Faris masih tak bergeming menatap Aura. Sungguh, seorang bocah yang dulunya Faris kenal di usia yang masih 18 tahun, saat ini sudah tumbuh menjadi gadis dewasa. Bisa dibilang sudah pantas untuk menjadi ibu dari anak-anaknya. Ngayal aja dulu, sakitnya belakangan.
Jujur saja, setiap saat dan sampai saat ini, Faris memang masih berharap akan Aura. Berharap suatu saat pintu hati Aura terbuka tanpa ia paksa jika memang takdir berpihak pada mereka. Karna Faris percaya tidak ada yang tidak bisa asal masih berusaha.
Faris hanya membiarkan semuanya berjalan dengan sendirinya, mengikuti alur serta do'a do'a yang selalu ia panjatkan disetiap langkahnya. Sama seperti Aura yang sulit melupakan Kevin, Faris juga merasakan hal yang sama. Entah mengapa rasanya pria itu sangat sulit untuk melupakan gadis yang tiga tahun lebih kecil dari dirinya itu.
Padahal, selama ini tidak sedikit rekan kerja Faris yang lebih memiliki pemikiran dewasa yang juga tertarik pada dirinya. Tapi mengapa setiap kali melihat sikap kekanakan Aura, Faris justru merasakan suatu ketertarikan akan hal itu.
Disaat beberapa orang lelaki yang lebih menyukai gadis dewasa dan tidak suka dengan gadis manja dan juga petakilan, tapi Faris justru menyukainya. Apalagi setelah Faris selama ini melihat bagaimana kehidupan Farrel dan juga Sabilla yang ia rasa sangat lucu jika berhubungan dengan gadis manja.
Faris rasa memiliki seorang istri yang kekanakan justru lebih menyenangkan daripada wanita dewasa yang terlalu serius akan sesuatu. Mungkin tipikal dan kemauan manusia berbeda-beda. Tapi begitulah Faris, pria itu memang lebih tertarik pada yang lebih muda daripada seusia dirinya maupun lebih tua darinya.
"Kak Farris" Panggil Aura melambaikan tangannya di hadapan Faris hingga pria itu tersadar dari lamunannya.
"I-iya" Sahut Faris gugup.
"Kenapa bengong?" Tanya Aura.
"Enggak, nggak bengong. Berangkat sekarang?" Sahut Faris salah tingkah. Pria itu memalingkan pandangan bingung seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Aura membalas dengan sebuah anggukan. Kedua manusia itu terlebih dahulu pamit dan meminta izin pada Anita sebelum keduanya berjalan menuju halaman rumah Aura dimana terdapat mobil Faris yang sudah terparkir disana.
Faris membuka pintu mobil, tersenyum menyuruh Aura untuk masuk ke dalam sana, sebelum pria itu berputar ikut mendudukkan tubuhnya di kursi kemudi.
Di perjalan, sesekali Aura mencoba mencuri pandang ke arah Faris. Gadis itu sejenak memperhatikan pria yang masih sibuk dengan kemudinya itu dengan seksama. Jujur saja, Aura mengakui ketampanannya.
Entah mengapa rasanya Aura tidak tega untuk menyakiti pria itu? Pria baik yang selalu menjaga dan menghormati seorang perempuan. Bahkan sampai saat ini Faris sama sekali tidak pernah membenci Aura meskipun gadis itu pernah menolak perasaannya.
"Apa yang Mami bilang benar? Diluar sana masih banyak laki-laki baik yang menginginkan aku. Apa kak Faris adalah salah satunya?"
Aura bergumam dalam hati dengan pandangan masih fokus pada Faris. Gadis itu sama sekali tidak menyadari bahwa Faris juga melihat jelas bahwa Aura sedang memperhatikan dirinya dari ekor matanya. Tapi Faris justru memilih berpura-pura tidak mengetahuinya. Karena pria itu tidak ingin membuat Aura malu dan justru salah tingkah.
Beberapa saat di perjalan, mobil Faris berhenti tepat di depan sebuah restoran cepat saji yang sangat terkenal yang ada di pusat kota.
Pria itu bergegas turun dari mobil setelah berhasil memarkirkan mobil di parkiran. Faris lebih dulu keluar dari dalam sana dan segera membuka pintu mobil untuk Aura layaknya putri mahkota.
Beberapa pelayan tampak menyapa Faris dengan ramah saat pria itu baru saja memasuki Restaurant tersebut. Karena memang, tempat itu adalah tempat biasa Faris kunjungi saat menemui rekan bisnisnya.
Saat ini Faris dan Aura sudah berada di rooftop yaitu atap dari restorant tersebut. Dimana, dari atas sana terdapat city view (pemandangan kota) yang berwarna sebagai pertunjukan utamanya. Dari sana, para pengunjung bisa melepaskan pandangan dan menikmati pemandangan ke seluruh penjuru kota dengan leluasa.
Dan tidak hanya itu saja, sembari menikmati Dinner, ya Faris saat ini mengajak Aura untuk Dinner romantis disana, di tempat yang indah dengan city view ( pemandangan kota) dibawah naungan langit dan bintang yang gemerlap. Di sana jelas saja keindahan langit dan bintang bisa dilihat secara langsung.
Sedari tadi, tatapan Faris tak terlepas dari Aura. Pria itu memperhatikan raut wajah Aura dengan seksama. Saat ini, Faris juga ikut merasakan kebahagiaan saat pria itu juga melihat dengan jelas kebahagiaan dari raut wajah Aura.
"Seneng banget ya kayaknya" Ucap Faris membuka suara.
Aura yang kala itu masih berdiri sembari menikmati pemandangan yang menampakkan gedung-gedung kota yang menjulang tinggi serta dihiasi dengan lampu-lampu indah itu menoleh ke arah Farus yang sudah duduk di salah satu meja yang sudah disiapkan untuk mereka berdua.
"Ini indah banget kak Faris, pemandangannya benar-benar indah, aku suka" Ucap Aura antusias. Gadis itu tak henti memandang Faris dengan raut wajah bahagia. Entah mengapa Aura benar-benar merasa bahagia, padahal, ini bukanlah kali pertama bagi Aura pergi ke tempat seprti ini. Tapi memang, ini kali pertama semenjak tiga tahun terakhir. Selama tiga tahun Aura menutup diri dan tidak mau pergi kemana-mana kecuali kampus dan rumahnya.
Bahkan saat keluarga Aura ada acara apa saja, gadis itu selalu memilih untuk tinggal di rumah bersama Bi Maya.
Bibir merah jambu itu tak henti melengkung membentuk sebuah senyuman. Sedari tadi, sepasang mata tak henti memperhatikan itu. Hingga seketika, Faris teringat saat pertama kali bertemu Aura.
Faris teringat saat Aura masih memiliki sifat cerita, bukan Aura yang pendiam seperti saat ini. Melainkan gadis petakilan yang kalau bicara selalu ceplas ceplos. Hal yang membuat Faris mulai tertarik pada Aura pada saat itu. Hingga mereka sering bertemu karena Aura bersahabat dengan Sabilla.
"Udah, liatinnya dari sini aja" Ucap Faris saat Aura sedari tadi tak berhenti menikmati pemamdangan kota dengan bahagia.
Aura menoleh. Tersenyum, kemudian gadis itu kembali mendudukkan tubuhnya di sebuah meja tempat dimana Faris juga duduk disana.
"Udah lama banget dari pertama kali kita ketemu, aku nggak pernah lagi ngeliat kamu sebahagia dan ketawa seperti ini" Ucap Faris saat Aura baru saja mendudukkan tubuhnya.
Aura terdiam, gadis itu sontak memasang raut wajah datar. Menatap Faris dengan bermacam asumsi yang ada di fikirannya.
Sejenak, gadis itu lagi dan lagi menatap lekat wajah Faris.
"Kenapa liatinnya gitu?" Tanya Faris sedikit tetawa. Entah tertawa bahagia, atau justru tertawa kecewa. Rasanya semua bercampur aduk. Di satu sisi Faris merasa bahagia saat melihat Aura bahagia. Tapi disisi lain, dada Faris juga terasa sesak, saat mengingat Aura masih bisa belum bisa menerima dirinya.
"Kalo suatu saat aku tiba-tiba ngasih kamu undangan pernikahan, apa kamu bakal cemburu Ra?" Tanya Faris tiba-tiba.
"Ha?" Bibir Aura terbuka.
"Iya, kalo seandainya aku tiba-tiba ngasih kamu undangan pernikahan, kira-kira kamu merasa cemburu nggak? Atau penyesalan gitu?" Tanya Faris spontan tanpa basa basi. Entah polos, entah memang ia sengaja.
"Kenapa kak Faris nanya itu?" Kening Aura tertaut dalam, mencoba mencerna maksud dari ucapan Faris.
.
.
.
.
.
Jangan lupa like, komen, dan vote serta rate bintang lima ya. Makasih banyak 💕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Siti Chotimah
beda usia mah gk masalah yg penting bisa saling mengisi kekurangan dgn kelebihan msg",memahami,memaafkan,menyayangi dgn tulus. dewasa itu bkn dr usia tp bgmn cara seseorang dlm menyikapi masalah.
2022-07-05
0
Christina Natalia Pulunggana
fix sejak kisah farrel sabil sampe kisah awal aura .. aku masuk tim farris thor 💙💙
2021-04-29
0
i'm Bintang
di saat orang" pda dukung faris.. knpa aku pngen dukung kevin yh?😞
2021-02-18
0