"Aku belum telat, kan?" Suara pemuda itu memecah keheningan. Rena menyikut Amanda yang masih bengong menatap pemuda itu. Amanda tersadar dan segera memperbaiki rambut dan bajunya. Dia makin salah tingkah dan segera kembali kemeja kerjanya.
"Apa kamu tidak bisa mengucap salam?" ujar Rena ketus.
"Oke fine. Assalamu'alaikum!" Ekspresinya tetap dingin
"Wa'alaikum salam! Gitu kan enak didengar!" ucap Rena menyindir.
"Berarti aku memang belum telat kan?" Dia mengulangi pertanyaannya.
"Hampir, sisa tiga menit lagi!" jawab Rena datar. Kemudian ia melanjutkan kembali, "silahkan!" Rena menunjuk kursi didepan mejanya. Yori duduk sambil terus mengamati Rena yang sedang mencari berkas. Mulai dari jilbab, mata, hidung, bibir dan gerakan tangan Rena tak luput dari manik matanya.
"Kamu sudah tau kenapa kamu diminta kesini, kan?" Rena membuka pembicaraan tanpa melihat Yori yang berada di depannya.
"Gak tau, kan kamu yang mau aku datang!" jawabnya dengan santai. Mendengar itu Rena pun mengalihkan netranya pada manik keabuan milik Yori yang ternyata juga sedang menatapnya lekat. Cukup lama mereka saling menatap, akhirnya Rena kembali melanjutkan.
"Jadi gini, beberapa nilai-nilai kamu di bawah standar, itu berpengaruh besar atas IPK mu dan jumlah SKS yang bisa kamu ambil di semester berikutnya, apa kamu ngerti apa yang saya jelaskan?" Rena menunggu respon Yori.
"Lalu?" Responnya masih datar. Sama sekali tak memberikan reaksi bahwa ia mengerti yang Rena jelaskan. Ia mencoba sabar menghadapinya.
"Ya kamu harus memperbaikinya!"
"Jadi aku harus bagaimana?" tanyanya dengan wajah tanpa dosa.
"Kamu sebaiknya menghubungi dosen-dosen yang bersangkutan, ini daftar nilaimu, kamu bisa minta nomor kontak dosennya di Bu Amanda." Dia memberikan selembar kertas pada Yori dan menunjuk meja Amanda. Amanda yang merasa ditunjuk melambaikan tangannya dengan centil. Yori melihat sekilas tapi tidak beranjak dari hadapan Rena.
"Tapi aku gak berniat bicara sama dosen lain. Aku cuma mau bicara sama kamu!" Yori menatap dalam manik kecoklatan dosen cantik di depannya. Dosen muda itu menghela nafasnya. Masih mencoba berdamai dengan berbagai kritikan di pikirannya.
"Tapi sekarang kamu gak punya pilihan, Yori! Ini demi kelanjutan kuliahmu juga ... kamu bisa terancam DO kalau kamu terus bersikap seperti ini." Rasanya Rena hampir putus asa menghadapi mahluk kutub ini.
"Bersikap seperti apa?"
"Seperti es batu!" jawabnya dengan kesal. Akhirnya Rena menyerah. Yori tertawa, sedangkan Rena makin kesal dibuatnya. Baru kali ini ada manusia yang benar-benar mempermainkan emosinya. Jika bukan karena rasa tanggung jawab, ia lebih memilih menghilang dari sana saat itu juga. Pemuda itu kemudian melangkah ke meja Amanda dan disambut dengan senyuman termanis yang Amanda punya.
"Tunggu dulu yah. Aku printkan datanya!" Suaranya dibuat selembut mungkin. Rena yang mendengarnya hanya geleng-geleng kepala dengan kecentilan sahabatnya itu. Dia membereskan mejanya, membawa beberapa lembar tugas mahasiswanya, ia pun bersiap pulang.
"Manda, aku balik dulu ya!" pamitnya pada sahabatnya itu.
"Loh kok cepet banget, gak meriksa tugas dulu Ren?" tukas Amanda sambil melihat map-map yang ada di ada di tangan Rena.
"Di rumah aja! Lagi gak mood, di sini ada mahluk dari kutub sih," sindirnya Rena sambil melirik Yori yang duduk di depan meja Amanda. Orang yang dimaksud Rena dengan cueknya bermain game di ponselnya sambil tersenyum tipis, sangat tipis hingga tidak ada yang menyadarinya.
"Hati-hati di jalan ya Syantiik! Hatinya jangan jalan-jalan! Ingat! Ada hati yang lagi di jalani!" goda Amanda lagi sambil mengedipkan matanya. Rena tertawa sambil melambaikan tangannya. Dia pun melangkahkan kakinya keluar.
Sampai di koridor kampus, ia merasa seperti ada langkah kaki yang mengikutinya. Tapi Rena tidak memperdulikannya, menduga bahwa itu adalah mahasiswa lain yang juga sedang lewat. Ia terus berjalan menyusuri koridor itu.
Beberapa mahasiswa yang ia lewatinya entah yang sedang duduk ataupun berpapasan dengannya menatap Rena dengan terpesona dan saling berbisik. Rena merasa aneh. Meskipun mereka menyapa dosennya itu dengan ramah seperti biasanya tapi rasa penasarannya membuatnya menghentikan langkahnya.
Tepat bersamaan dengan itu langkah kaki di belakangnya pun ikut berhenti. Dia menoleh dan mendapati seseorang yang sering disebutnya "mahluk kutub" di belakangnya.
"Ya ampun, kamu bikin kaget aja! Sejak kapan kamu di belakang saya?" pekik Rena sambil memegang dadanya.
"Sejak hari itu!" jawab Yori seenaknya. Rena memutar bola matanya, jengah mendengar jawaban Yori yang selalu tidak nyambung dengan pertanyaannya.
Pantas aja! Ternyata ... bocah kutub ini yang bikin mereka bertingkah aneh.
Ia melanjutkan langkahnya dengan cepat berusaha meninggalkan Yori di belakangnya. Namun kaki Yori yang jenjang dengan mudah menyusulnya. Akhirnya mereka jalan beriringan.
"Perlu ku antar?" Yori menawarkan diri.
"Gak perlu, saya tidak biasa naik motor, nanti masuk angin!" jawab Rena sinis. Ia bisa menebak bahwa Yori mengendarai motor dari kaus tangan yang di pakainya.
"Berarti kamu matre dong!" tukasnya dengan nada mengejek.
"Yah begitulah!" Rena menanggapinya dengan datar. Berharap pemuda itu segera berlalu dari hadapannya.
"Oke, bye-bye cewek matre!" Pemuda jangkung itu pun berlalu menuju parkiran motor.
Senyum Rena terkembang setelah Yori pergi.
"Alhamdulillah, akhirnya biang masalahku pergi juga!" gumamnya lega.
*******
Menjelang Malam harinya ...
Di sebuah kamar tampak seorang gadis sibuk memeriksa lembaran-lembaran tugas yang menumpuk.
Pintu terbuka
"Kamu belum tidur?" Ibu Rena masuk dan berdiri di samping meja rena memperhatikan tugas-tugas yang diperiksa anaknya.
"Masih banyak?" Ibunya kembali bertanya
"Dikit lagi, Bu."
"Besok pulang ngajar kamu bisa ke rumah teman Ibu? Katanya ada titipan untuk Ibu." Rena menghentikan kegiatannya.
"Alamatnya dimana Bu?" tanyanya sambil melihat wajah lelah ibunya tercinta.
"Ini alamatnya, yang tinggal di situ anaknya yang lagi kuliah, teman ibu ada di kota S. Oh ya anaknya itu kuliah di kampusmu loh. Dia ambil program D3 Ekonomi Bisnis, mungkin mahasiswamu juga."
"Oh ya? Namanya siapa?"
"Waduh Ibu lupa siapa namanya, anaknya perempuan."
"Baik, Bu! Besok Rena mampir ke sana!"
"Ya udah jangan larut malam tidurnya ya!"
Gadis itu mengangguk dan kembali melanjutkan kerjaannya. Ibunya pun keluar dari kamar putrinya itu dan menutup pintunya. Kemudian Rena kembali melanjutkan pekerjaannya. Hingga beberapa menit berlalu dia pun menghentikan kegiatannya.
"Aghh ... akhirnya selesai juga!"
Rena merentangkan tangan dan kakinya merenggangkan otot-ototnya yang merajuk karena terlalu lama duduk. Ponselnya berbunyi. Dengan cepat Rena menyambar ponselnya berharap pujaan hatinya yang menelpon.
Ternyata di layar tertera 'nomor tidak dikenal'. Ia mengabaikannya. Membiarkannya terus berdering hingga akhirnya berhenti sendiri. Namun tak lama ponselnya kembali berbunyi dengan penelpon nomor yang sama.
"Hallo!" Ia mengangkatnya dengan malas.
"Kamu sengaja ya, bikin aku kesal!" Suara di sebrang sana terdengar marah.
"Hah, siapa ini, kamu cari siapa?" Rena bingung juga penasaran mengapa ada orang yang tidak dikenalnya menelpon dan seketika marah-marah tidak jelas.
"Ya cari kamu, siapa lagi" Suaranya mulai familiar di telinga Rena.
"Yori?" Akhirnya Rena menebaknya.
"Hmm ... memangnya kamu ngarep siapa?"
"Ngapain nelpon malem-malem? Ini nomor siapa?"
Rena mencecarnya dengan banyak pertanyaan.
"Nomor telpon rumahku" jawabnya singkat.
"Ada Apa?" tanya Rena lagi.
"Cuma pengen nelpon aja, oke good night!"
Tut tut tut
"Dasar aneh, Mahluk Gaib, Es Batu ...! " Umpat Rena sambil menghempaskan tubuhnya di tempat tidur.
Bersambung.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Rawai hiatus ✅
jangan terlalu banyak menumpat orang lain, katanya orang pamali 🤔🤔
2023-10-13
1
Aiza➢
Ren hati² entar kalau keseringan bertemu Yori jantungmu bisa bermasalah lho 🤭😅
2022-12-17
1
R⃟acunᵍᵏ♕mati☠ᵏᵋᶜᶟ
walaupun terlihat cuek cowoknya tapi kayak ada naksir gitu sama dosennya sendiri
2022-12-17
0