James tumbuh dengan baik kini dia semakin aktif rupanya pengurusnya itu pandai membuat James senang, seperti saat ini Sinta menatap buah hatinya tengah mendengarkan Siti sang babysitter menceritakan dongeng sang pangeran buruk rupa, ah bahkan James sesekali tertawa ketika Siti memberikan aba-aba tangan dan ekspresi lucu kepada James. Hari ini Sinta libur dan menghabiskan semua waktunya dirumah namun dentingan telfonnya mengurungkan niat Sinta untuk tetap berada disisi James, Natasya dan Bram pasangan dimabuk asmara itu menyuruhnya untuk datang ke acara pertunangan mereka berdua, Sinta bergegas mandi dan sedikit berdandan berusaha senatural mungkin untuk mendapatkan kesan yang segar.
"Mbak aku ada acara sekarang, jagain James ya!" Sinta mencium kening sang putra mendamba sosok laki-laki kecil didekapannya.
"Hati-hati Bu Sinta."
"iya."
***
Ratusan manusia berlalu lalang diacara bahagia Natasya dan Bram, Sinta sendiri tengah asyik mencicipi cake sebagai hidangan utama, Natasya menyadari sahabat barunya sebut saja sekarang dia dan Sinta sudah akrab sejak pertama ia berkunjung kebutik Sinta.
"Kok sendiri Sin, kamu tidak membawa James?"
"Aku takut dia rewel makanya aku sendiri."
"Padahal aku ingin sekali melihat dia penasaran pasti ganteng banget deh."
Sinta tertawa renyah mendengar penuturan sahabat barunya itu.
"Dia lagi rusuh-rusuhnya."
Sekitar lima menit berlalu sejak percakapan singkat mereka berdua, Sinta menyadari kedatangan sang mantan suami bersama kekasihnya.
"kenapa dia ada disini?" batin Sinta tidak percaya dengan apa yang ada di penglihatannya sekarang. Bram berbincang dengan kedua orang itu, Sinta mencubit lengan Natasya yang tengah asyik menghentakkan kepalanya seiringan dengan dentuman musik klasik.
"Kenapa?"
"Kamu kenal tidak dua orang yang sedang berbincang dengan Bram?"
"Kita saling kenal."
"Teman?"
"Oooh kita berempat itu satu genk kuliah dulu."
Sinta benar-benar tidak percaya kalau Natasya dan Bram adalah teman dekat mantan suaminya kenapa waktu pernikahannya, Bram dan natasya tidak kelihatan. Natasya juga tidak mengenali sinta.
"Selamat Natasya aku tidak menyangka kamu akan menikah dengan Bram dan sebentar lagi aku juga akan menyusul kamu lo."
Sinta menyadari benar bahwa wanita perebut suaminya itu tengah melirik kearahnya.
"Oh ya kapan?"
"Secepatnya, ngomong-ngomong dia siapa ya?"
"Dia perancang kebaya aku, namanya Sinta."
"Oooh begitu ya."
Seraya mengedikan bahu wanita itu berlalu dan menarik pergelangan tangan Natasya mendekati pasangan mereka masing-masing, tanpa berpamitan kepada Sinta pun Natasya seperti tidak merasa telah meninggalkan seseorang.
"Ya aku pikir persahabatan mereka sempurna sekarang," Sinta merasa dadanya begitu sesak memilih untuk pergi dari pesta meriah tersebut , tidak peduli Natasya akan mencarinya nanti mungkin.
***
Hari terus berganti dan jam terus berputar, Sinta merasa dia tak pernah memiliki satu tempat sambatan sekalipun mamanya memang berada diluar kota, dia tak pernah berkunjung kesibukan dibutik telah menguras banyak waktunya.
Siang ini dia berkunjung ke kafe terdekat sekitar empat puluh langkah dari butiknya, Memesan satu cangkir coklat hangat untuk menyegarkan kembali fikirannya.
Dia mengamati ruangan minimalis bergaya modern dari salah satu ruangan kafe yang cukup luas dan dibagi menjadi beberapa ruang itu, matanya berhenti ketika satu sosok teman barunya tertangkap di mata Sinta, dia adalah Bram. Pria itu tengah sibuk dengan laptopnya, Sinta mendekat dan menarik satu kursi disebelah kiri Bram.
"hallo Bram."
"Oh hai Sinta, kamu ngapain disini?"
Bram tersenyum kearahnya, sinta menyeruput sedikit coklat panasnya sebelum melanjutkan percakapan dengan Bram.
"Aku perlu sesuatu yang hangat, udaranya dingin ya hari ini."
Keduanya tertawa renyah terbesit dalam benak Sinta untuk menanyakan kepada Bram tentang sedekat apa dengan mantan suaminya.
"Oh ya Bram aku dengar dari Natasya kalau kalian dulu pernah punya genk semasa kuliah?"
"Iya tapi itu sudah dulu, kita sekarang sudah tidak pernah saling bertukar kabar terakhir ketemu ya pas tunangan aku"
Penjelasan dari Bram masih belum memuaskan rasa penasaran Sinta.
"Terus siapa saja si?"
"Aku, Natasya, Kelvin dan satu lagi Tiara."
"Kelvin?" Sinta sungguh rindu dengan nama yang baru ia sebut.
"Iya, Kamu kenal?"
Bram bertanya dengan ketidak seriusan seperti ketimbang tidak ada percakapan lain mungkin, namun sinta akan memberi tahu yang sebenarnya kepada bram akan keburukan sabahatnya itu.
"Kenal Bram, Kelvin itu mantan suami aku."
Sekarang kalian tebak apa yang diekspresikan Bram? dia terbengong sempurna.
"kamu serius?"
"Untuk apa berbohong, memangnya dia tidak mengundang kamu waktu nikahan sama aku dulu?"
"Tidak ada kabar apapun tentang dia setelah kami berempat lulus."
"Kenapa?"
"Tidak tahu, Kelvin menghilang beberapa tahun. Aku mengundang dia saja lewat Tiara."
"Mereka berpacaran ya sekarang, Tiara itu merebut Kelvin dari aku. Mereka ketahuan pacaran waktu aku hamil lima bulan, meninggalkan James anak satu-satunya kita."
"Aku tidak menyangka Tiara sejahat itu, kamu yang sabar Sinta. kelvin memang cowok yang cepet bosan dia sering bergonta-ganti pasangan semasa kuliah, dia kurang baik buat kamu."
"Semenjak perceraian, aku sudah berusaha melupakan semuanya terus aku kenal sama kamu dan Natasya ternyata kalian juga sahabatan aku jadi sering ketemu sama Kelvin lagi rasanya."
"Begitu ya?"
Bram menggaruk tengkuknya merasa bingung harus menjawab apalagi, sementara Sinta menyadari bahwa waktu istirahatnya sudah berakhir. Ia berdiri lalu tersenyum simpul mengundurkan diri untuk segera kembali kebutik.
***
Entah dorongan darimana tetapi selepas Sinta menceritakan tentang hubungannya dengan Kelvin membuat rasa iba menyelimuti hatinya, Sore ini Bram ingin mampir ke butik Sinta. Mengajaknya makan malam bersama Natasya juga namun sayang butik cantik itu sudah tutup, dia melajukan mobilnya menuju apartemen yang tertera dikartu nama Sinta kebetulan dulu dia pernah tidak sengaja membacanya.
ting tong
Bel apartemen berbunyi mengurungkan niat Sinta untuk membuka pintu kamarnya, dia barusaja pulang.
"Ia sebentar."
Dibukanya pintu itu betapa terkagetnya Sinta mendapati Bram yang berkunjung.
"Bram?"
"Aku tadi kebutik tapi ternyata sudah tutup."
"Baru saja aku sampai juga, masuk Bram!"
Mempersilakan tamunya itu untuk duduk disofa ruang tamu, Sinta berlalu kedapur membuatkan secangkir kopi. Setelah memberikannya kepada Bram Sinta mencari James yang ternyata sedang dimandikan oleh Siti.
"Habis mandi sama Bunda ya!"
Sinta berdiri diambang pintu kamar mandi melihat putra semata wayangnya itu sesekali mengedipkan mata beningnya.
----
James sudah rapi dengan stelan baju hangat Sinta menggendong James menuju ruang tamu menemui Bram yang tengah asyik dengan ponselnya.
" Maaf ya Bram harus mengurus James dulu soalnya."
"Anak kamu mirip banget sama Kelvin persis kaya dia waktu muda," ditelusuri seluruh wajah James benar-benar seperti sahabat lamanya.
"Dia kan anaknya," timpal Sinta dengan malas mendengar nama pria itu lagi.
"Di minum dong kopinya, ngomong-ngomong kamu ngapain kesini. Apa ada sesuatu?"
"Aku mau mengajak kamu dan James makan malam."
"Dalam rangka?"
"Ya tidak ada apa-apa, hanya ingin sesekali makan bersama kalian berdua."
"Hanya kamu sama Natasya, tidak ada yang lain?" mata Sinta sedikit memicing curiga dengan niat baik Bram.
"Tidak usah khawatir aku tidak akan mengajak Kelvin kok," Bram tertawa renyah sesekali memandang James yang berkedip imut kepada Sinta.
"Kamu sendiri, orang tua kamu kemana?"
"Mama aku ada di Bandung kalau papa memang sudah tidak ada sedari aku kecil sama ada pengurus James dibelakang."
"kamu hebat ya bisa bangkit lagi setelah pisah."
"Setiap perempuan memang semestinya begitu menurut aku Bram, contohnya saja mama aku. Beliau bisa menghidupi aku sampai aku menikah, dia luar biasa."
Mamanya itu memang sosok panutan yang paling hebat dimata Sinta, tidak ada alasan selain mencontoh ketegaran sang mama, meskipun kasus mereka berbeda tetapi mereka sama-sama menjadi single parent di usia yang sangat muda.
"Kalau kamu sendiri kapan rencana menikah dengan Natasya?"
"Aku belum kepikiran sampai sejauh itu."
"Jangan bercanda Bram, kalian sudah bertunangan harusnya kamu sudah ada dong planing buat kedepannya!"
"Mama yang terus memojokkan aku untuk cepat-cepat mengadakan acara pertunangan, Kalau aku sendiri si enjoy."
"Tidak heran si Bram, tanggung jawab laki-laki itu besar sekali setelah menikah."
James menangis disela-sela perbincangan hangat sang bunda dan temannya, Sinta berdiri menimang-nimang James yang terlihat sangat mengantuk.
"Dia rewel, aku mau menidurkan James dulu Bram."
"Sekalian aku mau pulang, nanti jangan lupa datang ya!" James tidak berhenti menangis bahkan ketika Bram mengelus kepalanya. Sinta menutup pintu apartemen lalu kembali menidurkan putranya.
***
Sinta tampil dengan dress selutut, kaki jenjangnya ia kenakan flatshoes seharian mengenakan sepatu tinggi membuatnya pegal ia memilih lebih santai hanya untuk makan malam, sementara James ia kenakan pakaian hangat khusus anak bayi di kaki kecilnya terpasang kaus kaki sewarna langit dan jangan lupakan topi bundar yang menghiasi kepala polosnya .
"Ya ampun James kamu menggemaskan sekali si," Natasya benar-benar memuja si mungil itu dia mencubit pelan pipi halus James, Sedangkan Bram sedari tadi memandang wajah ayu Sinta, sifat keibuan terpancar dengan pandai, sesaat dia kagum dengan mantan istri sahabat lamanya.
"Duduk Sin!" Natasya dan Bram yang sudah datang lebih dulu mempersilakan Sinta untuk bergabung menikmati makan malam dengan candaan dan juga tatapan polos dari James.
"Aku jadi penasaran sama mantan suami kamu," Bram menoleh kearah Sinta sedangkan sang empunya tak menjawab apapun, diulang lagi pertanyaan Natasya yang kali ini membuat Sinta bersuara.
"Dia biasa seperti pria lainnya," Sinta tidak tahu harus menjawab apa sudah cukup baginya menceritakan lagi masalalu yang pahit, dia mengubur dalam-dalam luka itu meski tanpa permisi terkadang ucapan orang lain juga pikirannya sendirilah yang membuat luka itu kembali menganga. Bram mengisyaratkan Natasya untuk diam dan tidak menanyakan hal yang sensitif kepada Sinta. Laki-laki itu tau apa yang sedang Sinta pendam.
"Aku permisi ke toilet," Natasya berlalu meninggalkan Sinta yang tengah menyusui James dengan botol susunya, sedangkan Bram dia tak henti-hentinya menatap kearah dua sejoli itu. Pemandangan yang manis begitu katanya dalam hati. Natasya memang perempuan yang sedikit tomboy dari penampilannya saja sudah terlihat bahwa perempuan itu tidak menyukai sesuatu yang berbau feminim, Natasya selalu tampil dengan kaos polos atau kemeja hitam dan juga celana jeans. Bram tidak pernah melihat sisi manis dari tunangannya itu ia bahkan tidak pernah memfikirkan Natasya kemana dan bagaimana tak pernah sekalipun ia perdulikan, menjalin hubungan selama lima tahun membuat keduanya saling memahami kesibukan masing-masing.
"Kamu kenapa Bram apa ada yang aneh sama aku dan James?"
"Tidak ada, kalian manis."
Sinta terbengong dengan penuturan Bram namun pikiran negatif segera ia tepis, mungkin Bram tidak pernah melihat seorang ibu muda yang dengan telaten menyusui anaknya.
"Bram kita pulang sekarang yuk!"
"Bareng saja sama sinta, dia belum selesai menyusui James."
"Sudah selesai kok, ayo pulang!"
Sinta membenahi tasnya ikut berdiri dihadapan pasangan itu, ketiga manusia dewasa dan satu bayi itu meninggalkan restoran dan saling menghilang dalam mobil masing-masing mereka berpisah dipersimpangan jalan.
***
Weekend dan itu artinya Sinta bisa bersantai dengan putranya, hari ini dia ingin berbelanja keperluan bulanan namun Sinta tidak mengajak Siti dia memberi waktu senggang untuk pengasuh anaknya beristirahat, mengurus bayi seorang diri pasti membuat Siti kelelahan.
Dirasa semua kebutuhannya sudah terpenuhi Sinta menuju kasir untuk membayar tagihannya, James yang ada digendongannya sedari tadi hanya terlelap sama sekali tak terusik dengan ramainya pengunjung supermarket, setelah berhasil membayar dia dengan susah payah membawa belanjaannya kedalam mobil, ketika hendak membuka pintu pengemudi seseorang menarik dengan halus lengannya dan pandangan mereka beradu. Dia adalah kelvin, Sinta memberontak dan berusaha lari namun Kelvin tetap menarik lengan Sinta menuju kafe minimalis, keduanya terduduk dengan pikiran masing-masing.
"Aku sudah bilang sama kamu jangan pernah kamu temui aku lagi," kali ini sang wanita bersuara lebih dulu.
"Aku hanya mau ketemu James."
"Heh pembual!"
"Terserah, tetapi memang seperti itu kenyataannya," Sinta diam tidak menanggapi.
"Aku mau menggendongnya!"
"Lupakan semua keinginanmu itu kamu tidak akan pernah bisa lagi menyentuhnya kalau untuk sekedar melihatnya masih bisa ku perhitungkan."
"Kamu lupa Sinta?"
"Karena kamu Ayahnya?"
Tak lain dan tak bukan itulah alasan yang selalu membuat Sinta ingin menyerahkan James kepada Kelvin namun kali ini dia tidak lagi memberi kesempatan pria itu untuk sekedar menyentuhnya sekalipun.
"Aku yang mengandung dan berusaha membesarkannya sendirian sementara kamu apa!?"
Kelvin terdiam memandangi lantai kafe.
"kamu kemana saat aku kesakitan melahirkan anak kita, bersenang-senang dengan wanita lain eh?" Sinta menangis semuanya ia tumpahkan sekarang.
"Bahkan satu kata maaf pun tidak pernah terucap dibibirmu sekalipun aku tidak bisa memaafkan tapi setidaknya kamu berusaha mengucapkannya untuk James."
Sinta yakin pria dihadapannya tak mencerna dengan baik setiap sindirannya.
"kamu sekarang sudah bahagia, kan dengan wanita itu. Ku dengar kalian akan segera menikah?"
"Aku akan mengundang kalian ketika harinya telah tiba," Kelvin memandang sayu putra kecilnya.
"Tidak usah repot-repot mengundang karena kita berdua tidak akan pernah datang!"
Sakit sungguh pria itu mengundangnya untuk hadir diacara pernikahannya dengan wanita lain, sudah cukup Sinta berusaha untuk tak lagi berurusan dengan mantan suaminya itu tapi setiap Sinta tak sedang berharap ingin bertemu pria itu selalu mendapatinya disuatu tempat.
"Baiklah kalau aku tak boleh menyentuhnya aku akan pergi."
Dua tetes air mata jatuh seiringan dengan langkah kelvin yang menjauh, Sinta benar-benar kalut dia memegang jari mungil sang buah hati mencoba menyalurkan kesedihannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments