Dari jendela kamar yang terletak di lantai atas, Clara sedari tadi ternyata mengintip mobil yang diketahui milik Barra yang terparkir di bawah sana.
Clara juga melihat dengan jelas saat Barra turun dari mobil dan berjalan menuju pintu utama rumah El.
Dengan raut wajah kesal, Clara kembali menutup gorden yang semula dia buka. Dia menatap kesal ke arah depan dengan tangannya meremas kuat kain gorden tersebut. Entah apa yang saat ini ada di fikiran gadis tersebut. Yang jelas, sepertinya Clara marah.
***
Di dalam kamar, El buru-buru mengganti baju setelah selesai membersihkan diri. Dia juga dengan cepat duduk di meja rias untuk memolesi wajahnya dengan sedikit make up.
Ponsel El yang terletak di atas kasur sedari tadi tidak berhenti bergetar. El mengalihkan pandangannya ke arah kasur sembari berdandan tergesa-gesa.
"Aduhhh dasar lo ya batu kerikil, batu bara, batu batuan! bisa sabar nggak sih!" Kesal El sendiri saat mengetahui panggilan tersebut dari Barra yang sungguh sangat tidak sabaran. Gimana tuh, udah pake sungguh, ditambah sangat lagi. Membuat El benar benar sebal.
Selesai berdandan, El memutuskan untuk segera keluar dari kamar. Tidak lupa gadis itu mengambil ponselnya yang ada di atas tempat tidur.
El bergegas menuruni anak tangga. Namun, saat berada di anak tangga paling terakhir, kaki El tiba tiba saja tersandung sendiri.
"Aaaaaa" Pekik El memejamkan mata saat gadis itu terjatuh dari tangga.
Seperti pangeran yang datang tepat waktu untuk menyelamatkan sang putri, Barra yang mulanya hanya iseng dan berjalan jalan disekitar rumah El saat Gita permisi untuk ke kamar sebentar, tidak sengaja melihat El baru saja turun dari tangga.
Dan, tentu saja Barra dengan cepat menangkap El saat melihat gadis tersebut hampir saja terjatuh. Kini, mata Barra dan El beradu dengan jarak yang begitu dekat. Seperti sinetron-sinetron atau drama korea, mereka terdiam sejenak saling menatap satu sama lain.
Dan, tanpa El dan Barra sadari, seseorang yang tidak berada jauh dari mereka juga sedang memperhatikan mereka dengan raut wajah kesal sedari tadi.
"Makannya, kalo jalan pake mata! jangan pake idung!" Barra menjauhkan tubuh El secepat mungkin dan melepaskan pelukannya. Namun, di saat yang sama Barra melihat Clara tengah berdiri mempehatikan dirinya dan juga El.
Lagi dan lagi, mereka saling menatap dengan tatapan yang sangat sulit diartikan satu sama lain. Sebelum akhirnya Clara yang memutuskan untuk segera pergi lebih dulu dari sana. Manik mata Barra kini tampak mengikuti langkah kaki Clara.
"Eg be*go. Sejak kapan jalan pake mata? yang ada juga jalan itu pake kaki, kalo pake mata serem dong, kaki jadi kebalik ke atas." Ujar El kesal.
"Lagian juga lo aneh banget sih batu. Katanya mau belajar mencintai gue, tapi malah marah-marah nggak jelas aja kerjaan lo. Darah tinggi mampus!" Sambung El kemudian.
Barra kembali memalingkan pandangannya pada El yang berada di hadapannya. "Bacot lo!" Ucap Barra kemudian Barra berlalu pergi dan kembali berjalan menuju ruang tamu. Sementara El sudah menggeram kesal ke arah cowok menyebalkan itu.
"Dasar lo ya." El mengepalkan tangannya kuat, menggeram kesal memperhatikan punggung Barra yang semakin melangkah jauh dari dirinya.
El membuka heels yang semula melekat di kakinya dan melemparkan tanpa perasaan pada Barra.
"Brukkkk"
"Aaaaa" Pekik Barra saat heels El tepat sasaran pada punggungnya. Barra mengelus punggungnya yang terasa perih tersebut dari arah belakang.
"Ma*mpus" Ucap El tertawa puas.
Barra menoleh ke arah belakang. Dia menatap El tajam seolah akan menerkam gadis itu.
"Lo...!!!!"
Barra hendak melangkahkan kakinya menghampiri El. Namun, malaikat tanpa sayap El kebetulan saja datang di waktu yang tepat.
"Eh, Barra, El udah mau pergi aja ya?" Tanya Gita yang baru saja datang dari arah kamarnya. Membuat Barra mengurungkan niatnya untuk membalas perbuatan El.
"Awas aja lo nanti. Liat pembalasan gue!" Gumam Barra dalam hati melototkan matanya tajam ke arah El.
"Aw takut" Ujar El mengejek saat menyadari tatapan Barra.
"Eh iya tante." Jawab Barra pada Gita cengengesan tanpa memperdulikan ejekan El.
"Yaudah kalo gitu hati-hati ya. Seneng banget deh liat kalian lengket dan kompak kaya gini" Gita berjalan mendekati Barra. Dia tersenyum sembari menepuk nepuk punggung Barra.
"Aaaa" Pekik Barra saat Gita menepuk tepat di area bekas punggung Barra yang dilempari El dengan heels barusan. Rasanya benar benar panas dan perih.
"Lah kamu kenapa?" Tanya Gita bingung. Dia memperharikan Barra dengan kening tertaut.
"Nggak papa kok tante" Jawab Barra terpaksa dan berusaha menahan rasa sakit di punggungnya.
***
Barra dan El kini sudah berada di dalam mobil. Namun, sudah lima belas menit Barra sama sekali tidak menancapkan gas mobilnya untuk segera pergi dari sana. Selama lima belas menit mereka hanya berdiam diri dalam keheningan di dalam mobil.
El menjadi bingung. Dia memperhatikan Barra yang terlihat seperti orang yang sedang menahan rasa sakit.
"Eh batu. Kenapa sih? katanya mau pergi? ayok jalan!" Celoteh El.
Barra tidak menjawab. Dia hanya melirik El dengan raut wajah datar, menatap El seksama hingga membuat El sedikit salah tingkah.
"Ngapain liatin gue kaya gitu" Tanya El sebal.
"Punggung gue sakit kutilang" Ujar Barra kesal.
"Eleh, alasan aja lo. Lebay tau nggak lebay! Gitu aja sakit!." Cibir El memutar bola matanya malas.
"Udah ayok buruan. Keburu siang ini." Sambung El memaksa.
Barra mencoba memegang stir mobil, tapi punggungnya benar benar terasa ngilu.
Namun, mata El membulat saat gadis itu tidak sengaja melihat sedikit bercak darah tembus dari baju Barra.
"Astaga berdarah" Ucap El kaget sendiri. Mulutnya terbuka lebar tidak percaya.
El memegang pundak Barra. Lantas, merubah posisi pria itu menjadi membelakangi dirinya.
El hendak menaikkan baju Barra. Namun Barra dengan cepat menahannya.
"Mau ngapain lo?" Tanya Barra curiga.
"Mau liat luka di punggung lo" Jawab El.
"Nggak usah." Tolak Barra menghentikan tangan El yang hendak manaikkan baju Barra.
"Gue mau mastiin ini beneran darah apa enggak. Masak iya sampe bedarah omaigat. Jahat banget gue" Ucap El tidak percaya.
"Baru nyadar kalo lo jahat!" Gerutu Barra sendiri.
"Udah diem lo!"
El hendak kembali melihat dan memastikan luka yang dia sebabkan di punggung Barra. Namun, Barra selalu saja menghentikannya.
"Lo ngapain sih. Nggak perlu diliat segala." Protes Barra masih berusah menghindar.
"Eh batu diem bisa nggak? sini gue liat dulu. Masa iya sampe bedarah gitu dilempar dikit doang" Ucap El tidak percaya sembari menarik tangan Barra.
"Kutilang lepasih deh. Nggak usah pengang pegang gue!" Tolak Barra.
"Sini nggak? kalo nggak gue tabok nih biar makin sakit?"
"Lo belum apa-apa, belum jadi bini gue udah KDRT aja ngeri juga gue jadinya." Celoteh Barra menggerutu sendiri.
"Makannya nurut sama gue!"
Kening Barra tertaut, dia memperhatikan El bingung.
"Bukannya kalo dimana mana istri yang harus nurut sama suami ya? kok sekarang jadi harus suami yang nurut sama istri?" Ucap Barra bingung.
"Ya begitu trend 2021 nanti" Jawab El cengengesan.
...Guyssss bantu aku vote yakkkk dan jangan lupa pencet tombol like. Makasih banyak 💙...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Marhaban ya Nur17
wkwkkw
2023-11-06
0
Kepiting Cina
Barra si batu berbagai jenis batu🤣
2022-06-01
0
Qiza Khumaeroh
msih misteri nih clara sma barra,,
2021-08-21
0