ciiiiittt
suara pintu berdecit sangat keras dan membuatku langsung terlonjak bangun dan aku merasakan kepalaku rasanya sakit sekali seperti habis di pukul sangat keras benda tumpul. Aku membuka mata perlahan – lahan dan mencoba untuk menyadarkan diri, saat aku sadar sepenuhnya dan seketika itu juga aku kaget, aku berada di kamar yang sangat besar dan mewah berdinding warna krem dipadukan warna emas yang berkilauan, dipan kasur yang berwarna emas dengan ditutupi kain berwarna merah darah dan dipadukan dengan empuknya busa kasur sangat empuk dari kasur yang ada di tempat kost, lemari yang menjulang tinggi dengan aksen modern berwarna emas, pintunya juga berwarna krem yang dipadukan emas dan jendela kamar yang menhadap langsung ke samudera Pasifik yang sangat luas sehingga terkesan seperti kamar hotel yang seharga bertriliunan dan yang pasti yang punya kamar ini pastilah orang kaya.
Disela aku melihat sekeliling, aku melihat seseorang wanita muda mempunyai paras cantik, putih, rambut yang digulung keatas dihiasi dengan topi kecil berwarna putih dengan dress hitam putih rok mini yang nampak seperti pembantu di rumah ini.
Aku kembali berusaha untuk mengingat apa yang terjadi kepadaku semalam setelah aku berlari dari pesta ulang tahun kekasihku, dan untuk kesekian kalinya aku tidak ingat apa yang terjadi. Di dalam pikiran banyak sekali pertanyaan “dimana ini?” “siapa yang menolongku?” “kenapa bajuku berubah jadi sangat mewah lebih mewah dari bajuku kemarin?” “ siapa yang menggantikan bajuku?” “kenapa dia menolongku?”, kata - kata Dimana, Siapa, Kenapa, Apa, Mengapa, Bagaimana ini memenuhi otakku dan membuat kepalaku semakin pusing untuk memikirkannya.
“Nona muda kenapa?... Apakah masih sakit kepalanya?” tanya orang yang sedari tadi berdiri di dekat pintu dan sekarang mendekatiku.
“Ka...kamu siapa?” tanyaku dengen terbata - bata sambil memegang kepala yang terasa semakin berat.
“Saya Emilia, pembantu disini, tuan muda menyuruhku mengurus nona muda” jawabnya dengan tenang sambil membungkukan badannya sedikit kedepan.
“Tuan muda?... Siapa nama tuan muda itu?”.
“Namanya Hasasi Stun, dia tuan muda dari keluarga Stun yang sekarang mempunyai perusahaan terbesar pertama di dunia dan mengalahkan semua perusahaan yang ada di dunia, Tuan muda Hasasi ini bisa dibilang CEO dari PT. Stun” jelasnya dengan menyodorkan teh panas kepadaku.
“Aku pernah mendengar nama PT. Stun, kalau tidak salah bukannya PT. Stun berpusat Jepang di kenapa CEO nya ada di Australia?”tanyaku lagi sambil menyeruput teh buatannya, teh ini manis dan wangi sehingga membuatku agak merasa enak.
“Iya kemarin tuan muda bercerita bahwa tuan muda ada urusan ke Jepang katanya urusan perusahaan dengan PT. Liang, tetapi pertemuan itu dibatalkan karena anak dari CEO PT. Liang berulang tahun walaupun agak kecewa tuan muda menerima itu dan dia berencana pulang ke Jepang tetapi saat dijalan bertemu dengan nona muda dan membawanya ke rumahnya ini” jelasnya.
“Oh begitu... wait jadi ini di Jepang?... uhuk..uhuk..uhuk” teriakku tidak
menyangka sampai aku tersedak teh yang sedang masuk ke dalam kerongkonganku.
“Iya nona ini di rumah tuan muda yang ada di Jepang, ada apa nona begitu terkejut?” tanya Emilia dengan penuh tanda tanya.
“ya bagaimana aku enggak kaget, kan Australia dan Jepang jaraknya cukup jauh dan aku tidak membawa uang bagaimana aku bisa kembali ke negaraku?” teriakku dengan penuh amarah, mengingat aku gak bawa uang sama sekali dan aku di bawa ke rumahnya di Jepang.
“Tenang nona muda, kata tuan muda kalau kamu sudah agak baikan nanti diantarkan kembali kerumahmu sekalian melakukan pertemuan dengan PT. Liang” jawabnya dengan tenang untuk meyakinkanku.
“Hmmm baiklah.... Terimakasih Emilia... Apa?... PT. Liang? “ teriakku terkaget
“Iya nona, apakah nona tahu tentang PT. Liang?”
“Iya aku tahu, aku mantan pacar anak dari CEO PT. Liang” ketusku sambil meminum teh.
“Oh pantas kalau nona muda langsung berteriak” kata Emilia sambil tersenyum kecil
“Mmmmm ngomong – ngomong dimana tuan muda?”.
“Tuan muda sedang ada di dalam ruangannya nona?”
“Bolehkah aku menemuinya?”
“Boleh nona, tetapi nona belum sembuh?” kata Emilia merasa khawatir karena wajahku masih pucat.
“Tidak apa – apa, aku cuma ingin mengucapkan terimakasih kepadanya setelah itu balik ke kamar untuk beristirahat” perkataanku yang meyakinkan Emilia, bagaimana pun aku harus bertemu dengannya dan meminta membatalkan pertemuannya dengan PT. Liang karena Kwan Liang telah menyakitiku, dan aku harus membalaskan dendamku itu.
“Baiklah... Mari aku antarkan nona” senyum ramah seorang pembantu muda.
"Oh... Sebentar ... saya mau ganti baju dahulu Emilia" ucapku
"Silahkan Nona, baju - baju untuk anda sudah ada di lemari"
"Oh ya, siapa yang menyiapkannya?" tanyaku
"Tuan muda yang menyiapkan nona" jawab Emilia
"Baiklah,aku ganti baju dahulu Emilia" ucapku dan berlalu menuju ke ruang ganti
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 251 Episodes
Comments
Rat
bakalan menarik nh
2020-11-22
0
Lastri Handayani
pingsannya lama amat
2020-02-26
3
litz_be
sepertinya hanya dalam cerita bisa diselamatkan oleh tuan muda kaya dan tamvan
2020-01-31
15