Mobil yang dikendarai oleh Hafis kakak kandung dari Aura itu mulai berjalan perlahan. Hingga mata Aura tak mampu lagi menjangkau pemandangan kampusnya.
Sedari tadi, di dalam mobil Aura hanya diam tanpa bersuara. Gadis itu sedari tadi hanya menatap jalanan dengan tatapan kosong dari balik kaca mobil. Satu detikpun Aura enggan untuk sekedar memalingkan pandangannya pada Anita.
Anita paham, wanita itu sangat paham dengan apa yang dirasakan oleh putrinya saat ini. Tapi Anita tidak mampu melakukan apa-apa selain menyaksikan kekecewaan yang saat ini Aura rasakan.
Benar, Anita memang mengetahui segalanya. Anita mengetahui segalanya tentang apa yang terjadi pada Aura. Karena selama ini, Aura adalah sosok gadis yang petakilan dan sangat banyak bicara. Tak sedikitpun ia lewatkan sendiri. Apapun yang Aura hadapi, gadis itu pasti menceritakan semuanya pada Anita.
Namun semua itu berubah setelah Aura merasakan kekecewaan terhadap Kevin lebih kurang tiga tahun yang lalu. Saat Aura mulai mencoba menjauhi Kevin, sikap gadis itu justru berubah drastis. Aura lebih sering melamun dan terkadang tampak tidak bersemangat. Seperti saat ini misalnya.
Tiga tahun lebih Aura mencoba biasa saja, menghilangkan Kevin dari fikirannya. Tapi Aura tetap saja tidak bisa. Semenarik apapun laki-laki diluar sana, entah mengapa Aura sangat sulit untuk melupakan laki-laki yang bahkan tidak meliriknya sama sekali.
Entahlah, jangankan Anita sang Mami. Aura sendiri tidak paham kenapa ia bisa seperti itu. Terkadang Aura juga merutuki dirinya sendiri. Mengapa ia terlalu bodoh, sulit melupakan laki-laki yang bahkan belum pernah ia dapatkan sama sekali.
Bahkan terakhir kali Aura bertemu Kevin ialah satu tahun yang lalu. Saat Kevin dan Farrel lulus dari Universitas Trisakti. Hingga setelah itu, sampai saat ini Aura tidak pernah lagi bertemu Kevin. Entah dimana pria itu saat ini Aura sama sekali tidak tahu.
Setiap hari, setiap detik Aura mencoba menghilangkan bayangan Kevin dari fikirannya. Tapi kenapa rasanya sulit sekali? Bahkan Aura sama sekali tidak pernah memiliki kenangan manis bersama Kevin.
Sejak satu tahun yang lalu. Aura hanya berharap, keajaiban datang membawa Kevin di hari wisudanya, memberika sebuah buket bunga sederhana bahkan jika itu untuk yang terakhir kalinya, Aura tidak mengapa. Aura hanya ingin melihat pria itu menyaksikan hari yang paling membahagiakan dalam hidupnya. Tapi semua hanyalah angan belaka. Karena yang Aura dapati saat ini hanyalah kekecewaan semata.
Mungkin memang sudah seharusnya Aura membuang segalanya, mencoba menjalani hidup tanpa bayang-bayang Kevin yang sama sekali bukan siapa-siapa. Membuka hati untuk pria yang memang tulus padanya. Seperti Faris misalnya?
Rendy yang tidak lain adalah Papi Aura dan Hafis sang kakak sedari tadi tak berhenti memperhatikan Aura dari spion depan. Rendy sejenak memalingkan pandangan ke arah belakang, melirik Aura sejenak yang masih fokus menatap jalanan dengan tatapan kosong. Kemudian tatapan itu berpindah pada Anita yang saat ini duduk di samping Aura. Manik mata coklat itu menatap Anita memgisyaratkan tanda tanya di sana.
Anita tentu saja paham, wanita itu ikut memejamkan mata memberikan isyarat pada suaminya untuk tidak bertanya apa-apa dan membiarkan Aura seperti itu saja.
***
Aura menghempaskan tubuhnya kasar di atas kasur masih dengan kebaya wisudanya. Benar, gadis itu baru saja sampai di rumah. Rasanya Aura benar-benar merasa lelah, lelah fisik dan juga lelah hati bahkan perasaan.
Sejenak, gadis itu merentangkan tangan di atas kasur dengan kaki berjuntai di tepi ranjang. Aura menatap langit-langit kamar dengan fikiran yang tak menentu dan mungkin hanya dirinya sendiri yang tahu.
Mata Aura terpejam, tanpa ia sadari, bulir bening itu kembali berhasil lolos dari kelopak mata Aura. Hatinya terasa remuk. Kekecewaan itu benar-benar terasa dalam.
Karena sejujurnya, Aura memang tidak pernah lagi berharap bahwa Kevin akan membalas perasaannya. Namun gadis itu hanya menginginkan satu hal, bertemu dengan Kevin di acara yang membahagiakan seperti hari ini bahkan jika untuk yang terakhir kalinya.
Tak berselang lama, pintu kamar Aura sedikit terbuka. Gadis itu seketika tersadar dari lamunannya. Aura terlebih dahulu menyapu air mata yang semula menetes di pipinya sebelum gadis itu mendudukkan tubuhnya. Aura memalingkan pandangan ke samping, hingga sosok Anita ia dapati saat ini berdiri di ambang pintu.
Perlahan, wanita paruh baya itu mendekat, mendudukkan tubuhhnya di tepi ranjang tepat di samping Aura. Sejenak, Anita menatap lekat wajah Aura yang masih terlihat jelas raut kecewa.
Anita menyibakkan rambut Aura yang menutupi sebagian wajahnya. Wanita itu menggenggam tangan Aura yang sudah terlihat matanya berkaca-kaca.
"Mami tau apa yang saat ini kamu rasakan sayang. Mami tau gimana perasaan kamu. Tapi kamu nggak boleh seperti ini. Kamu harus buka mata kamu ya. Mungkin memang bukan dia yang terbaik buat kamu. Dan Mami percaya, diluar sana masih banyak laki-laki baik yang menginginkan kamu, mencintai kamu dengan tulus" Ucap Anita mencoba meyakinkan Aura.
"Mi, apa aku terlalu buruk? Apa aku nggak pantas dapetin perhatian sedikit saja dari dia? Aku nggak pernah maksa dia untuk membalas perasaan aku. Tapi aku cuma ingin lihat dia untuk yang terakhir kalinya saat terakhir kali juga aku menginjakkan kaki di kampus itu"
"Sayang, nggak ada yang nggak pantas. Semua orang pantas mendapatkan yang terbaik. Dan mungkin, mungkin bukan dia yang terbaik untuk kamu. Terkadang kehidupan memang nggak sesuai dengan kehendak kita. Tapi percayalah, Tuhan akan selalu memberikan yang terbaik"
"Jadi mulai hari ini, Mami mohon sama kamu untuk lupakan segalanya. Perjalanan kamu masih panjang. Kamu nggak boleh seperti ini. Yang ada kamu hanya menyakiti diri kamu sendiri saat kamu sendiri tidak tau sekarang dia mikirin kamu juga apa enggak. Jangan buang-buang waktu kamu ya."
"Mana putri Mami yang selalu ceria? Mami ingin kamu kembali seperti dulu. Saat kamu belum mengenal dia. Dan Mami yakin, kamu pasti bisa sayang"
Aura menatap mata Anita lekat, sebelum gadis itu memeluk Anita erat. Bulir bening itu saat ini telah berhasil lolos di pipi Aura.
"Makasih ya Mi, Mami selalu ada untuk aku, Aura sayang Mami"
Anita mengusap penggung Aura lembut. "Mami juga sayang sama kamu sayang" Sahut Anita. "Sekarang kamu mandi, terus ganti baju ya. Faris ada di bawah nunggu kamu" Ucap Anita kemudian setelah pelukan mereka terlepas.
Anita menangkup pipi Aura dengan kedua tangannya. Wanita itu menyapu air mata yang saat ini sudah membasahi pipi putri cantiknya. Sementara Aura terdiam, gadis itu menatap Anita dengan raut wajah datar. "Kak Faris?" bibir Aura berucap pelan.
"Iya, Faris nunggu kamu di bawah"
"Ngapain kak Faris kesini?" Tanya Aura.
"Mami juga nggak tau sayang. Lebih baik kamu mandi, ganti baju, terus cepetan temuin Faris di bawah. Nggak baik mengabaikan tamu. Ya" Anita berucap lembut.
Aura mengangguk. "Iya Mi" Sahutnya masih dengan kening berkerut serta fikiran Aura dihujani tanda tanya. Ada keperluan apa Faris sampai menemui gadis itu di rumahnya?.
.
.
.
.
.
Jangan lupa like, komen, dan vote ya. Terimakasih :)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Titin Kahar
Aura coba buka hati ke Kak Faris dia baik jangan nanti menyesal di belakang
2022-03-19
0
Titin Kahar
Sabar pasti nanti dapat yang lebih baik
2022-03-19
0
Titin Kahar
Typo Kak gak ada N di memberika sukses Kak
2022-03-19
0