3 | Kembali

...****************...

"R-rei?" William bergumam seraya menatap Rei yang berdiri di ambang pintu bersama dengan Elvina yang tengah melepaskan sepatu high heel nya.

"Ah kau sudah pulang?" Tutur Elvina seraya melirik sekilas pada adiknya itu. William berjalan menghampiri Rei yang tengah berdiri dengan raut wajah bingung.

"Rei? Kau, kau Rei kan?" William menatap Rei dengan raut wajah bahagia, sudah lama ia tidak melihat wajah sepupu yang sangat akrab dengan nya itu.

Rei terdiam mencoba mengingat wajah William tetapi usahanya tidak membuahkan hasil, ia tidak dapat meningat sedikit pun tentangnya.

"Astaga! Aku benar-benar tidak bermimpi kan?" William memeluknya mencoba memastikan bahwa itu bukan halusinasi nya. Saat William menyentuhnya, Rei kembali merasakan setrum kecil yang menyetrum tubuhnya.

"Aku tidak menyangka, ternyata kau masih hidup! Kami sangat mencemaskan mu! Selama ini darimana saja kau? Dan kenapa kau menghilang lama sekali tanpa kabar?" Kata William. Rei masih terdiam mencoba mencerna kejadian yang ia alami itu, ia bingung harus bagaimana pasalnya tidak sedikit pun tentang William yang ia ingat.

"K-kau siapa?" Lagi-lagi hanya kalimat itu yang mampu keluar dari mulutnya. William spontan terkejut, ia melerai pelukannya kemudian menatapnya.

"K-kau tidak ingat aku?" Tanya William, Rei hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. "Ini aku William, sepupumu! Apakah kau sudah melupakan ku?"

"Aku tidak ingat apa-apa tentangmu."

"Apa? Aneh, apakah kau amnesia?" Tanya William.

"Will, ada yang harus ku jelaskan padamu! Ayo kita bicara di dalam!" Ucap Elvina segera.

"Sebentar kak, apakah dia benar-benar Rei?"

"Nanti ku jelaskan! Ayo kita ke dalam dulu," Elvina menggiring William masuk ke dalam rumah. "Rei, ayo!" Tutur Elvina ketika menyadari Rei hanya berdiri di sana.

"Ah, ya. Sebentar," Rei bergegas melepaskan sepatu yang ia kenakan kemudian menaruhnya di rak sepatu yang ada. "Oh ya, kau bisa pakai sandal yang biru itu!" Elvina menunjuk ke arah rak sepatu, di sana terdapat sandal berwarna biru. Rei memakainya, dan ukurannya benar-benar pas di kakinya.

"Ikut aku!" Elvina berjalan di depan dengan di ikuti oleh Rei dari arah belakang, sepanjang jalan menuju ruang keluarga. Mata Rei tidak berhenti berkelana, menyapu pandangan di sekitarnya. Ada banyak hal yang dapat ia perhatikan di rumah yang di tempati Elvina itu, rumah bergaya ala korea yang sangat nyaman dan rapi.

"Apa yang ingin kau bicarakan?" Tanya William tanpa basa-basi begitu mereka tiba di ruang keluarga, laki-laki itu tengah duduk di salah satu sofa dengan matanya menatap ke arah kakaknya.

"Rei kau tunggu sebentar disini, aku akan siapkan makanan dan minuman untuk makan malam kita!" Kata Elvina tak menghiraukan adiknya yang sejak tadi penasaran dengan apa yang akan di katakan oleh kakaknya itu.

"Baiklah," Rei duduk di sana.

"Will, ikut aku! Bantu aku menyiapkan makan malam!"

"Tapi kau bilang ada yang ingin kau katakan. Jadi apa?"

"Akan ku jelaskan nanti! Ayo!" Elvina menarik tangan adiknya itu dan membawanya menuju dapur, sementara Rei duduk di sana. Sementara menunggu, Rei memandangi setiap foto yang terpajang di sana. Salah satu dari foto-foto yang terpajang disana ada dirinya bersama dengan Elvina dan William.

"Jadi benar? Mereka mengenalku? Jika tidak mana mungkin aku ada dalam foto ini" Rei membatin, tangannya meraih bingkai foto itu dan memandang nya untuk memastikan sekali lagi bahwa orang yang ada dalam foto itu adalah dirinya.

...****************...

"Apa yang ingin kau bicarakan denganku? Kenapa harus disini?" Tanya William heran dengan tingkah kakaknya itu.

"Sssttt!! Jangan terlalu keras nanti Rei bisa dengar pembicaraan kita!" Tutur Elvina meminta William untuk memelankan suaranya. "sekarang bantu aku dulu menyiapkan meja makan, dan kita taruh dulu makanannya pada piring. Akan ku jelaskan sambil bekerja!"

"Baiklah," William berjalan menghampiri rak piring untuk membawa piring, sementara itu Elvina menaruh tasnya di atas meja bersamaan dengan kantong plastik besar berisi makanan yang sempat ia beli bersama Rei sebelum mereka tiba di rumah.

"Jadi?" William sudah tidak sabar.

"Baiklah begini, aku harap kau mengerti akan keadaannya. Sebenarnya aku tidak terlalu yakin tapi sepertinya memang benar Rei amnesia, karena dia juga tidak tahu siapa aku atau siapa dirinya. Yang ia tahu hanyalah nama dan usianya saja."

"Benarkah?"

"Ya, aku juga heran mengapa bisa sampai seperti itu. Di tambah lagi bukan hanya ingatannya saja yang tidak dia ingat, aku merasa bahwa Rei agak berubah! Sejak awal aku bertemu dengannya sikapnya aneh."

"Ya, kau benar. Aku juga merasa begitu, selain itu penampilan Rei yang sekarang terlihat agak berbeda dari sebelum dia hilang. Rei terlihat agak lebih rapi, menurut ku agak tidak cocok. Rei lebih baik terlihat seperti yang dulu, berpakaian agak berantakan dia lebih terlihat keren seperti itu!"

"Aish kau ini! Justru menurutku lebih baik penampilan yang sekarang, dia jadi lebih terlihat dewasa! Tidak seperti berandalan!" Elvina tidak setuju dengan ucapan William.

"Oh ya. Ngomong-ngomong ada baiknya jika kita sebagai sepupu yang sangat akrab dengannya untuk membantu dia bisa mengingat masa lalu nya, aku kasihan jika dia terus tidak ingat masa lalu seperti ini. Aku khawatir dia merasa kurang nyaman dengan kita!" Tutur Elvina.

"Oke aku setuju. Tapi bagaimana caranya kita membantu dia untuk memulihkan ingatannya yang hilang?"

"Itu mudah, kita bisa coba dari hal-hal kecil seperti membicarakan dan menceritakan semua kenangan saat-saat kita bersama padanya. Dengan begitu aku yakin perlahan ingatannya akan kembali!"

"Ooh"

"Ya sudah cepat selesai kan! Rei pasti sudah sangat lapar."

"Iya-iya. Lagipula aku juga lapar, sejak pulang sekolah tadi aku belum makan apa-apa!"

"Ya sudah!" Elvina dan William kembali memfokuskan diri untuk menyelesaikan menyiapkan makan malam mereka dan meja untuk mereka makan bersama.

...****************...

Selesai makan malam bersama, kini mereka bertiga tengah berada di halaman belakang rumah. Di sana terdapat kolam berenang yang cukup luas. Rei dan William duduk di sana, di bibir kolam dengan kedua kaki mereka di masukkan ke dalam kolam berisi air, sementara itu Elvina kini tengah duduk di kursi di teras.

Elvina tengah berkutat dengan beberapa pekerjaan nya yang harus ia selesaikan. Gara-gara bosnya yang menyebalkan itu, Elvina harus memulai semuanya kembali dari awal. Menyusun ulang angka demi angka dan merapikan laporan keuangan yang ia buat.

"Untung saja aku masih mengingat semua isi dari laporan yang ku buang di tempat sampah itu, jika tidak mungkin aku harus mengulang nya. Benar-benar mengulangnya dari awal!" Gumam Elvina.

...****************...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!