MARAH

Aku memandang keluar balkon kamar Devan untuk menenangkan diri, meskipun ini sudah pukul empat pagi tapi aku masih tidak merasakan kantuk sama sekali. Apa aku mengidap insomnia mendadak? Tidak ini murni dari kebiasaanku yang selalu terjaga jika sedang banyak pikiran. Selain memikirkan masalah pekerjaan ini, aku juga memikirkan Lea.

 

Setelah aku menjelaskan pada Jerry mengenai keputusanku, dia hanya pasrah mendengar dan tidak lagi mendebat. Aku menekankan padanya jika aku akan baik-baik saja selama aku berguna bagi pihak Devan. Da tentu saja pikiranku bertambah ketika pak fet mengancam Jerry-jika seandainya keadaan Devan bocor keluar-maka dia akan mendapatkan ganjarannya, dan untung saja jika Jerry mau tutup mulut maka dia akan diberikan sejumlah uang. Persyaratan ini timbul karena Jerry termasuk kenalanku dan juga dia sempat berjasa mengantarku ke kediaman Devan secepat mungkin.

 

Dan karena pak fet mengetahui jika cdevan akan tiba-tiba mengamuk tanpa aku didekatnya, pak fet sedikit mengubah perjanjian kami dalam surat kontrak. Isinya memang menakjubkan dan tidak main-main. Aku tidak boleh pergi dari tempat ini sampai Devan sembuh total. Dan sebagai gantinya, pak fet membiarkan aku menjadikannya jin dalam lampu. Ah tidak, sebenarnya ini cukup sederhana. Aku bisa mengajukan 3 permintaan dan akan langsung dikabulkan sesuai kemampuan perusahaan Devan. Kecuali pekerjaan untuk berhenti menjadi pengasuh Devan-itu tidak dibenarkan sama sekali.

 

Sebenarnya aku ingin menolak, tentu saja, karena aku harus stay di sini 24 jam non-stop, dan pastinya aku tidak akan bisa bertemu dengan Lea lagi untuk beberapa waktu ke depan. Aku tidak bisa menjaganya dari....pria itu. Tapi dengan adanya klausa permintaan ini, akhirnya aku menyetujui. Dengan permintaan pertamaku...

 

“pak fet harus melindungi lea, adikku, dari pria kejam itu”

 

Dan permintaan kedua....

 

“belikan aku sebuah apartemen di dekat universitas favorit yang lea mau”

 

Hanya dua permintaan itu yang kuajukan pada pak fet. Aku bahkan masih ingat wajah bingungnya mendengar permintaanku yang cukup-mudah- untuk dilaksanakan. Tapi itulah aku, walaupun diberikan kesempatan untuk mengajukan 3 buah permintaan khusus ini, uang yang disebutkan pak fet perminggu sudah sangat bayak dan itu cuku untukku memulai kehidupanku kembali. Jadi, hanya dua permintaan yang kuperlukan. Tidak dengan yang lain.

 

-yang memberi haruslah mengerti dan yang menerima haruslah tahu diri-

 

Setidaknya Lea akan aman, jika aku titipkan pada pak fet, walaupun mungkin jika aku beritahukan pada Jerry, dia akan marah dan menentang semua tindakanku ini. Tapi untuk sekarang aku hanya bisa mempercayai pak fet dan juga Jerry....

 

“hoaaam...” aku mengucek mataku beberapa kali, hmmm, sepertinya kantukku sudah mulai timbul. Aku melangkahkan kaki menuju sofa yang ada di samping ranjang Devan. Kurebahkan tubuh lelahku, dan menarik selimut sebahu....kemudian membiarkan rasa kantuk itu mengambil alih kesadaranku, sayup-sayup, aku masih bisa melihat wajah damai Devan Antonio yang tertidur. Dia...tidak mengerikan Jerry-dia hanya perlu diperhatikan sebagai manusia, bukan monster....

 

***

Aku menggeliat, tidak nyaman. Sesuatu-seperti kayu yang panjang dan besar- melilit perutku, benar-benar keras dan sangat menyesakkan. Memeluk tubuhku seolah olah aku ini boneka yang empuk seperti bantal. Dan walaupun aku berusaha bergerak sebanyak mungkin untuk melepaskan diri, tapi tetap saja kayu itu semakin erat melilitku. Akhirnya aku membuka mata untuk melihat kenyataan tentang kayu itu-mungkin aku akan segera mengambil gergaji besar dan memotong ini menjadi pecahan kecil karena telah mengganggu tidur nyenyakku.....

 

Aku melirik ke arah perutku dan menemukan sebuah kejanggalan ternyata itu bukanlah sebuah kayu yang keras melainkan lengan seorang lelaki. Dan ketika aku memandang ke sekeliling- ini bukanlah hutan yang kumimpikan tadi- melainkan sebuah kamar yang selalu menampilkan ke maskulinitas seorang pria.. dan dari sini aku baru sadar jika yang memelukku pastilah Devan. Dan kenapa aku bisa pindah ke ranjang besarnya Devan? Bukankah tadi aku tidur di sofa?

 

Ketika pelukan yang ada diperutku bertambah erat aku berhenti memikirkan kemungkinan aku tidur berjalan dan berakhir di sebelah Devan.... pria ini yang telah memindahkanku, dasar beruang besar!

 

Aku menolehkan kepala, melihat Devan. Ternyata dia masih memejamkan matanya, ku balikkan tubuhku agar bisa menghadapnya, melihat wajah Devan begitu dekat dari sisi ini, mungkin adalah sebuah anugerah bagi wanita mana pun. Secara Devan benar-benar tampan dan sangat imut ketika sedang tertidur dengan damai seperti sekarang. Bagaimana jika aku menyentuh wajah itu sekilas? Bagaimana jika aku menyentuh hidung itu sekilas? Kelopak mata dan juga....

 

Aku memberanikan diri untuk melaksanakan apa yang aku pikirkan tadi. Dewi jahat yag ada dalam diriku seolah olah mendorongku melakukan pencabulan terhadap anak berumur 8 tahun?! Hei-hei.... dia sudah dewasa bukan? Dan hanya pemikirannya saja yang tidak beres, jadi tidak ada salahnya utuk menikmati momen langka ini sekali-kali. Ketika tanganku menangkup pipi Devan, kemudian menggembungkan kembali bibirnya seperti semalam. Aku ingin tertawa dan tentu saja memfoto ini-mengabadikan momen langka yang terjadi satu kali dalam kehidupanku- mungkin nanti aku akan membagikannya pada awak media... tidak-tidak yang ada pak fet akan langsung memenggal kepalaku karea ini.

 

“lucu sekali..” gumamku. Ketika jari-jari ku ingi menyentuh kelopak mata Devan yang terpejam, ternyata itu membuka menampilkan pupil matanya yang coklat-hitam.

 

“karin”

 

“ah, maaf jika aku membangunkanmu” oh ya ampun bahkan suaranya di pagi hari ini benar-benar seksi sekali! Bahkan aku tidak bisa menampik rumor yang beredar jika Devan di pagi hari termasuk makhluk terseksi dan memesona di alam semesta ini. Aku segera menjauhkan tanganku dari wajahnya, tapi ketika tanganku sudah menjauh beberapa senti, Devan menarik tangan kiriku dan menempelkan kembali pada pipinya itu.

 

“aku senang karin bisa disini bersamaku, kupikir kamu akan pergi lagi tadi malam, aku takut jika itu terjadi” ucap devan kembali memejamkan matanya, tiba-tiba saja devan mengelus punggung tanganku yang ada di wajahnya, seolah olah menikmati kehangatan taganku disana. Jantungku yang tadinya berdebar karena senang memainkan wajah Devan, kali ini berdebar karena gugup.

 

Ketika Devan melepaskan taganku di wajahnya dia memeluk kembali pinggangku, tapi tetap meninggalkan tanganku di wajahnya. Aku merasakan jika Devan semakin mendekat. Mendekat. Sangat dekat sekali-bukan hanya tubuhnya saja tapi juga wajahnya-membuatku gugup setengah mati.

 

Devan menempelkan keningya pada keningku, membuatku bisa merasakan nafas hangatnya. Dan itu semua membuatku merinding.

 

“Karin sudah berjanji bukan jika akan tinggal disini bersamaku?” ujarnya. Ketika devan sudah mengataka itu. Aku mencoba memberikan jarak pada tubuh kami, mataku kuusahakan agar bisa menatap ke dalam bola matanya itu. “bukankah semalam sudah kujelaskan jika aku akan tinggal disini? Kenapa kamu menanyakannya lagi?” ucapku gemas da mengalihkan tanganku untuk menoel sedikit hidungnya.

 

“semalam aku terbangun dan tidak melihat Karin di sebelahku. Aku pikir Karin pergi lagi, tapi ketika aku melihat dari balkon ternyata kamu sedang berbicara dengan seseorang-“ devan berhenti biara, aku bisa menilai dari raut wajahnya jika kali ini dia sedang marah akan sesuatu.

 

“lalu?”

 

“aku...aku marah melihat dia seperti membentakmu, aku ingin kesana, tapi aku tidak mau membuat Karin marah lagi” yah kuakui jika semalam Jerry benar-benar membentak dan menasihatiku habis-habisan, tapi itu memicu kemarahan Devan? Ini membuatku bingung.... tapi syukur saja jika akhirnya Devan tidak menuruti emosi yang ada di hatinya itu, kalau tidak Jerry benar-benar bisa habis di tangan beruang besar ini.

 

“kenapa kamu marah?” tanyaku akhirnya....

 

“dia jahat!” Devan benar-benar mengatakannya seperti anak kecil. Uhhh ya ampun Jerry, andaikan kamu tahu jika devan seimut dan juga sebaik ini, maka kamu tidak akan memanggilnya monster.

 

“dia bukan jahat, tapi dia hanya memberikanku nasihat... sama seperti aku memberikanmu pendapat dan kritikan, kamu tidak boleh marah pada orang tersebut, tapi menerima sarannya dan juga berusaha untuk menjadi orang yang baik”

 

“aku rasa dia bukan pria yang baik.... jika dia baik tidak seharusnya membentak seorang wanita” aku memicingkan penglihatanku pada Devan yang menyinggung masalah yang sepertinya merujuk pada pria dan wanita. Yah memang ini tidaklah aneh bagi kebanyakan orang mengenai seorang lelaki dewasa membicarakan permasalahan pria dan wanita. Tapi bagiku yang tahu kondisi Devan Antonio yang sesungguhnya- ini termasuk wow-ingatkan bahwa ingatannya masih terjebak di usia anak 8 tahun bukan?

 

“dia orang yang baik, da dia temanku”

Kulihat jika Devan mengalihkan  tatapannya dariku. Hmmm bisa dibilang dia marah pada Jerry tapi, karena aku membela temanku itu Devan seperti tidak terima sama sekali. Hah... dasar beruang besar yang keras kepala....

 

***

Terpopuler

Comments

atmaranii

atmaranii

sprtinya GK bneran ilang ingetin deh..pnasaran sih

2021-06-07

3

MandaNya Boy Arbeto❤️

MandaNya Boy Arbeto❤️

bneran Devan ini ilang ingatan..rada curiga aq🤔😂

2021-04-21

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!