Setelah bertemu dengan Emilia, akupun berjalan menuju ruang ganti yang ada di sebelah kamar mandi, betapa kagetnya aku melihat banyak baju yang cantik dan terlihat mewah ini.
“Waaw... Cantik – cantik sekali baju – baju ini” gumamku sambil memilih beberapa baju yang cocok untukku.
“Ini ... baju semua ini cocok dengan ukuranku” ucapku kagum lalu aku memilih baju berwarna biru muda dengan rok selutut yang sangat indah.
Setelah berganti baju aku menemui Emilia yang ternyata masih berada di kamarku
“Emilia ...“
“Iya nona”
“Apa aku cocok dengan baju ini?” tanyaku
“Cocok sekali nona... nona terlihat cantik” jawab Emilia
“Kamu juga cantik Emmilia ... ayo menemui tuan muda, Emilia” ucapku
“Baik nona” mengikuti Emilia menuju ruangan Tuan Hasasi, didalam pikiranku orang ini pasti sangat kaya dilihat dari barang – barang yang mahal dan tidak biasa seperti ini, bahkan aku berfikir Tuan Hasasi adalah orang yang sudah tua dan sudah mempunyai cucu yang banyak, aku memikirkan itu sampai tersenyum – senyum sendiri, dan Emilia menyadarinya perilakuku yang aneh.
Nona, apakah ada hal lucu sehingga nona tersenyum – senyum sendiri?” tanyanya
“Em... Tidak ada Emilia, cuma kagum aja rumah ini besar dan seperti dilapisi emas disetiap sudut ruangan bahkan dindingnya juga jadi terkesan mewah dan modern” jawabku sambil melihat – lihat isi yang ada di setiap ruangan.
“Iya ini hasil jerih payah tuan muda, sampai saat ini pun tuan muda lebih suka bekerja dari pada memikirkan wanita”
“Be...Belum menikah? Aku kira dia sudah tua dan sudah mempunyai cucu banyak” kataku sambil ketawa bercanda
“Tuan muda ini anak pertama dalam keluarga jadi tuan muda di angkat jadi CEO PT. Stun ini”
“Anak pertama?... Jadi dia masih punya banyak adik?” tanyaku
“Tidak banyak nona, tuan muda cuma punya satu adik satu – satunya” jawab Emilia
“Dimana adiknya sekarang?” tanyaku penasaran
“Dia di rumah ini juga, dulunya dia periang, ceria, manja, cerewet cuma sekarang dia suka menyendiri, pendiam, suka mengurung diri, jarang suka bersosialisasi dan tidak punya teman”
“Kok bisa mempunyai perubahan sikap seperti itu?”
“Itu karena Nona muda Lisa Stun mengalami kecelakaan mobil yang menyebabkan kakinya harus diamputasi, karena nona muda tidak terima dengan apa yang dia alami sehingga sampai sekarang nona suka menyendiri, pendiam, suka mengurung diri, jarang suka bersosialisasi sehingga dia tidak punya teman” jelas Emilia
“Kalau boleh tahu dimana dia sekarang berada?” tanyaku
Tiba – tiba Emilia berhenti dan tangannya menunjuk keluar jendela kaca yang berbentuk besar dan megah, kaca jendela itu menghadap langsung ke samudera Pasifik. Aku melihat ada seorang wanita yang duduk di kursi roda dengan memakai gaun berwarna hitam kelam, wanita itu tepat di tengah dua kolam renang yang sangat besar dan pandangan wanita itu melihat jauh ke ujung Samudera Pasifik di depannya.
“Itu Nona muda Lisa Stun” kata Emilia
“Aku kesana dulu boleh gak?”
“Boleh”
Kami pun berbelok arah kearah Nona muda Lisa Stun, dan menghampirinya
“Selamat Pagi nona muda” sapa Emilia
5 menit berlalu dan dia tidak membalas sapaan Emilia, Emilia menghela nafas panjang.
“Nona muda, ini ada teman baru yang mau berteman dengan nona muda”
Lisa Stun pun berbalik dan memandang kami penuh dengan tatapan dingin, tatapan itu lebih menakutkan dari pada Kwan Liang yang pada waktu itu mengusirku dari acara pesta ulang tahunnya yang megah dan menurutku dia wanita muda yang cantik, putih dan anak dari keluarga kaya tapi lebih terpuruk dia dari pada hal yang aku alami selama ini, dan dia remaja yang tenggelam kedalam lubang hitam yang kelam sehingga dia merasa tidak kuat dan tidak berguna hidup di dunia ini, dari tatapan mata dan raut wajahnya yang dingin menggambarkan seperti itu. Tetapi aku mencoba untuk seramah mungkin kepada Lisa Stun ini.
“Hi Nona Lisa, perkenalkan aku Fifiyan shinju, aku berasal dari Australia” kataku dengan ramah dan tersenyum sumringah sambil mengangkat tangan untuk berjabat tangan dengannya. Tetapi dianya cuma diam tanpa kata dan beberapa saat kemudian dia berkata
“Oh... Kamu partner kerja kakakku?... Deketin aku karena ingin bekerjasama dengan kakakku yang super double menyebalkan itu... Dasar para penggila jabatan”
Kata – katanya membuatku agak tersinggung, hello gua kesini gara – gara dibawa kakak lu itu dan gua gak tau cara gua untuk pulang. Sabar, kata sabar yang ada di dalam pikiranku saat ini, bagaimanapun juga kakaknya yang dia bilang super double menyebalkan itu telah menyelamatkan hidupku kemarin.
“Tidak cantik, aku datang kemari bukan karena jabatan yang kamu utarakan itu, aku sengaja datang jauh dari Australia untuk berteman denganmu. Kamu pasti kesepian kan, kakak kamu sibuk bekerja jadi tidak ada waktu buat main denganmu jadi aku kesini pengen main dengan kamu” kata – kata yang secara otomatis keluar dari mulutku entah aku bakal betah tidak berteman dengan dia.
“Yang benar?... Kamu mau jadi temanku walaupun aku tidak sempurna, ini bukan kakak kan yang menyuruhmu dan membayarmu mahal dengan berpura – pura jadi temanku?”
“Tentu saja, ti....”
“Bukan”
“Tu ... Tuan muda Hasasi Stun, kalau begitu saya permisi dahulu untuk menyiapkan sarapan” kata Emilia sambil membungkukan sedikit ke arah depan dan di jawab dengan anggukan kecil dari kepala Hasasi dan Emilia pun pergi ke dapur sehingga ia meninggalkan kami bertiga di belakang halaman rumahnya.
Perkataanku tiba – tiba dipotong oleh suara laki – laki yang seperti suara malaikat tapi tegas dan Emilia berkata dia adalah Tuan muda Hasasi Stun yang tadi tiba – tiba dari arah dalam rumah muncul sesosok laki – laki yang sangat tampan dengan gaya rambut yang agak panjang dipadukan dengan jas bewarna hitam dengan kemeja berwarna putih dan dasi berwarna hitam, tubuhnya tinggi aku saja hanya sekupingnya kalau disandingin dengan dia tetapi kulit dia berwarna putih bersih tanpa komedo bahkan jerawat, dan kalau dilihat dari gestur tubuhnya dia mempunyai perut yang seperti roti sobek, kotak – kotak yang sangat mengagumkan, aku kagum sebenarnya apakah dia beneran menolong wanita yang memakai baju kotor terkena air dan tanah yang berwarna coklat kemarin.
“Dia bukan orang yang aku bayar buat berteman denganmu, dia datang sendiri kemari menawarkan berteman denganmu, apakah aku tega mengusirnya” lanjutnya
“Benarkah?” tanyanya sekali lagi kepadaku dan kali ini tatapannya dengan penuh harapan yang membuat kedua kelopaknya merekah seperti bunga sakura yang bermekaran di musim semi.
Aku tidak berani menjawab pertanyaannya itu karena aku tidak kuat dengan tatapan yang penuh harapan itu, sehingga kuputuskan untuk mengangguk dan tersenyum kepadanya.
“Benarkah kamu tidak bohong?” tanyanya sekali lagi kepadaku
“Beneran, buat apa aku jauh – jauh ke Jepang Cuma untuk berbohong kepadamu” jawabku sekali lagi untuk meyakinkannya dan akupun memeluknya.
Aku tahu pelukanlah yang membuat seseorang bisa menjadi luruh hatinya, dia seperti aku yang tidak pernah merasakan kehangatan pelukan seseorang yang menyayangi kita sendiri. Tapi tidak lama aku merasakan bajuku basah seperti terkena air yang jatuh dari atas dan meleleh kebawah jurang berdasar benang woll yang lembut.
“Nona Lisa Stun, kenapa kamu menangis?... apakah tidak suka berteman denganku?”
“Ti....Tidak, aku malah bahagia banget ada yang mau jauh – jauh datang ke rumah hanya untuk berteman denganku” air matanya tidak berhentinya mengalir
“Sudah, Nona Lisa jangan menangis lagi ya” hiburku sambil menyeka air mata yang keluar dari matanya
“Jangan panggil aku nona, panggil aku Lisa saja”
“Baiklah Lisa cantik”
“Makasih... aku senang punya teman baik sepertimu”
“Sama – sama, aku juga senang berteman denganmu” kataku sambil memeluk tubuhnya yang mungil tersebut, aku mencoba melihat sosok Hasasi Stun tadi yang berdiri di belakangku dan ternyatta dia sudah tidak ada disana, dia seperti hantu yang berkeliaran di rumah mewah ini.
“Ngomong – ngomong kamu kok tau rumah kakakku, kamu tau rumah kakaku dari mana?” tanyanya.
Aduh kenapa dia tanya seperti itu, bagaimana aku menjelaskan kepadanya, aku gak mau dijatuhkan harga diriku apalagi meluruhkan hati ini bocah susah banget. Apa yang akan aku katakan, apakah aku harus berbohong atau harus mengatakan yang sejujurnya kepadanya? Hatiku berkecamuk bingung memilih antara aku harus berbohong atau tidak, aku Cuma takut kalau aku berbohong nanti Tuan Hasasi marah tapi kalau aku jujur nanti aku di kira gelandangan yang datang ke rumah orang kaya hanya untuk meminta sumbangan.
“kakak kenapa diam?” tanyanya lagi
“Emmm... Ya aku tahu lah, aku kan teman kakakmu waktu sekolah, aku pernah kesini sebelumnya” jawabku dengan terbata – bata, ya udah lah berbohong saja lah kalau diusir sama Tuan Hasasi pun aku siap menggelandang kok.
“Oh ya... tapi aku kok belum pernah tau kamu, dan lagi ini rumah baru dibangun pas kakakku menjadi CEO menggantikan ayahku” jelasnya
"Emmm... Bu... Bukan gitu maksudku, aku temannya kakakmu waktu sekolah, aku pernah main kesini sekali cuma gak pernah masuk ke dalam rumah cuma mengantarkan undangan saja” tipuku untuk meyakinkan dia
“Oh ya... Pantas aku belum pernah liat kamu... Ngomong – ngomong kamu kesini ngasih undangan apa, kamu udah nikah?... Sayang sekali kakakku kalah dengan temannya dia malah betah untuk sendiri” sindirnya sampai dia ketawa kencang sekali, sepertinya dia suka menggoda kakaknya ini.
“Oh bukan... Aku belum nikah juga Lisa, itu undangan teman kami yang menikah, teman kami meminta untuk mengantarkan undangan ke kakakmu karena dia tidak tau tempat tinggalnya, apalagi Australia dan Jepang jauh loh jadi kemarin pas aku ke Jepang memberikan undangan itu” jelasku
“Kan kakakku asli orang Jepang kok bisa kenal kamu orang Australia?” tanyanya
“Aku juga orang Jepang, cuma merantau ke Australia untuk belajar di universitas di Australia karena kemarin dapat beasiswa” jawabku
“Benarkah?... Wah kakak pandai juga ya”
“Enggak juga tapi kan lebih pandai kakakmu kan sudah menjadi CEO perusahaan terbesar di dunia” jawabku sambil tersenyum
“Hahaha...Enggak juga kok kak”
Kami berbincang – bincang lama sekali dan tiba – tiba terdengar suara Emilia dari dalam rumah.
“Nona muda, sarapan sudah siap” teriak Emilia
“Iya, nanti saja. Masih asik ngobrol sama kakak Fifiyan” jawabnya
“Ayo makan Lisa, aku temenin makan deh. Aku enggak mau kamu sakit” kataku untuk menawarinya
“Mmmm baiklah, tapi kamu makan juga ya”
“Iya” jawabku dengan senyuman dan mendorong kursi rodanya menuju dapur untuk makan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 251 Episodes
Comments
litz_be
fifiyan dan lisa berteman, semoga saja kedepannya fifiyan bisa jujur ttg dirinya sendiri kpd lisa
2020-01-31
4
LolNime 463
seru jg..
2019-10-27
1
natasya rachel
lanjut
2019-10-26
1