Aura baru saja selesai membersihkan diri. Gadis itu tampak memilih satu persatu baju rumahan yang ada di dalam lemari. Sejenak, Aura duduk terlebih dahulu di depan meja rias sebelum gadis itu keluar dari kamar.
Aura baru saja turun dari tangga. Gadis itu melenggang berjalan menuju Faris yang terlihat sedang duduk di sofa ruang tamu sembari bercengkrama bersama Hafis sang kakak. Kareka kebetulan, usia Farris dan Hafis memang hampir sama, yaitu hanya tertaut usia satu tahun. Saat ini Hafis sudah berusia 24 tahun, sementara Faris berusia 25 tahun.
Berhubung Aura dan Sabilla tertaut usia satu tahun dengan Farrel, dan Farrel tertaut usia dua tahun dari Faris. Maka otomatis tautan usia Faris dan Aura adalah tiga tahun. Itulah sebabnya mengapa Faris pernah mengatakan pada Aura bahwa dirinya sadar diri karena terlalu tua untuk Aura. Padahal sebenarnya biasa saja dan masih bisa dikatakan wajar-wajar saja.
Aura berjalan hanya dengan style piyama ala rumahannya. Rambut gadis itu masih tampak basah, tergerai indah di bahu putih mulusnya hingga mebuat Faris sedikit terpelongo kaget. Pasalnya, selama beberapa tahun mengenal Aura, ini memang kali pertama Faris melihat Aura dengan style rumahan dengan wajah polos tanpa make up seperti saat ini.
Aura duduk di sofa tunggal yang ada di depan Faris. Gadis itu tersenyum miring, bukan karena tidak suka akan kedatangan Faris, namun Aura hanya bingung, tentang ada keperluan apa Faris tumben-tumben datang ke rumahnya. Pasalnya, sebelumnya Faris benar-benar tidak pernah sama sekali datang ke rumah Aura seperti saat ini. Biasanya pria itu ke rumah hanya sesekali saat mengantarkan Sabilla ke sana. Dan itupun biasanya hanya sampai halaman rumah saja.
Hafis sang kakak Aura yang sebelumnya juga ada di sana menemani Faris berbicara, segera pamit meninggalkan mereka berdua setelah kedatangan Aura.
Hingga kini, Hanya tinggal Aura dan juga Faris yang duduk berdua di sana, mereka tampak canggung satu sama lain. Sementara Anita dan dua adik Aura lainnya tampak tengah menonton televisi di ruang tengah, sengaja memberikan waktu pada Aura dan juga Faris berdua di ruang tamu.
"Tumben banget kak Faris kesini" Ucap Aura membuka suara setelah beberapa saat terjadi keheningan di antara mereka dengan sedikit gugup.
"Hm iya nih Ra. Aku kesini mau ngomongin sesuatu sama kamu" Sahut Faris setelah pria itu meneguk minuman yang semula sudah di sediakan oleh Bi Maya seorang asisten rumah tangga di rumah Aura di atas meja.
Kening Aura tertaut, gadis itu terlihat bingung mencerna ucapan Faris. "Ngomong sesuatu? Kak Farris mau ngomong apa?" Tanya Aura.
"Sebelumnya aku mau minta maaf karena terkesan buru-buru gini. Tapi saat ini aku cuma mau ngasih tau sama kamu aja, bukan maksa ngasih jawaban sekarang juga" Bibir Farris mulai komat kamit berucap mencoba menjelaskan pada Aura.
Aura tampak mencerna ucapan Faris dengan kening tertaut. Memperhatikan Faris serta timbul beberapa tanda tanya di benaknya.
"I-iya tapi aku nggak ngeti kak, kak Faris mau ngasih tau apa" Sahut Aura.
Faris mengulurkan beberapa lembar kertas putih yang terdapat tulisan pada Aura.
"Jadi gini Ra, berhubung kamu udah lulus kuliah dan udah wisuda, aku mau menawarkan kamu untuk bekerja di perusahaan Papa"
"Bekerja di perusahaan?" Aura berfikir sejenak.
"Hm mohon maaf sebelumnya nih kak..."
"Kamu nggak perlu jawab sekarang. Kamu bisa mikir-mikir dulu. Nggak usah di jawab sekarang" Potong Faris sebelum Aura selesai melanjutkan ucapannya.
"Hm tapi kak..."
"Oiya, hari ini kamu ada acara nggak? capek nggak?" Potong Farris lagi dan lagi hingga membuat kening Aura tertaut kembali. Gadis itu merasa bingung dengan Faris yang seolah sengaja untuk tidak mengizinkan dirinya berbicara.
"Hm, sekarang sih enggak kak. Kenapa emang?" Tanya Aura.
"Kalo nanti malam?"
"Enggak juga."
"Yaudah, kamu mau nggak nanti malam jalan sama aku?" Ajak Farris tanpa basa basi.
Benar, Aura dan Farris dalam beberapa tahun belakangan ini memang sudah terlihat canggung. Padahal, sebelum Faris mengungkapkan perasaannya pada Aura beberapa tahun yang lalu, mereka tampak biasa saja. Bahkan panggilan mereka pada saat itu masih santai dengan panggilan lo gue.
Namun sekarang situasi sudah berbeda. Saat ini mereka sudah seperti orang yang baru mengenal. Karena Aura sendiri sengaja melakukan hal itu sebab Aura tahu bahwa selama ini Faris masih mengharapkan dirinya
Itulah sebabnya beberapa tahun belakangan ini Aura memilih biasa saja pada Faris dan sedikit menghindar hingga membuat mereka terlihat canggung. Aura hanya berniat untuk meminimalisir kekecewaan yang akan didapati oleh Faris.
"Jalan?" Tanya Aura ragu.
"Iya jalan. Tadi aku udah minta izin sama Mami sama Kakak kamu kok. Dan mereka ngizinin. Sekarang aku cuma nunggu kepastian dari kamu"
Aura tanpak berfikir sejenak. Sesekali gadis itu mencoba mencuri pandang pada Faris yang saat ini duduk di depan dirinya dengan raut wajah datar seoalah memikirkan sesuatu.
"Kalo kamu nggak bisa juga nggak papa. Aku nggak maksa kok" Ucap Faris saat pria itu sedari tadi memperhatikan raut wajah Aura yang terlihat ragu untuk menerima ajakan dirinya.
"Aku mau kok kak" Sahut Aura.
Hal itu berhasil membuat Faris terkesiap. Pria itu tidak percaya jika Aura akan menerima ajakannya. Karena Faris tau, saat ini Aura masih merasakan kekecewaan akan Kevin. Tapi semua terjadi dibalik dugaan Faris, Aura sama sekali tidak menolak permintaan pria itu.
***
Waktu sudah menunjukkan pukul 19.00. Aura yang kala itu tengah duduk di atas tempat tidur, tampak melamun sesaat, sebelum gadis itu bergerak menuju lemari untuk menyiapkan baju yang akan ia kenakan untuk jalan malam ini bersama Faris.
Sejujurnya, Aura benar-benar merasa malas untuk keluar saat suasana hati yang tidak enak seperti saat ini. Namun, entah mengapa, setiap kali Aura melihat wajah Faris yang tulus, rasanya Aura tak mampu untuk sekedar menolaknya. Karena Aura tau, bagaimana rasanya diabaikan oleh orang yang sama sekali tidak tertarik pada dirinya.
Aura sungguh tau bagaimana rasanya. Aura fikir, cukup Aura saja yang merasakan sakit seperti itu. Tapi jangan denga pria sebaik Faris. Karena Aura juga sadar, salah satu dari kebahagiaan sederhana yang bisa membuat hati terasa tenang ialah bukan karena perasaan kita terbalaskan, melainkan tianggap ada.
Itu semua sudah cukup bagi Aura. Karena setidaknya, dianggap ada saja bahkan hanya dengan status sebagai seorang teman maupun saudara, Aura sungguh tidak apa. Menyedihkan memang, tapi bukankah hal itu justru lebih baik, daripada tidak dianggap sama sekali? Fikir Aura seperti itu.
Aura baru saja keluar dari kamar mandi setelah usai membersihkan diri. Gadis itu tampak berias dengan tidak terlalu menor sebelum gadis itu berjalan keluar kamar menuju Faris yang sudah menunggu di ruang tamu dari sekitar lima belas menit yang lalu.
Bunyi sepasang heels terdengar nyaring di telinga Faris. Pria yang kala itu sedang sibuk memainkan ponsel di tangannya, perlahan menegakkan kepalanya ke atas menuju asal suara.
Hingga sosok Aura Faris dapati dengan Mini Dress se lutut tengah berdiri di depan matanya. Faris mematung sesaat, memperhatikan Aura yang ia rasa tampak anggun dengan rambut sedikit bergelombang yang sengaja ia catok barusan.
Gadis itu berdiri malu-malu sembari memegang tas jinjing di tangannya. Aura sedikit mengggit bibir bawahnya, menyematkan beberapa helai rambutnya ke telinga karena salah tingkah saat Aura menyadari akan tatapan terpesona Faris pada dirinya sedari tadi.
.
.
.
.
Jangan lupa like, komen, dan vote ya. Terimakasih :)
Maaf banget aku nggak bisa crazy up ya. Karena aku lagi sibuk banget di dunia nyata. Terimakasih yang masih mau nunggu aku up dengan sabar🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Novianti Ratnasari
faris terpesona😍😍😍
2021-02-15
0
Novianti Ratnasari
visual nya kak.
2020-12-01
2
santiezie
visual donk Thor ..
2020-11-22
7