DUA AYAH UNTUK JAMES

DUA AYAH UNTUK JAMES

PERCERAIAN

Tahun ini adalah tahun paling buruk di sepanjang hidup Sinta, usianya baru 23 tahun dan dia kini resmi Menyandang status janda. Mantan suaminya berkhianat dengan perempuan lain ketika dirinya tengah mengandung putra kecil mereka, sungguh malang duka terus ia lewati . Namun hari ini dia benar-benar sudah bebas dia tak perlu lagi menanggung kebencian dan sakit hati, Sinta menfokuskan diri untuk membesarkan anaknya dan juga mencari ayah baru untuk James, putra kecilnya.

"Kamu sudah lega sekarang Nak, Bunda juga bahagia banget kita buat lembaran baru ya Sayang."

Sinta menumpahkan segala rasa haru Berharap anak semata wayangnya itu mampu mencerna dengan baik setiap curhatannya, bayi berusia 3 bulan itu tampak memejamkan mata tertidur dengan nyenyak dipangkuan sang Bunda.

"Kamu yakin tidak apa-apa Sin, Mama jadi tidak tega melihat kalian berdua pindah kerumah lagi saja ya?" Wanita parubaya itu keluar dari dapur kecil milik Apartemen Sinta.

"Tidak papa kok Ma, lagian aku bisa kok sendiri sudah biasa." Sinta menjawab sembari menyodorkan segelas teh manis kemulutnya.

"Katanya kamu mau kerja lagi terus yang ngurusin James siapa? Mama tidak mungkin bolak balik kesini terus!"

"Sinta mau pakai Babysitter."

"Kamu yakin Nak?"

Wanita parubaya itu sungguh tak tega melihat kehidupan anaknya yang kini berantakan,ia sungguh tak menyangka mantan menantunya itu ternyata telah berani mengkhianati Sinta .

"Mama tenang saja, Sinta udah ikhlas kok atas semua kejadian yang menimpa Sinta."

Wanita parubaya itu Dewi Anjani, dia merangkul pundak Sinta tangan kanannya ia ulurkan untuk mengusap kepala cucunya menyalurkan segala rasa kesedihan kepada sinta dan juga James.

"Kamu terus kuat, Sayang. Mama selalu doain kamu."

"Mama juga ya, terimakasih."

Sinta dan juga Dewi tidak tahan untuk tidak menangis, keduanya tersendu sesekali menyeka air matanya agar tidak jatuh mengenai James. Bayi kecil itu sama sekali tak merasa terusik dengan interaksi kedua manusia dewasa itu .

Dewi melepaskan rangkulannya, berlalu menuju kamar Sinta untuk mengambil barang-barangnya. Dirasa Sinta sudah membaik dia berpamitan pulang.

"Sudah sore, Mama harus pulang!"

"Iya Ma, jangan lupa kabarin Sinta kalau sudah sampai!"

Dewi mendekat mencium hangat kening cucunya, ia tepuk-tepuk bahu sang putri untuk selalu sabar akan takdirnya .

"Iya Sayang, duluan ya!"

"Iyaa Ma."

***

Sudah seminggu paska perceraiannya. Sinta kini tengah memandang foto pernikahannya dua tahun lalu, tidak menyangka dengan pria yang ada difoto itu semua yang dikatakannya hanyalah bualan semata, bahkan janjinya kepada Tuhan pun bisa dia ingkari. Sungguh pria paling buruk yang pernah Sinta kenal, dia membuang semua yang berhubungan dengan mantan suaminya. Menggenggam dengan kesal barang-barang yang pernah membuat Sinta tertawa bahagia. Tapi kini semua telah pupus menyisakan luka yang begitu dalam tergores, dia bukan wanita labil yang akan begitu mudah menyerah tentang masalah rumah tangganya. Sinta sudi memberikan kesempatan kedua untuk sang mantan suami namun Sinta harus jatuh tenggelam pada kenyataan pilu bahwa mantan suaminya tak lagi menginginkan Sinta dan juga James, sungguh ironis. Lalu apalagi yang harus ia perbuat selain menyerah? Keputusannya itu sangat tepat .

"Bu, itu James menangis terus sepertinya dia haus."

Suster bayi yang usianya lebih tua sepuluh tahun dari Sinta itu mengisyaratkan Sinta untuk segera menyusui James. Sinta memang langsung mencari pengurus James setelah sidang percerain selesai agar menjaga james selama ia bekerja nanti.

"Iya, dimana dia?" Sinta berlalu mencuci tangannya .

"Dikamar Bu Sinta, apa ada yang perlu saya bereskan barang-barang ini?"

"Tidak usah, biar saya saja nanti."

Keduanya berjalan menuju kamar dimana James berada, bayi manis itu tengah menangis tersedu-sedu. Sinta dengan sigap menggendongnya lalu menyusui James .

"Siapkan keperluan mandinya saja! Habis ini kita jalan-jalan."

"Baik Bu."

***

Sudah lama sekali rasanya Sinta tidak pernah merasakan udara sesegar ini, selama pernikahnnya ia tak sering keluar rumah. Mengerjakan seluruh tugasnya sebagai seorang Istri ia hanya keluar sesekali untuk berbelanja. Namun rasanya kali ini sungguh berbeda, Sinta mampu menghirup udara dengan jernih sekarang meskipun suasananya masih sama hanya statusnya saja yang berbeda .

Sinta merasa terbuai dengan angannya sampai melupakan niatnya untuk membeli keperluan pangan, mulai besok dia sudah kembali bekerja. Membuka kembali butik kecil yang pernah dia geluti dulu semasa belum menikah, sekarang dia mempunyai kesempatan untuk berkarir kembali .

"Mbak, titip James sebentar ya. Aku mau ke Supermarket depan itu."

"Iya Bu."

Babysitter itu tersenyum, di gendongannya James tengah menguap. Sepertinya bayi itu akan terlelap ditengah teriknya sinar matahari.

***

Sinta tengah asik memilih tomat dan juga wortel segar di Supermarket itu sampai tidak menyadari pandangan aneh di belakangnya, tidak melihat ada dua pasang mata yang kini tengah berbisik sambil sesekali sang wanita menatap garang lawan pandangnya.

"Dimana James?"

Sinta menoleh, mendapati mantan suaminya tengah berdiri dengan kekasih baru yang dengan sengaja mengaitkan lengannya ditangan sang pria. Pemandangan yang sangat menjijikan bagi Sinta .

"Bukan urusanmu!"

"Aku ayahnya, Sinta!" Sang pria sedikit meninggikan suaranya, membuat si pacar tersenyum meremehkan kearah Sinta.

"Maksutmu Ayah yang tidak bertanggung jawab begitu?"

Sinta berlalu menuju kasir meninggalkan dua pasang muda mudi yang tengah kasmaran itu, dia tidak peduli dengan keduanya. Mereka hanyalah masalalu dan tidak akan pernah Sinta jadikan sebagai beban hidupnya kini.

Selesai berbelanja Sinta buru-buru menghampiri James, ia takut anaknya diambil paksa oleh ayahnya. Walau bagaimanapun sinta tidak akan pernah menyerahkan buah hati mereka, James adalah satu-satunya harta paling berharga milik Sinta sampai kapanpun.

***

"Hari baru hidup baru Sinta, semangattt!"

Begitu serunya sembari memandang kearah butik kecil yang sudah sepuluh menit lalu dibuka, berharap semuanya bisa dimulai kembali dan berjalan lebih baik .

Jam sudah menunjuk kearah angka 3 sore, baru pertama buka dan butik itu masih sepi. Sinta memandang foto bayi menggemaskan dilayar handphonenya yang tak lain adalah James, betapa bersyukurnya dia memiliki malaikat kecil yang tampan. Satu-satunya pegangan hidup Sinta walaupun dia merasa gagal menjadi istri tetapi dia akan berusaha menjadi Ibu yang baik untuk James.

"Permisi?"

"Ah iya, silahkan."

Gadis muda dengan celana jeans panjang dan kaos sewarna langit sore itu menjadi pengunjung pertama butik Sinta. Gadis itu memandang sekeliling mengamati beberapa gaun pernikahan juga dress-dress formal informal dibutik tersebut.

"Ada yang bisa saya bantu?"

Sinta bertanya dengan sopan gadis itu tidak menjawab, dia hanya tersenyum lalu setelahnya dia seperti menghubungi seseorang dalam telfon.

Tiga puluh menit berlalu dan yang hanya Sinta lihat adalah tamu pertamanya itu terus mengoceh dalam telfon, sepertinya gadis itu tampak tidak setuju dengan konsep acaranya, Sinta tidak sengaja mendengar dengan samar ucapan gadis itu.

"Calon mertuaku terus saja mendesak aku untuk memakai kebaya di acara pertunanganku nanti, apakah ada kebaya di butik ini?"

"Ah kalau mau kebaya saya carikan nanti, kalau boleh minta kartu namanya saja ya nanti saya hubungi!"

"Baiklah," gadis itu menyodorkan satu lembar kartu nama, Natasya begitu tertulisnya.

" Baiklah, Natasya terimakasih sudah berkunjung ya."

"Saya permisi."

Selepas kepergian gadis muda itu Sinta tidak lagi menerima tamu sementara langit sudah menunjukkan waktu sore, Sinta berkemas dan menutup butik untuk segera menemui James. Rasanya dia benar-benar sudah sangat merindukan anak itu.

***

"Aku pulang, James!"

Sinta menuju kamarnya dan James tengah tertidur, ia berlalu ke dapur untuk mengambil segelas air putih melihat pengasuh anaknya tengah mencuci piring.

"Ibu sudah pulang?" dia menoleh kearah Sinta yang dibalas senyuman ramah .

"Bagaimana James hari ini?"

"Tidak begitu rewel Bu."

"Syukurlah."

"Tapi tadi pagi ada yang datang kesini."

"Siapa?"

"Orang itu bilang katanya ayah James, rupanya juga persis seperti difoto pernikahan Bu Sinta."

"Apa yang dia katakan?"

"Dia tidak bilang apapun hanya menggendong James sebentar, dan juga mencari Bu Sinta."

"Aku titip James lagi ya, jagain dia kalau ada yang berkunjung selain mama jangan dibukain pintu ya!"

"Baik Bu."

***

Melupakan rasa lapar diperutnya Sinta pergi ketempat mantan suaminya itu berada, rumah elite bergaya modern itu pernah ia tempati bersama suka dan duka, Sinta menghirup nafas dalam-dalam mencoba menenangkan detak jantungnya yang berdebar, bukan karena mantan suaminya namun kali ini ia juga akan bertemu mantan mertuanya, Sinta tahu bahwa mantan mertuanya itu tengah berkunjung bisa dilihat dari mobil jazz yang terparkir cantik dihalaman rumah mantan suaminya.

"Masuk tidak ya?"

Jarinya mengetuk-ngetuk stir mobil yang Sinta kendarai, namun belum sampai dia mendapat jawaban atas kebimbangannya Sinta mendapati seseorang keluar dari pintu utama. Tepat sekali, dia melihat Ayah James tengah berjalan kearah pagar rumah itu.

"Ooohh lihat siapa yang berkunjung?"

Telinganya langsung disapa oleh suara besar sang pria.

"Tidak usah basa-basi ngapain kamu dateng ke apartemen aku ha?" tanpa turun dari mobil Sinta menjawab.

Sang pria memasuki mobil tanpa pencegahan hal seperti itu sudah biasa terjadi ketika mereka meributkan masalah, duduk dan bicara secara baik-baik begitu prinsip si mantan suami yang kini tengah duduk manis dihadapan sinta.

"Aku cuma mau ketemu James itu saja."

"Aku peringatkan lagi ya, jangan sekalipun kamu temuin James!"

"Aku ada hak atas James jangan lupakan Sinta, aku Ayahnya!" pria itu menekan kata terakhirnya.

BRAKK

Tanpa berpamitanpun pria itu sudah dulu keluar dengan membanting pintu mobil sinta, sungguh Sinta kini semakin membangkitkan rasa benci kepada pria itu lagi. Sinta benar-benar tidak habis pikir dengan dirinya sendiri kenapa dia dengan gegabah mendatangi rumah mantan suaminya, kenyataan bahwa james adalah anak dari pria itu tak bisa sinta bantahkan, dia menatap kedepan mantan mertuanya seperti sedang berbicara sesuatu dan menghampiri mobil Sinta, dengan cepat sinta pergi dari pekarangan rumah itu mengabaikan mantan mertuanya yang sedikit berlari berusaha mengejarnya .

***

Mobil Sport merah milik Sinta berhenti tepat disebuah restoran sederhana, dia merasakan mual dan juga keroncongan diperut karena telah meninggalkan makan siangnya demi menemui pria tidak tahu diri, ia merutuki kebodohannya sendiri.

Memesan satu mangkuk soto sapi dan juga jus lemon sedikit membuat Sinta merasa rileks dan teringat akan James, sudah malam ternyata dan sinta ingin berlalu pulang namun sapaan didepan mejanya membuat dia menoleh.

"Ah ternyata Natasya."

"Bisa bergabung kesini sebentar tidak?"

Merasa sedikit keberatan namun Sinta tetap menuruti pelanggannya, menarik satu kursi didepan pasangan serasi itu. Ya Natasya tidak sendiri, ada pria sedikit lebih dewasa dari Natasya duduk berhadapan dengan Sinta sekarang.

"Kenalin ini calon tunangan aku, namanya Bram."

Sinta mengulurkan tangannya untuk memberikan rasa hormat, begitu juga pria yang bernama Bram itu keduanya saling memperkenalkan diri.

"Sinta, besok butik buka, kan?"

"Butik buka setiap senin sampai jumat kalau weekend aku libur untuk me time buat anak aku," Sinta menjawab dengan antusias.

"Mbak sudah punya anak?" Natasya tampak terkejut pasalnya pemilik butik itu seperti seumuran dengannya.

"Sudah Natasya, usianya baru tiga bulan."

"Suami kamu bekerja juga ya?" Sinta tersenyum masam mendengar pertanyaan Natasya, namun dia segera menepis kesedihan yang ada dihatinya.

"Kami sudah bercerai."

Bram dan Natasya begitu syok mendengar penuturan Sinta, Natasya seketika meremas jari-jari besar milik Bram sang empunya hanya mengangguk merespon.

"Maaf ya sepertinya aku sudah harus pulang takut yang dirumah rewel, besok aku tunggu dibutik ya!"

"Iya, maaf mengambil waktunya."

Natasya berdiri melihat Sinta yang keluar dari restoran seketika rasa iba menyelimuti hati kecilnya, perempuan yang barusaja duduk dihadapannya itu sangat menginspirasi dan juga sama sekali tak menampakan kesedihan dimatanya.

***

"Aduh Sayaang maafin Bunda ya, jam segini baru bisa sama kamu."

Sinta sudah mandi dan berganti pakaian rumah, dia menggendong bayi mungil itu dan mengecup kedua pipi gembul James.

"Mbak istirahat saja biar aku yang jagain James sekarang!"

Sang babysitter menurut dan keluar dari kamar majikannya.

"Ayah kamu pasti nyesel sekarang Nak, dia harus diem-diem kalau mau nggendong kamu."

Sinta menerawang kejadian tadi siang sosok pria tinggi besar itu sekarang masih sering berseliweran dipikirannya, meski hatinya kini telah kosong namun sang mantan masih tetap menjajahi memorinya. Bukan karena tidak ingin berpindah hati Sinta hanya berharap semuanya bisa hilang seiring tumbuhnya seseorang yang baru, dia tidak mau memaksakan yang memang sudah hilang.

Menidurkan James kedalam keranjang tidurnya setelah itu sinta membuka laptopnya mengerjakan sesuatu, sebagai perancang busana dia sudah terbiasa tidur larut. Seolah tak memberi waktu untuk tubuhnya beristirahat, Sinta hanya ingin menyibukkan diri sebagai teman berfikirnya sekarang ketimbang harus memikirkan kehidupannya yang begitu pelik .

Jam menunjukkan angka satu dinihari, Sinta menengok kearah sang putra rupanya malam ini James tidak rewel, Sinta mendekati ranjang sedangnya dan merebahkan diri disana. Meski tubuhnya lelah dan matanya mengantuk, pikirannya tak pernah berhenti untuk tidak memikirkan sang mantan suami. Sinta sudah mencoba untuk tak lagi menggunakan perasaan, setiap melihat pria itu masih saja tampan dimatanya, kelakuan busuknya seolah tertutupi parasnya , Sinta terbuai dengan matanya yang selalu menatap dirinya dengan sayu. Sedari dulu waktu memadu kasih hingga kini mereka berpisah meski dalam ekspresi marah benci maupun cinta, mata itu tetap memberikannya keteduhan. Sinta tidak percaya bahwa rasa benci kepada pria itu tak mudah menghilangkan rasa rindu yang tersulut panas dihatinya.

Terpopuler

Comments

Dhina ♑

Dhina ♑

maaf thor baru kembali, ini ceritanya lanjut ga? ayo share ke gc, tidak apa-aps

2021-06-13

0

Little Peony

Little Peony

Halooo Thor salam kenal dari Temptation 💕

2021-01-28

1

Daffodil Koltim

Daffodil Koltim

kutinggalkn jejak,,,,💪💪💪🙏🙏🙏🙏

2021-01-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!