"Oh, astaga! Mengapa aku gugup sekali", ucap Ana dalam hati. Pipinya sudah merona merah padam.
***
Saat bibir mereka akan bertemu, tiba-tiba Ken mencelos. Kepalanya jatuh di pundak Ana tak sadarkan diri.
Ana menghembuskan nafas lega.
"Ya ampun Ana! Apa yang sedang kau pikirkan!", ucapnya dalam hati sambil terseyum dan memijit sedikit keningnya.
Sedangkan tangan yang satunya menahan tubuh Ken.
Dapat dirasakannya kening Ken yang panas. Ana menoleh sedikit ke arah wajah Ken. Wajah mereka kembali berdekatan dan pipi Ana merona lagi. Tangan yang satu menyentuh kening Ken, mencoba memastikan suhu badannya.
"Astaga! Dia demam", Ana kemudian memapah Ken untuk berbaring di ranjang dan diselimutinya.
"Di saat seperti ini, tak mungkin kan dia berpura-pura sakit. Tapi keningnya benar-benar panas. Emmh, ku rasa dia sakit sungguhan", gumam Ana pelan sambil menyanggah dagunya, memperhatikan Ken.
Ana berjalan ke arah pintu dan membukanya. Dia melakukan 2 tepukan tangan memanggil para bodyguard nya.
"Keluarlah!", kemudian 3 pria kekar keluar dari beberapa sudut yang berbeda. "Bantu aku cari obat demam dan pereda mabuk, segelas air, handuk juga air hangat untuk mengompres", perintahnya kemudian. Tanpa menjawab ketiganya mengangguk tanda mengerti.
Dan tak butuh waktu lama, pria-pria itu datang menyerahkan satu set permintaan Ana di atas sebuah nampan.
"Baiklah, terima kasih!", ucap Ana pada ketiganya. Lagi-lagi mereka hanya mengangguk. "Jangan beritahu ayah! Aku bisa menangani ini sendiri", tambahnya. Ketiga pria itu mengangguk lagi dan pergi. Ya, karena prinsip kerja mereka sedikit bicara banyak bekerja.
Ana kembali ke arah ranjang dan meletakkan nampan itu di atas nakas di sebelah ranjang. "Baiklah! Karena aku orang baik, maka kuturuti permintaanmu. Aku akan menemanimu malam ini", ucapnya sambil berkacak pinggang.
Dengan telaten Ana mengompres dahi Ken, memberinya obat dan merawatnya sepanjang malam. Hingga saat Ana merasa lelah, tiba-tiba jari manis Ken bergerak, dia sudah sadarkan diri. Tapi penglihatannya masih buram. Ana menarik sebuah kursi di samping nakas. Ken berusaha mengerjapkan matanya. Saat dilihatnya sebuah bayangan, Ken menutup matanya lagi. Dan Ana mendudukkan dirinya di sisi ranjang tempat Ken berbaring.
Ken merasakan ada sesuatu di dahinya, sesuatu yang agak basah. "Ada apa denganku?! Uugh, sakit sekali kepalaku, sepertinya dia mengompres aku. Apakah dia tidak mengambil keuntungan dariku saat aku pingsan tadi?!", gumam Ken dalam hati.
Sambil menyangga dagu dengan tangannya, dia terus memperhatikan wajah Ken. Dengan berani dia menyentuh wajah Ken lembut.
" Apa yang dia lakukan?! Berani-beraninya dia menyentuhku! Aarggh, kepalaku sakit sekali", gumam Ken dalam hati.
Dan Ken membiarkan Ana menyentuh wajahnya.
Ana mengabsen setiap detail wajah Ken. Mulai dari keningnya, alis, mata, turun ke pipi dan di usap lembut bibir Ken. Hingga rasa ngantuk mengalahkan Ana. Kepalanya terjatuh di samping tubuh Ken. Dan tangan yang tadi menyentuh wajah Ken terjatuh tepat di atas dada Ken.
"Kenapa dia berhenti?! Apakah dia pingsan?! Atau dia tertidur?!", gumam Ken lagi dalam hati.
Ken berusaha mengerjapkan matanya lagi. Penglihatannya mulai jelas. Dia melihat ke arah wajah yang tadi sudah lancang menyentuh wajah Ken. Matanya terbelalak kaget.
"Jadi itu kamu, nona!", gumam Ken pelan. Dan melihat sebuah nama tertulis di papan nametagnya. "Ana!", sambungnya kemudian tersenyum. Dia tak jadi marah.
Diraihnya tangan Ana yang ada di dadanya, kemudian digengganggamnya tangan itu erat. Jantungnya berdebar, ada perasaan berdesir yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Dan tubuhnya bereaksi saat bersentuhan dengan Ana, dia menginginkan lebih dari ini. Hal yang belum pernah Ken rasakan dengan wanita manapun.
"Astaga! Apa ini?! Bahkan tubuhku tak pernah bereaksi setiap ada wanita yang mencoba merayuku. Dan apa ini?! Mengapa detak jantungku cepat sekali?! Ada apa denganku sebenarnya!", ucapnya dalam hati kebingungan. Dan akhirnya Ken pun ikut terlelap, sambil terus menggenggam tangan Ana.
Sudah dini hari, Ken terbangun. Dia sudah merasa lebih baik sekarang. Dilihatnya Ana masih tertidur dengan posisi duduknya. Ken meletakkan tangan Ana yang ia gengganggam dekat kepala Ana dengan perlahan. Disingkirkannya beberapa helai rambut yanh menutupi wajah Ana. Kacamata tebal itupun dicopotnya. Ken ingin melihat wajah Ana dengan jelas. Ditatapnya lekat wajah itu.
Tanpa sadar tangannya sudah mendarat di pipi Ana. Dia mengusapnya lembut. "Cantik", ucapnya tiba-tiba. Ken melotot, sadar akan ucapannya yang tiba-tiba itu.
Dilihat jam tangannya sudah menunujukkan pukul 3 pagi. "Aku harus pergi", gumamnya pelan. "Sampai jumpa, cantik!", ucapnya lagi sambil mengelus rambut Ana.
Dia bangkit perlahan agar tak membangunkan Ana. Begitu berdiri, dirasakan kepalanya masih sedikit pusing. Dia memijit kening untuk sedikit meredakan sakitnya. Sebelum melangkah, Ken mengecup puncak kepala Ana dan mengusapnya pelan.
Dibukanya pintu kamar itu. Ken memaku tubuhnya di ambang pintu. Menoleh ke belakang, melihat Ana yang tengah tertidur. Ken mencoba menyadari apa saja yang telah dilakukannya. Dia tersenyum.
"Kita akan bertemu lagi", ucapnya kemudian menghilang di balik pintu.
***
Di suatu pagi di kediaman Tuan Danu, rumah Ana.
Cahaya matahari menerobos jendela kaca yang gordennya sedikit tersibak dan jatuh di tepat wajah Ana, membuat si empunya wajah mengerjap silau. Tangannya berusaha menghalangi cahaya yang menyakiti matanya, sambil mengerjap lagi berusaha menyadarkan diri dari lelapnya.
"Wah, cerah sekali pagi ini!", gumamnya. Dia segera bangkit menuju kamar mandi. Menunaikan hajat paginya dan bersiap-siap turun untuk sarapan bersama ayah tercintanya.
Dia menggunakan dress rumahan sederhana. Dress peach selutut dengan renda di lengannya. Rambutnya dibiarkan terurai dengan sedikit gelombang. Ya begitulah Ana, dia tetap cantik meskipun tampilannya sederhana.
Dengan kulit putihnya yang mulus tak bercela dan bibirnya yang berwarna natural merah muda, bahkan tanpa polesan pun dia sudah terlihat sangat cantik bak putri-putri raja. Membuat para wanita iri melihatnya, termasuk sepupunya Krystal.
Ana menuruni anak tangga dengan ceria. "Pagi, Bi Rani!", dia menyambut Bi Rani senang. Bi Rani sudah mengasuhnya sejak ibu Ana meninggal. Bi Rani sudah seperti ibunya sendiri. Maka Ana suka bermanja-manja dengannya.
"Eherm, eherm. Apa hanya Bi Rani yang kau pedulikan!", celetuk ayahnya dibalik koran yang sedang dibacanya.
Lantas Ana menghampiri ayahnya dan menggelayuti leher ayahnya bermanja-manja. "Baiklah, pagi juga ayahku tersayang, tercinta, tersegala-galanya", ucap Ana gemas pada ayahnya. Dan duduk di kursi sebelahnya.
"Kedengarannya tidak ikhlas! Apa kau sudah membagi kasih sayangmu dengan pria lain?!", ucap Tuan Danu menyelidik.
Saat itu Ana tengah meneguk susunya. "uhuk, uhuk, uhuk!", Ana tersedak kaget. Saat ayahnya menyebut kata pria lain Ana langsung terpikir si Tuan minimarket yang pingsan kemarin di club.
"Wajahnya boleh juga!!", ujarnya dalam hati.
"Ana! Ana! Ana!", panggil ayahnya yang tak mendapat jawaban.
"ANA!", Tuan Danu mengeraskan suaranya, berharap Ana menjawab panggilannya.
Ana mengerjap kaget, "Ah iya ayah! Eh, maksudku tidak ada".
"Apa kau yakin?", tanya ayah lagi.
"Aku yakin!", tapi mata Ana berbohong. Dia kembali memikirkan si Tuan minimarket.
"Mengapa aku memikirkannya lagi?! Mungkinkah aku menyukainya?! Tidak, tidak. Kurasa aku hanya mengagumi ketampanannya",ucap Ana dalam hati.
"Apa kau sedang berpikir?" tanyakan ayah meledek putrinya. Dia tahu sebenarnya sudah ada yang mengganggu pikiran putrinya. Tapi Tuan Danu tak mau ikut campur selama itu tidak merugikan putrinya.
"Ahh tidak! Tidak! Ahh ayah sungguh menyebalkan!", Ana berdecak sebal. Tapi Tuan Danu malah terbahak. Ana memang tidak dapat menutupi apa pun dari ayahnya.
"Mengapa aku masih kepikiran Tuan itu sih!", gumamnya dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 344 Episodes
Comments
Suminah
ken juga merasa ada yg sepesial dr ana
2022-03-04
0
👑 Mellysa 💣
"Kenapa dia berenti..?"
Wadauw...Ken bener2 ya. Keenakan dielus sama Ana sampai ketagihan gitu. Pakai balas ngelus & cium2 kening Ana segala lagi. Naluri cintanya sudah keluar ternyata...🤭🤭🤭🤭🤭
2021-10-20
16
Mr.VANO
ak mulai menyukai ceritany,mulai menari jiwaku,yg suka keromantisa wkwkwk
2021-08-11
0