My Cold Husband 2
...Jangan lupa pencet tombol like setelah membaca. Dan jangan lupa vote jika berkenan. Terimakasih banyak. Happy Reading dan semoga suka💙...
"Apa? Dijodohin?" Ucap Anin kaget saat mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh El yang saat ini sedang duduk di hadapannya. Anin yang sedari tadi sibuk menyeruput Juice yang ada di meja terpelongo tidak percaya saat El mengatakan bahwa dirinya akan di jodohkan.
Anin, Stevan, El, dan Barra saat ini sedang berada di sebuah Caffe yang ada di pusat kota, mereka saat ini tengah menikmati akhir pekan bersama. Dan tentu saja ini bukan untuk yang pertama kalinya.
Karena semenjak masalah Anin dan Stevan sudah selesai lebih kurang tiga tahun yang lalu, mereka berempat memang sudah menjadi sahabat.
Berkumpul dan menghabiskan waktu bersama ketika sama-ama ada waktu luang dan tidak sedang bekerja itu sudah menjadi suatu kewajiban bagi mereka.
Dan selama itulah, El dan Barra masih seperti Tom and Jerry yang sulit sekali untuk di satukan. Karena bagi mereka, tiada hari tanpa bertengkar, tiada hari tanpa berdebat, dan tiada hari tanpa memaki satu sama lain meskipun El dulu sempat terpesona akan ketampanan Barra.
El mengangguk membenarkan dengan raut wajah cemberut.
"Iya. Lo kan tau sendiri Nin, usia gue udah 23 tahun. Tapi sampe sekarang gue masih aja belum punya pacar alias jomblo karatan. Apalagi gue anak tunggal, nyari pasangan sendiri juga kaga bisa. Makanya Mama sama Papa ngotot banget buat jodohin gue biar cepat-cepat nikah karena mereka pengen banget cepat-cepat punya cucu katanya"
El berbicara dengan raut wajah yang sama sekali tidak bersemangat. Sejujurnya El juga tidak ingin menuruti keinginan orang tuanya. El tidak ingin dijodohkan. Dia ingin mencari pendamping hidupnya sendiri.
Tapi apa boleh buat, El juga sama sekali tidak pandai dalam hubungan asmara, apalagi mencari pasangan. Hingga membuat El pasrah dengan apapun keputusan yang diambil oleh Mama dan Papanya. Toh itu semua juga demi kebaikan El bukan?
Singkat cerita, El bahkan tidak pernah dekat dengan laki-laki manapun, dia tidak pernah PDKT dan semacamnya. Entahlah, El rasanya lebih merasa nyaman sendiri tanpa ribet memikirkan urusan percintaan. Tanpa dia sadari, bahwa memang waktu akan terus berjalan dan mau tidak mau El memang harus segera menikah dan berkeluarga.
"Makannya, jadi orang jangan songong, jutek, kasar, idup lagi. Jelas aja nggak ada yang mau sama lo" Itu suara Barra yang yang nyerocos saja tanpa diminta.
Pletakkkk
"Bisa diem nggak sih lo. Orang lagi serius juga" Kesal El menjitak kepala Barra.
"Santai aja dong nggak usah pake di jitak segala. Emak bapak gue susah payah bikin gue biar bisa sesempurna mungkin. Lo malah seenaknya aja ngejitak gue. Ntar pala gue peyot marah lo ibu negara di rumah" Barra mengusap kepalanya dan berbicara teramat sangat lebay.
"Lagian juga serius maemunah. Emang faktanya lo kan kaya begitu? makanya jadi cewek pinter dikit. Kalo ngomong sama cowok itu pake perasaan. Contohnya aja sama gue, nggak ada sopan santunnya lo kalo ngomong." Sambung Barra memutar bola matanya malas. Pria itu benar benar tidak pernah mau kalah.
"Dasar lo ya memang tutup panci. Tiap hari bikin gue kesal mulu kerjaan lo. Lo fikir lo siapa ha? sampai-sampai gue harus ngomong sopan santun dulu sama lo?presiden? bukan juga kan!"
"Eleh dibilangin ngegas." Sewot Barra.
"Serah lo ah. Gue lagi males debat" Pasarah El memutar bola matanya jengah dengan ocehan-ocehan Barra yang baginya sama sekali tidak jelas.
"Itu tadi lo udah debat. Ngegas lagi"
"Sekali lagi lo ngomong gue sumpel tu mulut pake ini tisyu" Kesal El melotot tajam ke arah Barra.
Anin dan Stevan menatap satu sama lain. Setiap mereka berkumpul, hanya adu mulut Barra dan El yang selalu mereka dengar dan saksikan.
Beberapa saat kemudian, Anin teringat akan sesuatu.
"El" Panggil Anin.
"Hm." Sahut El sembari meneguk Coffe yang ada di hadapannya.
Anin menatap El seksama. Menunggu apa yang akan diucapkan Anin.
"Calon laki lo bukan om-om kan El?" Tanya Anin penasaran yang sontak saja membuat mata El melotot.
"What? no no no. Gile kali sama om-om. Ya enggak lah Anin zeyeng. Kata Mama sama Papa sih dia seumuran sama gue."
Anin berfikir sejenak. "Hm. Kalo seumuran sih nggak Papa. Gass kuyy siapa tau ganteng" Ucap Anin polos.
"Terus kalo ganteng kenapa?" Timpal Stevan yang duduk di samping Anin dingin.
"Hehe nggak Papa sayang" Jawab Anin cengengesan sembari menggandeng tangan Stevan yang sedang duduk di samping dirinya. Itu salah satu cara membujuk Stevan.
Karena Stevan memang menjadi sok dingin ketika bersama El dan Barra. Tapi lain lagi jika dia sudah berdua dengan Anin. Sikap manjanya pasti bakal keluar.
"Gue yakin banget, orang yang dijodohin sama lo nggak bakal betah tinggal sama lo Elang." Ucap Barra kembali membuka suara.
"Nah ini nih yang bikin gue takut banget nikah. Apalagi kalo di jodoh-jodohin kaya gini nih. Amit-amit banget kalo sikap laki gue kaya dia" El menatap Barra jijik dan tidak suka.
"Yaelah. Lo fikir gue juga mau sama lo? Kan udah gue bilang, pacar gue lebih cantik keles dari pada lo. Lembut, baik lagi. Nggak kaya lo judes.!"
"Apaan sih gue tampol juga mulut lo nanti baru tau rasa" El benar benar terlihat marah. Pasalnya, gadis itu saat ini benar-benar sedang tidak mood untuk berdebat dengan Barra yang selalu saja mencari masalah.
"Udah udah. Bisa nggak, sekali aja kalian nggak berantem kenapa?" Lerai Anin.
"Barra. Untuk saat ini dimohon diam. Jangan memulai pertengkaran."
"Dan El, terus lo mau apa sekarang? mau nerima perjodohan itu apa gimana?" Tanya Anin serius.
"Hm. Ya mau gimana lagi Anin. Kata Mama sama Papa, kalo gue nggak mau di jodohin ya dalam seminggu gue harus bisa dapat calon sendiri. Lo pikir nyari laki semudah itu Apalagi cuma dalam waktu seminggu."
"Loh terus? mau lo?"
"Ya. Terpaksa gue terima lah perjodohannya!"
"Terus permasalahan sekarang apa?" Tanya Anin.
El terdiam. "Sebenarnya nggak ada permasalahan apaan sih. Gue cuma mau bilang gitu doang sama kalian"
Anin menghembuskan nafas kasar diiringi dengan helaan nafas pasrah.
"Sabar sayang sabar" Ucap Stevan mengusap usap punggung Anin sembarri menahan tawa saat melihat istrinya itu terlihat kesal.
"Dasar lo ya El. Gue pikir lo ngomong serius mau ngerencanain sesuatu gitu buat gagalin perjodohan lo apa gimana. Tapi... Ah udahlah, capek gue sama kalian berdua"
"Wkwk ya maap. Lagian juga percuma kalo gue coba batalin perjodohan itu. Karena mau pake cara apapun juga gue nggak bakal bisa gagalin apa yang udah disepakati Mama sama Papa. Kecuali gue punya calon sendiri"
"Terus lo udah ketemu sama calon suami lo itu? Hm" Tanya Anin.
"Belum sih. Besok malam, kata Mama kita ketemu" Jawab El.
"Emangnya lo mau dijodohin sama siapa sih El sama Papa Mama lo?" Tanya Anin masih belum puas. "Apa sama anak rekan bisnis Mama Papa lo? kaya di Novel Novel gitu?" sambung Anin kemudian.
El menaikkan bahunya. "May be" Jawab El menaikkan bahunya santai.
...Bantu Vote ya jika suka cerita ini. Makasih :)...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Dyah Wulandari
🙂
2021-12-23
0
~•°√€E°L•A√N€√°•~
el kirain cowok 😆
2021-10-06
0
Roroazzahra
barra El dari jamannya kuliah sampe udah pada gawe kerjaan lo berantem Mulu beneran persis Tom n Jerry🤭😄😄
2021-08-26
0