"Tumben kamu ngajak makan bersama?" Natasya yang memang sudah lapar lebih dulu memakan hidangannya, Bram sedari tadi hanya diam dan memikirkan apa yang akan dia katakan.
"Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan," matanya tak tertuju kepada Natasya dia menatap kosong gelas berisi lemon tea yang telah dipesan.
"Biasanya cuma lewat telfon apa sangat penting?"
"Aku ingin kita berakhir sampai disini."
Natasya menjatuhkan sendoknya kebawah meja yang berhasil menciptakan bunyi nyaring dilantai keramik itu, Bram tidak menyangka bahwa dirinya bisa mengucapkan kata-kata yang sudah lama ingin sekali ia utarakan.
Natasya masih belum menjawab dia terlalu syok tunangannya itu ingin mengakhiri hubungan dengannya, setelah merasa dirinya sudah sedikit tenang Natasya membuka kembali perbincangan yang sempat tertunda itu.
"Jangan bercanda Bram!"
"Aku serius Natasya."
"Atas dasar apa kamu ingin mengakhiri semuanya setelah orang tua kita saling setuju, kamu fikir aku tidak serius dengan hubungan ini?"
"Aku sudah lama merasa jenuh denganmu," Bram jujur kali ini bukankah itu lebih baik.
"Apa ada perempuan lain?" Bram terdiam bingung harus menjawab apa.
"Jawab aku Bram!"
"Bukan urusan kamu."
"Jelas itu urusan aku Bram jadi benar kamu berselingkuh?"
"Jangan pernah menuduhku jika tidak ada bukti sikapmu sendiri yang membuatku lelah, dimana letak perhatianmu sebagai seorang kekasih bahkan tunangan semenjak kamu asyik dengan duniamu sendiri kamu lupa sama aku tidakkah kamu berfikir bahwa aku juga butuh dirimu!"
Natasya terdiam, ucapan Bram sepenuhnya benar dia memang sudah lama tidak pernah menghabiskan waktu bersama tunangannya itu, Pekerjaan tercintanya membuat dia lupa akan seseorang dia juga sampai tidak menyadari bahwa Bram mulai menjauh darinya, dan sekarang laki-laki itu sudah tidak sudi lagi bersamanya.
"Lalu bagaimana dengan orang tua kita?"
"Ini bukan pernikahan kenapa harus bingung mereka saja yang sudah menikah ada yang lebih memilih berpisah."
"Tidak Bram aku tidak mau kita berakhir!"
Tidak tahu lagi laki-laki itu harus membujuk natasya dengan cara apa untuk memutus hubungan dengannya, dia sudah muak dengan gadis dihadapannya itu.
"Terserah kamu saja tetapi aku anggap kita sudah berakhir," Bram berdiri dan berlalu keluar restoran.
"Tidak semudah itu Bram!" Natasya menyusul dengan tergesa-gesa tetapi Bram sudah lebih dulu masuk kedalam mobil, sekarang Natasya sudah tidak tahu lagi harus bagaimana orang tuanya pasti berhutang penjelasan kepadanya.
Kilasan memori perjalanan mereka selama lima tahun seperti berdengung dengan keras dibenak Natasya, dia tidak menangis Natasya hanya bingung bagaimana setelah semuanya tahu bahwa pertunangannya telah berakhir.
Tenggelam dalam dunia kerjanya membuat semua yang sudah ada kini hilang begitu saja, Bram adalah kekasih pertama bagi Natasya dia memang tidak begitu memikirkan tentang percintaan namun Bram adalah orang yang sudah masuk dalam lingkungan hatinya,
Natasya butuh seseorang untuk bisa dia bagi kesedihannya motor scoopy itu ia nyalakan lalu pergi mendatangi seseorang.
****
Janda muda itu sudah beberapa menit yang lalu terlelap setelah berperang banyak dalam pikiran yang menghantuinya, Paras cantiknya masih tidak berkurang pipinya masih chubby sama seperti dulu di hari-hari bahagianya setelah hamil dan mempunyai anak tubuh Sinta menjadi lebih berisi. Dia tidak pernah memikirkan masalah itu yang terpenting adalah bagaimana dia bisa memberikan yang terbaik untuk James dia juga menyusui asi full untuk bayi laki-lakinya itu, sudah menjadi seorang ibu dan dia harus lebih berfikir realistis, bekerja dan mengurus anaknya begitulah kira-kira kesehariannya kini.
tok tok tok
Siti mengetuk pintu kamar Sinta dari luar membuat sang pemilik membuka mata cantiknya yang barusaja terlelap,
kakinya melangkah keluar dan Siti sudah tidak ada didepan kamarnya dia berjalan menuju ruang tamu dan mendapati sahabat tomboynya tengah melamun, menyusul Siti yang membawa satu gelas susu hangat.
"Natasya tumben malam-malam kesini?" didudukkannya tubuh Sinta disofa ruang tamu tepat didepan Natasya.
"Apa aku mengganggu?"
"Tidak memangnya ada apa?" Natasya meniup susu hangatnya sesaat sebelum diminum.
"Sedikit curhat boleh ya?" Sinta mengangguk dan tersenyum.
"Boleh lah silahkan."
"Bram memutuskanku," Sinta melebarkan matanya ternyata laki-laki itu tidak main-main dengan ucapannya.
"Bagaimana bisa?" Sinta berpura-pura untuk tidak tahu meski didalam hatinya dia merasa sangat bersalah.
"Ini semua salahku Sin aku mengabaikannya selama ini."
Hening menyelimuti keduanya Sinta ingin sekali bertanya tentang perasaan Natasya kepada Bram.
"Apa kamu masih mencintainya?"
"Tentu saja aku hanya tidak pandai mengekspresikan perasaanku sekarang dia menganggapku tidak peduli padanya."
Sinta merasa dadanya tercekat Bram hanya salah faham, laki-laki itu hanya terlalu kesepian dan medekatinya juga James.
"Aku akan mencoba berbicara dengan Bram."
"Benarkah?"
"Tapi aku tidak berjanji ini akan berhasil Sya."
"Aku serahkan semuanya kepadamu apapun keputusannya, terimakasih Sinta," Natasya berjalan kearahnya lalu memeluk dengan erat ibu muda itu.
"Aku sudah merasa lega sekarang aku akan pulang."
"Mau kuantar Natasya?"
"Ah tidak perlu Sinta, aku bisa pulang sendiri."
Satu jam berlalu semenjak kepulangan Natasya namun sepertinya Sinta enggan meninggalkan sofa ruang tamu itu, ia berkelana memikirkan bagaimana caranya membuat Natasya dan Bram kembali bersama seperti dirinya datang hanya membawa kesialan untuk hubungan mereka, dia menatap jam dinding sudah semakin larut malam, Sinta akhirnya berdiri dan melanjutkan aktifitas istirahatnya besok ia sudah harus kembali lagi kebutik.
drtt drtt
Ponsel itu bergetar dibawah selimut Sinta, sang pemilik merasa terganggu dan mencoba menggapainya ternyata jam sudah pukul lima pagi Sinta tak sempat membaca isi pesan yang ada dilayar ponselnya itu ia bergegas mandi dan membuat sarapan.
Setelah semuanya selesai dia menghampiri James yang sudah wangi bayi itu kini tengah menonton acara kartun disebuah stasiun televisi, Siti datang dengan sepiring nasi goreng buatan majikannya.
"Bunda berangkat ya James kamu jangan nakal sama Mbak!" setelah mengucapkannya Sinta mengambil tas dan juga kunci mobilnya ia keluar apartemen dan bergegas untuk akfititas seperti biasa.
Teringat akan janjinya kepada Natasya akhirnya Sinta berbelok kearah rumah Bram, laki-laki itu pasti sedang berada dirumahnya mengingat dia sebagai anak bos besar dari sebuah perusahaan ternama dikota Yogyakarta dan laki-laki itu terlihat santai dengan pekerjaannya seperti diketahui Bram tidak ingin mewarisi bisnis orang tuanya, Dia lebih memilih untuk berbisnis otomotif. Sekitar dua puluh lima menit berlalu Sinta sampai juga dipekarangan rumah Bram, dia turun dan mengetuk pintu itu berkali-kali karena tidak ada sahutan sama sekali akhirnya dia menelfon Bram, satu notif tadi pagi yang sempat ia abaikan akhirnya terbaca juga.
08×
Mamamu katanya akan berkunjung kejogja, aku yang akan mengantarnya.
Lagi-lagi Sinta tidak membalas, merasa mual dengan usaha mamanya yang selalu membawa laki-laki itu kepadanya.
"Hallo Bram cepat keluar aku ingin bicara!" belum sempat Bram menjawab Sinta sudah dulu mematikan telfonnya, sungguh ketus.
Dua menit sudah dan pintu megah nan besar itu terbuka menampilkan Bram yang masih dengan rambut acak-acakan juga baju santainya, seperti baru saja bangun tidur.
"Pagi manis mau mengajak sarapan bersama ya?"
"Cih, percaya diri sekali."
Bram hanya tertawa disela-sela godaannya Sinta masuk kedalam disusul Bram.
"Ini sudah siang dan aku hanya sebentar."
Bram yang barusaja ingin menyuruh asisten rumah tangganya untuk membuatkan minuman mengurungkan niatnya.
"Ada apa, kau rindu?" Sinta bersemu, Malu.
"kamu sedang bercanda ya bagaimana bisa dengan mudahnya kamu memutuskan Natasya begitu saja!" sebelah mata Sinta memicing ingin mendapat penjelasan Bram lebih jauh.
"Aku selalu serius untuk masalah perasaan dan aku tidak menyesal telah mengatakannya!"
"Apa maumu Bram?"
"Kamu!"
Sinta terdiam lalu berdiri dan hendak pergi namun Bram mencekal pergelangan tangannya, Sinta berhenti tanpa menolehkan kepalanya kepada Bram.
"Aku serius Sinta sudah berapa kali aku katakan."
"Apa kamu lupa Bram pria yang waktu itu datang dan bilang sebagai calon suamiku, dia tidak berbohong dan kami akan segera menikah."
Bram seketika juga melepaskan tangan Sinta merasakan habis dalam pasokan udaranya, perempuan yang ia puja sekarang ingin menikah dengan laki-laki lain padahal dalam benak dan hati sinta semua yang barusaja dia katakan adalah dusta, dia tidak ingin menikah dan mencintai laki-laki itu, Firman.
Semua yang Sinta katakan hanyalah semata-mata untuk membuat Bram kembali bersama Natasya.
"Tidak kamu pasti bohong Sinta!" Bram tertawa meremehkan dan itu tak luput dari pandangan Sinta.
"Kamu lihat saja nanti!" setelahnya Bram berdiri sendiri ditengah cabikan pedas dihatinya Sinta sudah memasuki mobilnya dan meninggalkan rumah Bram, laki-laki itu menjambak rambutnya frustasi barusaja dia hampir berhasil memadu kasih dengan Sinta sudah ada laki-laki lain yang menghancurkan harapannya. Dia pergi untuk mandi dan menyusul kebutik Sinta tidak menyerah hanya dengan satu kata bualan janda itu, Bram yakin sekali Sinta tidak menginginkan laki-laki tua itu.
***
Mengambil libur dan mencoba menenangkan pikirannya, Natasya kembali menemui Sinta dibutik milik sahabatnya itu namun ketika dia sudah sampai butik itu masih tutup, mungkin sinta kesiangan begitu fikirnya.
Setelah menunggu sekitar dua puluh menit akhirnya mobil merah milik Sinta tiba juga sang pemilik langsung turun dan menghampiri Natasya.
"Kamu tumben jam sembilan baru datang?"
Natasya mengikuti gerak Sinta yang berusaha membuka pintu butik itu, setelah terbuka keduanya masuk kedalam.
"Aku kesiangan," Sinta cengengesan, meski dia sudah berjanji akan menemui dan bicara dengan Bram namun pagi ini dia belum yakin bahwa Bram akan kembali lagi kepada natasya.
"Bagaimana dengan Bram?" Natasya membuka suara, Sinta hanya termangu dan bersiap-siap untuk menjawab namun deritan pintu didepan mengalihkan perhatian Sinta dan Natasya disana berdiri laki-laki yang baru saja natasya sebut namanya, sinta kaget bukan main namun ide cemerlang langsung duduk diotak manisnya.
"Aku menyuruh Bram untuk datang kebutik kebetulan sekali kalian berdua pas ada disini."
Bram hanya mematung didepan pintu tak berupaya bergerak sedikitpun sedang Natasya tampak sangat gugup, Sinta berlalu memegang handle pintu dan memberi ruang untuk dua sejoli itu berbicara.
"Aku sepertinya butuh secangkir kopi apa kalian ingin juga?" Sinta beralasan hanya untuk menyisakan mereka berdua disana, merasa tidak ada sahutan Sinta langsung berlalu dan sedikit berlari menuju kafe biasanya.
Hening masih menyelimuti keduanya seperti tidak ada yang ingin berbicara Bram keluar dari butik itu sesaat ketika Natasya hendak membuka suaranya, sakit. Bram bahkan tak ingin lagi mendengar suaranya tak disangka laki-laki itu menyusul sinta ke dalam kafe, Sinta yang menyadari kehadiran Bram langsung berdiri dan keluar dari kafe, janda itu berlari dan Bram menghentikannya mereka berdiri tepat di toko kue sebelah butik sinta. Sedangkan Natasya tampak sudah berlalu dengan motor andalannya keduanya sama-sama memandang Natasya, kini gadis tomboy itu sudah tidak lagi terlihat.
Sinta mengambil langkah besar untuk masuk kembali kedalam butiknya begitu juga dengan Bram, pria itu berjalan dengan santai memandang tubuh berisi Sinta perempuan dihadapannya itu tampak sempurna dimatanya.
"Berhenti dan jangan pernah temui aku lagi!" Sinta mengancam dengan tangannya menghalangi Bram yang hendak menggapai pintu masuk.
"Menurutmu aku akan menyerah begitu saja?"
Bram mencolek pipi gembul Sinta yang dihiasi blush on berwarna peach itu, tangan kekarnya begitu mudah menyingkirkan lengan putih si perempuan, dia berhasil masuk kedalam yang dibalas dengan tatapan sengit oleh Sinta.
Sekitar enam tamu yang datang kebutik Sinta dari pagi hingga siang dan Bram masih setia berada dibutik itu, sinta yang sedari tadi tak pernah lepas dari pandangan tajam Bram sedikit kikuk dan gugup ketik melayani pelanggannya, perempuan itu sekarang tengah serius menjawab telfon dari seseorang di tatapnya dengan sayu laki-laki dihadapannya setelah itu dia bergegas pergi keluar yang lagi-lagi slalu diikuti oleh Bram.
"Mau kemana?"
"Bukan urusanmu!"
"Jelas itu urusanku."
Tangannya terulur untuk merangkul pundak Sinta hal itu langsung ditepis oleh ibu dari james tersebut, Sinta berhenti dan menatap Bram dengan tajam.
"Aku akan pulang dan menemui laki-laki itu apa kamu yakin mau ikut bersamaku?"
Sinta meremehkan Bram yang sedikit melongo mendengar penuturannya, laki-laki itu berjalan lebih dulu dan membukakan pintu sebelah pengemudi, Sinta mengedikan bahunya dia merasa semua ini menjadi lebih rumit sekarang Bram yang sudah mengakhiri hubungannya dengan Natasya dan kini datang lagi Firman yang merasa telah menjadi rival bagi Bram.
Bram sembari menyetir sudah tidak fokus pikirannya tidak karuan, perempuan disebelahnya itu akan menemui laki-laki lain dengan ide yang brilian dia membelokkan mobilnya kelain arah dari apartemen Sinta sepertinya janda cantik itu tidak menyadari ide jeleknya, membawa Sinta kerumahnya dan tidak memberi ruang untuk laki-laki lain yang mencoba masuk kedalam hidup Sinta, Bram benar-benar egois dan sudah jatuh terlalu dalam kepada Sinta.
"Kenapa kita kesini apa maksutmu Bram?" Sinta meninggikan suaranya, Bram tidak menjawab dia malah keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk Sinta, dengan ragu perempuan itu turun juga dan menurut di genggamnya jari-jari mungil itu untuk masuk kedalam rumahnya.
"Sekarang buatkan aku makan siang aku lapar!" dengan tampang polosnya Bram berucap tanpa mengindahkan wajah Sinta yang sudah tersulut emosi.
"kamu pikir kamu siapa hah!"
Bram tidak menggubris bentakan kecil dari Sinta, dia malah menggendong tubuh berisi itu layaknya sebuah karung beras setelah tujuannya sampai dia menurunkan Sinta tepat didepan meja ditengah-tengah dapurnya.
"Tidak usah marah dan buatkan saja aku sebuah makanan hanya satu menu aku tidak meminta lebih," Bram keluar dari dapur menuju ruang tamu kembali untuk menutup pintu, dia juga tak lupa menyimpan kunci mobil Sinta disaku celananya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Little Peony
Like like like
2021-01-28
1
delesia
gatel juga Sinta ini.... menolak Bram sebenarnya mudah aja kalo niat
2021-01-24
2
Sky Queen
semangat terus thor💪
2021-01-17
0