Beberapa jam yang lalu..
Tatapan tajam itu mengerikan, aku bisa merasakan aura kegelapan dan penuh dengan permusuhan yang keluar dari dalam diri Devan, rasa takut itu membebani jiwaku. Pertahanan dan rasa percaya diriku yang tadi runtuh seketika. Kakiku gemetar, aku mencoba mendominasi disini-menatap matanya-tapi ketika sekilas saja mata kami bertemu, tubuhku mendingin seketika. Sekarang aku mengerti kenapa banyak orang yang gagal menjinakkan beruang besar ini. Dia mengerikan seperti monster.
Aku mencoba melangkah mundur, ketika kulihat ke belakang, ternyata kotak besar itu sudah dua langka dari posisiku. Dan sialnya lagi, Devan Antonio-walaupun tak bergerak sedikit pun-dia hanya menatapku. Tapi tatapannya itu mampu mendorongku ke jurang tekanan dan penyiksaan yang dibuatnya sendiri. Aku mencoba melangkah mundur kembali, dan akhirnya melupakan apa yang ada di belakangku....
WAAAAA.....
“benar-benar menyebalkan!!! Aku tidak tahu apa yang akan kau lakukan, dan berhenti menatapku seperti itu dasar bodoh! Aku tahu kau adalah orang yang memiliki banyak uang dan kekuasaan tapi setidaknya hargai aku sebagai manusia di sini, aku bahkan tidak melakukan kesalahan apa pun...” kata-kata itu terlontar begitu saja dar mulutku, itu sebenarnya terjadi spontan begitu saja. Dan aku merutuki kecerobohan dan kebiasaan mulutku yang lancang. Posisiku sekarang adalah terjatuh diatas kardus besar yang berisi mainan, bagiannya yang penyok karena ulah tubuhku seketika membuatnya tidak berbentuk lagi. Tapi tentu saja bukan hanya kardus itu yang kesakitan tapi punggungku harus kena imbasnya karena tusukan tajam dari beberapa mainan balok kayu dan juga robot-robotnya.
Tidak itu tidak penting sekarang, aku harus.....
“kamu tidak apa-apa?” ya TUHANNNNNNNNNN!!!!!! Ekhem baiklah... aku akan mencoba menenangkan diri, walaupun tubuhku benar -benar terkejut dengan apa yang terjadi pada Devan Antonio. Yap dia sekarang menghampiriku dan berjongkok di depanku, dengan wajah, tatapan dan ekspresi yang berbeda. Jika awalnya tadi dia menatapku dengan tatapan yang mengerikan dan ekspresi wajah yang menakutkan, kali ini dia menatapku dengan tatapan bersalah dan dengan ekspresi kekhawatiran. Awalnya aku terkejut dengan perubahannya, takut-takut jika ini adalah salah satu tipuan dari Devan untuk mempermainkanku. Tapi aku kembali mengingat kata-kata pak fet....’tuan akan langsung mengamuk jika berhadapan dengan orang yang dianggap aneh dan jahat olehnya’
Dan sekarang aku mengerti kenapa itu terjadi denganmu pak fet.... tapi kenapa Devan langsung bersikap seperti ini, setela dia mengeluarkan tatapan permusuhan padaku beberapa menit lalu.
“apa kamu tidak apa-apa?” kali ini dia mencoba mengulurkan tangannya padaku karena aku hanya bingung dan masih membisu karena keterkejutanku barusan. Segera saja aku menepis tangannya yang hampir saja menyentuh wajahku. Aku kembali memperhatikan wajah Devan yang mulanya mengeluarkan ekspresi terkejut, berlanjut pada ekspresi yang kembali mengerikan. Ini berbahaya!
Alarm di otakku aktif seketika, aku mengambil inisiatif untuk bergerak dari posisiku yang tadi dan duduk di depan Devan. Kali ini jarak kami sangat dekat, kuperhatikan wajahnya sudah sedikit lebih tenang, mungkin saja karena aku mendekat bukan menjauh seperti orang yang akan lari ketakutan setelah melihat seorang monster. “itu tadi benar-benar sakit...” aktingku dimulai dari sini, seharusnya jika Devan menunjukkan kepedulian diawal dan menanyakan keadaanku, maka aku sudah mendapatkan satu poin simpati darinya. Searusnya untuk menunjukkan ke tidak berdayaanku sekarang maka, akan mudah mendapat simpatinya nanti. “tapi sekarang itu tidak apa-apa, terima kasih sudah membantuku” dan selanjutnya aku harus melakukan kontak fisik agar Devan merasakan rasa terima kasihku. Aku akhirnya mengambil tangan besarnya yang kutepis tadi, dan menggenggamnya dengan erat, sembari tersenyum-
“kau adalah orang yang sangat baik....” ucapku mengakhiri, dan finalnya, aku harus memperhatikan perubahan dari Devan, seharusnya ini berhasil jika otaknya memang kembali pada masa usia anak-anak. Aku tidak bisa mengatakan sepatah kata pun mengenai Devan sekarang, dia membuatku terkejut dengan perlakuan yang tiba-tiba ini, dia....memelukku! Rasa sesak dan juga aneh bercampur begitu saja. Pelukan Devan memang sangat erat dan itu membuatku sesak nafas, tapi rasa aneh tersebut menyergap hatiku. Ini nyaman. “apa aku mau jadi temanku? apa kau mau bermain denganku? Apa kau akan tinggal di sini bersamaku?” pertanyaan bertubi tubi itu keluar dari mulut Devan. Aku bisa mendengar dengan jelas bahwa itu bukanlah sebuah pertanyaan.... tapi permintaan seorang anak kecil yang hidup dalam kesendirian. Intinya Devan Antonio, dia kesepian.
“aku tahu kamu anak yang baik... tapi ingat jangan perah menatapku seperti itu.. itu benar-benar menakutkan dan sangat tidak terpuji!” aku berusaha mengurai pelukan Devan dariku. Ketika Devan sudah melepaskan tubuhku, aku mengulurkan tanganku padanya, dia menyambutnya dengan senyum yang merekah. Oh tuhan senyum yang sangat menawan dan benar-benar indah, hingga bisa membuatku terpaku.
“aku Devan...”
“oh, ya.. aku Karin, salam kenal” dan akhirnya hubunganku dan Devan menjadi baik. Devan mengajakku bermain sepanjang hari, memperkenalkanku dengan dunianya yang penuh dengan permainan. Sama seperti dunia anak berumur 8 tahunan kebanyakan. Polos dan masih belum tahu apa-apa. Bahkan Devan adalah anak yang baik, dia tidak manja dan juga cengeng. Bisa dibilang dia sudah terbiasa dengan kesendiriannya. Dan untuk pak fet, aku tidak meliatnya sama sekali. Bahkan ketika waktu makan siang tiba, hanya ada makanan di meja makan. Tidak ada siapa pun di sana. Semuanya tersaji begitu saja seperti sihir.
Aku tahu ini adalah ulah pak fet, dan kadang aku jadi merasa kasihan padanya, tanpa pak fet bilang pun, aku tahu jika dia sangat menyayangi Devan sama seperti anaknya sendiri. Tapi karena tak mau Devan mengamuk, pak fet sengaja menghindar untuk sementara waktu, melindungi Devan dari jauh agar tidak terluka adalah pilihan yang bagus untuk sekarang.
...****************...
Hah, begitulah yang terjadi antara aku dan Devan, kami sekarang teman. Aku tahu ini benar-benar aneh untuk disebut sebuah hubungan pertemanan... tapi inilah kenyataannya. Setelah menceritakan pada pak fet apa yang terjadi, beliau tidak menanyakan apa pun lagi setelah itu. Apa dia percaya pada ucapanku? yeah tentu saja, itulah seharusnya yang masih bisa pak fet lakukan untuk Devan, yaitu percaya padaku, satu satunya orang yang diterima oleh Devan untuk dekat dengannya. Aku tidak bisa mengatakan jika aku bangga ataupun merasa bersalah karena mendapatkan kesempatan ini. yang jelas ini benar-benar menguntungkanku dalam artian finansial. Baiklah aku akan jujur, jika pak fet memberikan gaji minggu pertamaku, ditambah dengan bonus sekitar 10 juta rupiah.
Aku mendadak menjadi seorang jutawan dalam sehari, yang memalukannya adalah taganku tiba-tiba bergetar ketika menerima cek dari pak fet. Ini lumrah dan lazim terjadi pada orang yang tak pernah melihat cek sebayak itu termasuk diriku sendiri. Tak heran aku bisa melihat sekilas pak fet tersenyum kearahku, hanya sekilas, sepertinya dia menertawakan kebodohanku....
“nona...kita sudah sampai di tempat tujuan yang anda sebutkan tadi” itu suara Sebastian, pria yang kutahu ditunjuk oleh pak fet agar mengantarkanku pulang dengan selamat. “terima kasih karena suda mengantarku” aku tersenyum padanya yang melihatku melalui kaca depa mobil.
“apa nona akan turun disini? Bukankah daerah ini adalah ujung pasar dan tidak ada rumah ataupun tempat kos disini?” tanya Sebastian padaku, yah dia memang benar, ini adalah ujung dari daerah pasr tradisional disini, dan jika dilihat memang tidak ada perumahan di sekitar sini sama sekali, ternyata pak fet menunjuk orang yang berbakat untuk menjagaku. Tapi tentu saja rumahku buka disini.
Setelah dari pasar ini aku akan menelepon jerry agar bisa mengantarku pulang ke rumah. Bagaimanapun jika aku pulang dengan tumpangan mobil mewah akan sangat mencurigakan bagi banyak orang nantinya, terutama..... dia.
“nona? Apa benar disini? Apa saya membuat kesalahan?” Sebastian kali ini mencondongkan tubuhnya ke belakang mengadapku. Aku hanya menggeleng memberikan jawaban. Kemudian tersenyum padanya. “tidak ini alamat yang benar. Aku ada urusan di sini jadi aku akan bertemu dengan temanku”
Tak kulihat lagi jika Sebastian curiga, dia akhirnya mengangguk menyetujui keputusanku, ”saya harap Anda bisa pulang dengan selamat” aku mengangguk dan mengucapkan terima kasih untuk kedua kalinya. Keputusanku untuk tidak diantar ke rumah oleh Sebastian adalah keputusan terbaik untuk saat ini. Ku pandangi kepergian Sebastian mengendarai mobil mewah itu, melihat bagaimana mobil itu menjauh, setiap detiknya semakin kecil dan menghilang dari pandanganku.
Yah ini sudah waktunya aku menunggu Jerry, ojek pribadi, sekaligus teman yang kukenal di dunia ini. Jerry juga merupakan salah satu orang yang selalu ada untukku, meski kesulitan dengan hidupku yag sekarang dia banyak menolong disaat susah. Contohnya saja ketika Lea hendak masuk ke SMA swasta yang banyak memakan biaya, memang adikku itu adalah orang yang mendapatkan beasiswa masuk sekolah bergengsi itu, tapi bayaran lain seperti uang makan dan uang komite satu tahun tidak dianggung pihak pemberi. Alhasil aku harus berhutang pada Jerry untuk biaya itu.
Dan nampaknya pria itu juga tidak keberatan, dari hasil pengamatanku sepertinya dia menyukai Lea-adik kecilku itu- sepenuh hatinya. Dan aku pun juga tidak bisa melarangnya untuk tidak menyukai Lea, jujur kuakui dia juga pria yang baik. Jadi jika dia bisa membuat Lea bahagia, maka aku tidak akan keberatan untuk menjadikannya adik iparku.
“Karin....jangan bilang jika kau melamun lagi kali ini?” aku menolehkan kepalaku pada sumber suara itu, ternyata itu adalah Jerry. Dengan pakaian santai dan celana jeans yang simpel membuat Jerry kelihatan menarik di antara gelapnya malam. Aku hanya menggelengkan kepalaku dengan kelakuan ABG nya, tentu saja dia sudah berumur 30 tahun ini dan masih bersikap seperti anak remaja kebanyakan. “hei kau ingin mengejekku memakai pakaian santai favoritku lagi? Ini hanya kaus yag dipakai para remaja kebanyakan sekarang. Aku hanya ingin menunjukkan bagaimana cara bersikap yang baik di depan mereka agar mereka bisa menerima semua saranku”
Kuakui jika penampilannya kali ini memanglah seperti bocah, tapi tidak menutup kemungkinan jika itu tidak cocok dengannya, malahan itu lebih menarik jika dipakai oleh seorang Jerry, tubuhnya yang tinggi dan wajah pria dewasanya itu seperti menggemaskan jika dia memakai pakaian para remaja-remaja itu.
Aku akhirnya aku mendekati Jerry dan memukul sedikit kepalanya, dia sedikit mengaduh dan akhirnya menangkap tanganku. “tidak bisakah kita pergi sekarang, aku harus mengembalikan motor ini pada majikanku, kau mengerti?” ucap Jerry menunjuk motor yang didudukinya.
“bukankah paman tidak akan meminjamkan motor ini padamu?”
“cih, jika aku memberikan alasan karena ingin menjeputmu, dia langsung mengizinkanku memakainya dan harus segera dipulangkan dengan selamat” aku hanya ber oria menanggapi perkataannya itu dan langsung duduk di belakang Jerry. Paman-ayah Jerry- sepertinya lebih menyayangiku dari pada dia.... tapi itu tidak masalah untukku, aku malah senang mendapatkan sosok ayah yang baik dari ayahnya temanku ini. “baiklah, kau tau kan harus mengantarku ke rumahkan?”
Entah kenapa ketika aku mengatakan itu Jerry langsung mematikan mesin motornya. Suasana senang dan damai yang kurasakan tadi tiba-tiba berubah menjadi mencekam. “tidak bisakah kau dan Lea tinggal bersamaku dan ayah? Maksudku...kita bisa melaporkan orang brengsek itu ke polisi...”
Aku menggenggam bahu Jerry pelan, menangkannya. "aku tidak mau hal itu terulang kembali, jika aku bisa menghasilkan uang lebih banyak sekarang dan menyetor dengan benar tiap bulanya, aku dan lea akan aman-aman saja”
“tapi... Lea sebentar lagi akan masuk kuliah, kau perlu menyiapkan uang untuk itu, kau taukan jika Lea adalah impian terbesarmu agar dia bisa menggapai cita-citanya ?” Jerry menggenggam tanganku yang berada dibahunya dengan erat. aku memang tidak bisa melihat ekspresinya sekarang tapi, aku bisa merasakan kekhawatirannya pada nasib kami.
"Lea akan mendapatkan pendidikan yang layak nanti, aku berjanji. Kau tidak perlu khawatir akan hal itu. “aku tersenyum di dalam hati, setidaknya mempunyai 1 atau 2 teman yang bisa mengerti kondisimu sekarang adalah sebuah anugerah yang tak tergantikan.
“bagaimana caranya? Apa kau kali ini mendapatkan pekerjaan yang bagus?” dan pertanyaan Jerry itu akhirnya aku abaikan. Aku tak menjawabnya dan langsung menyuruhnya untuk menstarter motornya agar membawaku pulang segera. Tentu saja aku tidak akan memberi tahu apa pekerjaan aneh bernilai tinggi yang akhirnya aku terima. dia pasti tidak akan setuju dan langsung memintaku untuk berhenti dari sana.
***
Aku masih bingung dengan apa yang akan kujawab pada Jerry ketika dia menanyakannya kembali. Aku adalah orang dengan tipe yang tidak bisa berbohong, apa lagi pada orang yang pernah membantuku. Itu sangat mustahil kulakukan. Bahkan dalam perjalanan ini Jerry tak cerewet seperti biasanya dia diam seribu bahasa, seolah olah memarahiku dengan kediamannya.
Ada baiknya jika Jerry tidak terlalu ikut campur dalam hidupku, ini lebih baik untuknya dan juga utukku dan Lea. Setidaknya ini yang terbaik bagi kami bertiga sekarang. Ada yang bisa diungkapkan dan ada juga yang tidak bisa dibicarakan begitu saja.
Ketika aku memperhatikan malam yang begitu sunyi dan mencekam, tiba-tiba saja ponselku berbunyi, ketika kulihat dilayar siapa yang menelepon, ternyata itu adalah pak fet. Aku segera mengangkatnya,
“nona....bi...bisa kah Anda datang ke kediaman tua Devan Antonio sekarang?” aku tidak mengerti apa yag terjadi... tapi kenapa suara pak fet putus-putus?
“memangnya ada apa pak fet?”
“tuan Devan,,, dia mengamuk-“
“Jerry!!!! Putar balik sekarang, aku ingin kau mengantarku ke suatu tempat!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Lilis Ferdinan
ngasuh bayi gede,,,, tamvannn pula,,, 🤭😁
2021-06-14
4
MandaNya Boy Arbeto❤️
keren 😁
2021-04-21
2
no name
lope bngt thor
2021-04-10
2