dan meminta maaf dengan ini Devan akan senang dan tidak marah lagi padaku.
Devan mengangguk sebagai jawabannya dia tersenyum memperlihatkan deretan gigi putihnya padaku. Bibir tipis itu membentuk lengkungan busur yang memikat hati setiap orang. Lebih tepatnya itu adalah senyuman tulus dan polos hasil dari pemikiran anak kecil. Syukurlah sekarang satu masalah sudah selesai, dan sekarang masalah Lea, dan aku harus membicarakan ini pada pak fet nanti malam.
“terima kasih karena sudah bersamaku Karin..” dan pada akhirnya Devan memelukku, kami sama-sama mengucapkan maaf atas keegoisan masing-masing walaupun ku tau jika ini adalah keegoisan beruang besar ini semata. Tapi mengingat kondisi Devan yang sekarang membuatku maklum dengan sikap over protektifnya ini. Devan memelukku dengan tangan besarnya dan mendaratkan kepalanya pada leherku, dan aku membalas setiap perlakuan Devan dengan cara yang sama.
Kuharap semuanya bisa kembali normal dan membaik, aku pun juga ikut berdoa untuk Devan. Semoga dia bisa kembali menjadi pria penakluk wanita yang selalu dirumorkan banyak orang.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
atmaranii
crtany bgus tp trllu banyak kta2 yg sprti prolog
2021-06-07
2
MandaNya Boy Arbeto❤️
lanjut Thor 😊
2021-04-21
3