“Hei” sapa seseorang yang berada di dekat pintu pintu kamarku, aku tidak bisa melihatnya dengan jelas karena sorot lampu di ruangan itu pada malam hari tidak bisa menyinari dia sepenuhnya. Dan tiba – tiba dia jalan kearahku.
“Oh.. Hai... Maaf aku terkejut” jawabku dengan terbata – bata karena terkejut pemilik rumah berdiri di depan kamarku.
“Bagus juga ya aktingmu itu bisa membuat adekku yang dingin menjadi periang sepanjang hari” ketusnya.
“Mmmm... Apakah aku salah, berteman dengan adikmu, kalau salah aku minta maaf” Jawabku dengan penuh ketakutan, takut dimarahin, takut diusir, takut disakiti olehnya karena aku mengarang cerita aku adalah temannya Tuan Hasasi.
Dia mendekat lalu memelukku dengan tiba – tiba yang membuatku diam terpaku bingung apa yang harus aku lakukan dan tiba – tiba bibirnya mendekati telingaku dan dia mulai membisikkan sesuatu ke telingaku
“Terimakasih, kamu sudah menghibur adikku yang dingin itu, aku tidak pernah melihat dia tersenyum sudah lebih dari 5 tahun dan itu membuatku stres” bisiknya yang membuat bulu kudukku berdiri seperti ada hantu yang lewat dibelakangku.
“Em ... Sama – sama, aku cuma ingin menghiburnya dan berteman dengannya. Apalagi cerita adikmu hampir sama dengan kehidupan yang aku alami walaupun agak berbeda jauh sih” jawabku. Setelah mendengarkan jawabanku dia langsung melepaskan pelukannya dan mundur 2 langkah.
“Maksudmu?” tanyanya.
“Iya aku pernah merasakan kehidupan kelam sendiri tanpa siapapun yang menemani”
“Oh ya, bagaimana ceritanya”
“Panjang ceritanya...”
“Ayo ke ruanganku dan ceritakan kehidupanmu” perintahnya
“Apakah kehidupanku sangat begitu kamu ingin tahu?” tanyaku
“Ayo!” perintahnya sekali lagi, tiba – tiba dia menggenggam tanganku dan tubuhku dipaksa mengikutinya.
Dan kami tiba di depan pintu yang megah berwarna putih keemasan dan diapun membuka pintu itu dengan tangan kirinya karena tangan kanannya menggenggam erat tanganku.
“Hei jangan menarik tanganku kayak gini dong, sakit tau” rengekku
“Kamu sendiri yang memaksaku untuk menarikmu”
“Hmmm... Baik ... Baik aku menurut, jadi apa yang mau kamu tanyakan?” tanyaku sambil duduk di sofa yang lembut selembut sutra pasti sofa ini harganya sangat mahal lebih mahal dari tempat kost ku
“Pertama – tama, kamu kok bisa pingsan ditengah badai hujan Australia di bulan Desember seperti ini?”
“Ya, itu ceritanya panjang” jawabku dengan singkat.
“Ceritalah” perintahnya sambil meminum kopi hitam.
“Iya ceritanya, aku kan menghadiri undangan ulang tahun mantan kekasihku Kwan Liang, baru aja sampai di acara itu mantan kekasihku itu menamparku, mendorongku, dan mengusirku dari acaranya, dan lebih parah lagi sahabatku Sari Lie mencaci maki aku, mengusirku dari acara, dan berpacaran dengan mantan kekasihku” jawabku singkat dan tanpa sadar aku mulai menangis saat mengenang kejadian itu.
“Siapa?...Kwan Liang?.... Sari Lie?” teriaknya tidak percaya
“Iya Kwan Liang adalah mantan kekasihku dan Sari Lie adalah sahabatku. Aku juga gak tau kenapa orang miskin kayak aku bisa bertemu dengan orang kaya yang menyebalkan seperti itu” lanjutku sambil terisak – isak.
“Hmmm”
“Kenapa nafasmu berat ketika mendengar nama mereka?” tanyaku, karena aku menyadari kalau dia bernafas berat saat mendengar nama meeka berdua
“Yaaa... Aku ingat bagaimana mereka memperlakukanku... Kwan Liang adalah sahabatku dan Sari Lie adalah kekasihku, aku dan Kwan Liang tidak satu kelas dan Sari Lie itu satu kelas denganku. Tapi pas ada acara Promnight SMA, aku masih ingat dulu aku berdandan tampan banget dan Sari Lie berdandan cantik banget bak putri dongeng hal itu yang membuat aku bahagia banget kami seperti pasangan yang romantis yang ingin menikah. Saat sebelum kami berdansa aku bilang ke Sari Lie untuk pergi ke toilet sebentar, setelah aku dari toilet dan menuju ke ruangan acara tersebut aku melihat Kwan Liang memeluk dan mencium Sari Lie di pojokan ruangan. Karena marah dan cemburu aku mendatangi mereka dan menampar Kwan Liang... ya yaah...”
“Apa yang terjadi?” tanyaku penasaran.
“Dan ya Sari Lie malah menamparku balik dan membela Kwan Liang, dan disaat itu juga Sari Lie memutuskan hubunganku dan berpacaran dengan Kwan Liang. Karena aku sakit hati kepada mereka aku memutuskan berbeda universitas dengn mereka. Namun setelah lulus dari SMA aku dengar dari mata – mataku Kwan Liang pindah ke Australia dan Sari Lie kuliah di Universitas Xienxian tetapi 1 tahun kemudian Sari Lie mendengar kepindahan Kwan
Liang ke Australia sehingga dia pindah ke universitas yang sama dengannya.” Jelas Hasasi
“Oh...Pantes... Aku pas bertemu dengan Sari Lie saat setahun aku pacaran dengan Kwan Liang dan saat dia tahu pacarku Kwan Liang dia bersedia menjadi sahabatku” ketusku sambil melihat pemandangan Samudera Pasifik yang gelap dan disinari oleh cahaya rembulan.
Dan selama 30 menit berlalu, kami tetap diam tanpa suara. Aku tidak peduli dan tidak mau mengobrol dengan orang berwajah dingin di depanku ini. Tapi yang aku hatiku adalah “kenapa aku mempunyai kisah yang sama dengan orang berwajah dingin ini dan dengan orang yang sama, kenapa ya Tuhan, aku kesal dengan kehidupanku ini, aku baik dengan siapa saja tapi kenapa aku yang selalu disakiti “. Karena hatiku bergumam tidak karuan aku tanpa sadar berdiri dan menghantamkan kepalaku ke tembok, tahu reaksiku seperti itu Hasasi menyadarkanku.
“Hei... Apa yang kamu lakukan?... Jangan seperti itu, nanti kepalamu sakit lagi” tanyanya panik
“Mmmm... A..Aku tidak melakukan apapun”
“Jangan seperti itu lagi, itu akan menyakitimu” lalu dia membelai rambut gelombangku
“Biarlah... mending menyakiti diriku sendiri dari pada disakiti oleh orang lain yang aku cinta”
“Mmm bagaimana kalau kita bekerja sama untuk menghancurkan mereka”
“Mmm yang kamu maksud kita membunuh mereka?” jawabku kaget
“Tidak bodoh...Kita jatuhkan harga diri mereka apalagi sebentar lagi kira - kira 1 tahun lagi aku ada pertemuan perusahaan dengan Kwan liang, nah dalam pertemuan itu kamu pura – pura jadi pasanganku bagaimana?” tawar Hasasi sambil mencubit hidungku yang tidak terlalu mancung ini.
“Awww... Emang itu akan berhasil apa?” tanyaku dengan heran
“Pasti... Karena Kwan Liang tidak tau kalau PT. Stun itu dipimpin olehku yang dia tahu masih dipimpin oleh ayahku dan juga kalau kamu bisa menguruskan badan dia akan terpesona melihatmu” jelasnya
“Oke baiklah... Aku mengikutimu, aku ingin membalaskan dendam ini” jawabku dengan cengir tanda akan memenangkan suatu pertandiangan.
“Oh ya ada pertanyaan yang lain... Kenapa kamu mengaku kamu adalah temenku SMA padahal bukan?” pertanyaan yang langsung membuatku terbata – bata
“Eee... Mmmm.. Maaf Tuan Hasasi, a... aku berbohong kepada adikmu karena aku bingung aku harus jawab apa, kalau aku jujur nanti dikira aku datang kemari seperti gelandangan yang meminta sumbangan” jawabku sambil menundukkan kepala
“Hahaha... iya juga sih... tapi emang kamu seperti gelandangan yang tidak punya rumh loh pas tidur di atas jembatan” ejeknya
“Untung tampan” gumamku
“What?...Kamu bilang apa?” tanyanya kaget
“Ti...Tidak apa – apa... Hmmm.. Tuan tidak marah kah?” tanyaku
“Tentu saja tidak”
“Mmm kenapa kamu mau membantuku kemarin?” tanyaku kepada dia
“Ya... Masa aku membiarkan seorang wanita gendut tergeletak di jalanan” ejeknya dan ejekan itu membuatku kesel.
“Oke... Ledeklah sepuasmu, aku mau balik ke kamar” ketusku dan berlalu meninggalkannya
“Hahaha... Maaf – maaf jangan marah lah aku cuma bercanda... Jadi, kamu mau jadi kurus gak?” tawarnya
“Iya maulah” jawabku ketus
“Jangan cuek dong... Aku bantu ngurusin badan bagaimana mau tidak?”
“Mau... Mau... Tapi aku tidak punya uang untuk membayar itu”
“Tenang gak perlu membayarnya kok, kan buat menyelesaikan rencana kita” katanya sambil mengedipkan sebelah matanya.
“Oke siap tuan”
“Hei.... jangan panggil aku tuan dong aku kan hampir seumuran denganmu”
“Terus aku panggil dengan sebutan apa?” tanyaku
“Panggil aku Hasasi saja”
“Oke siap Hasasi, ada yang mau ditanyakan lagi?” tanyaku lagi
“Mmmm kamu asli mana?”
“Aku asli Jepang, cuma merantau ke Australia”
“Berarti yang bagian itu saat membohongi adikku itu kamu gak bohong?”
“Enggak lah “
“Terus kamu kerja dimana kok jauh banget ke Australia?” tanyanya lagi
“Aku enggak kerja tapi berkuliah yang sama dengan Kwan Liang dan Sari Lie, aku mendapatkan beasiswa” jawabku
“Tidak aku sangka kamu ternyata pintar juga... hahaha” ketawanya
“Enggak juga kok aku cuma orang biasa” jawabku singkat
“Tapi bukankah kamu sudah lulus setahun yang lalu?” tanya Hasasi
“Iya emang... Jadi setelah lulus kuliah, aku hidup di Australia tanpa beasiswa selama ini dan aku kerja menjadi kasir di suatu kafe”
“Ya sudah kalau disini kamu cukup jaga adikku saja aku akan membayarmu” jelas Hasasi
“Berapa kamu akan membayarku?” tanyaku
“20 Juta perbulan... Bagaimana?”
“Serius?... Ya aku mau lah” jawabku kegirangan
“Ya sudah kamu tidur sana sudah tengah malam juga, ingat besok kamu mulai untuk menguruskan badan” kata Hasasi dan berjalan keluar ruangan itu meninggalkanku
Dan setelah bertemu dengan tuan yang berwajah dingin itu, akhirnya aku balik ke kamar untuk beristirahat. Entah apa yang akan terjadi besok saat pertama kali aku menguruskan badan. Apakah akan olah raga, atau akankah operasi plastik, dan yaah aku tidak tahu bagaimana besok.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 251 Episodes
Comments
sinta si mahluk rumah 👤✨🍁
hidung ku yang tidak terlalu mancung ini 😂
2020-12-17
0
Rat
lanjutttt
2020-11-22
0
zei
hasasi manusia. .. mnggilnya APA .?
2020-05-29
0