"Makanya, awas ya kalo kamu nusuk aku dari belakang atau bongkar identitas aku", tambahnya lagi sambil menodongkan garpu yang sedang dilapnya pada Sarah.
"Nih, aku tusuk kamu dari depan!", jadilah mereka main perang-perangan dengan garpu yang mereka pegang.
"Tenang saja, Ana. Kamu bisa percaya kok sama aku. Aku tau aku bukan orang kaya, tapi juga bukan berarti aku miskin hati yang ga tau balas budi. Ana kamu itu orang baik, selalu peduli sama orang lain. Aku ga bakalan lupa kebaikan kamu sama aku", ucap Sarah sambil berkaca-kaca matanya.
"Sudah-sudah. Kenapa jadi serius begini sih", Ana merasa tak perlu untuk membahas apa yang sudah dia lakukan terlepas untuk orang lain pun. Tapi berbeda dengan Sarah, dia akan selalu mengingat semua kebaikan Ana yang sudah membantu biaya rumah sakit ibunya, juga membantunya mendapatkan pekerjaan di sini. Terlebih lagi sifat Ana yang lowprofile membuat Sarah makin kagum padanya.
***
Hari selasa, pukul 8 malam. Jam dinding di loby sebuah gedung menunjukkan waktunya. Terdengar suara lift terbuka, sesosok pria dengan kaki jenjangnya keluar dari sana. Tubuhnya yg tinggi, tegap nan berisi beserta aura dingin yang menyelimuti dirinya memberikan kesan kharismatik yang tinggi. Dia adalah Ken, Keanu Wiratmadja. Seorang presdir muda yang kini berusia 30 tahun namun sudah menjadi orang nomor 1 di kota ini. Bisnisnya pun sudah berkembang sampai ke luar negeri. Glory Coorporation, bukan perusahaan peninggalan ayahnya yang tinggal dilanjutkan kejayaannya. Dia memulai semuanya dari nol saat peusahaan itu diambang kebangkrutan akibat ulah pamannya yang serakah.
Kini pamannya dihukum tak boleh kembali ke dalam negeri. Tak hanya sekedar menghukum, Ken masih memiliki hati nurani. Maka ia mengirim pamannya ke negara C untuk mengembangkan anak perusahaan di sana.
Ken adalah pengusaha muda yang bertangan dingin juga berdarah dingin. Dalam waktu 5 tahun, dia sudah bisa membangkitkan perusahaannya bahkan melebihi kejayaan sebelumnya. Tapi dia juga tak segan pada siapa saja yang tak memiliki loyalitas dan integritas pada perusahaannya. Pilihannya antara hidup dan mati.
Kembali ke loby, Ken berjalan menuju parkiran yang didampingi oleh asisten pribadinya Han. Pria berambut ikal yang tak kalah dingin dengan tuannya.
Han mengambil alih kemudi, sedangkan Keanu duduk di kursi penumpang. Nampak guratan-guratan penat di wajah mereka. Dan mobil pun berjalan keluar area perusahaan.
Dilonggarkannya dasi Ken. Kemudian disesapkannya sebatang rokok pada bibirnya yang tipis namun bervolume, begitu seksi bagi kaum hawa. Setelah kaca jendela mobil terbuka, di hembuskannya asap dari rokok itu. Sambil sesekali menatap keluar jalanan untuk menghilangkan penat akibat seharian bekerja.
Tak berapa lama mobil yang mereka tumpangi berhenti, tapi tujuan mereka masih jauh. "Maaf tuan, sepertinya bannya bocor", Han memberi laporan.
"Panggil montir untuk memperbaiki, aku akan tunggu di minimarket itu", ucap Ken seraya menunjuk minimarket di seberangnya.
"Maaf tapi tuan kan tidak terbiasa dengan tempat seperti itu", Han merasa tidak enak. Karena bagaimana pun juga Ken terbiasa dengan tempat-tempat mewah, kalangan atas. Yang tempatnya bersih tak bercela plus pelayanan layaknya hotel bintang lima.
"Lalu aku harus bagaimana! Hah, sudahlah!", Keanu beranjak sambil melambaikan satu tangannya tanda dia tak mempermasalahkannya. Dari sisi Ken, terlihat seorang gadis sedang mengelap kaca minimarket. Rambutnya panjang dikuncir 2 dengan kacamata besar dan tahi lalat di pipinya.
Ken berjalan menuju ke sana, dipesannya segelas kopi untuk sekedar mengusir penatnya. Ken memilih duduk di dekat gadis yang sedang mengelap kaca itu, dia adalah Ana.
Ana berusaha ramah dan menyapanya, "Selamat malam, Tuan. Apakah anda sendirian?". Ken mengedikkan bahunya dan menunjuk ke arah mobilnya di seberang yang sedang diperbaiki dengan arah matanya. Dan Ana hanya membulatkan mulutnya saja, tanda mengerti.
Suasana menjadi hening, hingga Keanu membuka suara. "Mengapa kau berpenampilan seperti itu?", tanyanya tajam.
Ana membulatkan matanya, "apakah kau mengenalku, tuan?". Ken menggeleng singkat, Ana menghembuskan nafas lega. "Lalu?", Ana masih bingung dengan pertanyaan lawan bicaranya ini.
"Kau itu tidak bisa menyembunyikan penampilan aslimu dibalik dandananmu yang terlalu di buat-buat ini", jelas Ken.
"Apakah terlalu kelihatan?".
Ken mengedikkan bahunya. "Menurutmu?", sambil menyeruput kopinya.
"Aah, kupikir ini sudah sempurna,, haha", Ana tersenyum kaku.
Hening sesaat, "kau tau tuan, dengan penampilanmu yg seperti ini pun sungguh terlihat kau bukan hanya orang kantoran biasa. Apakah kau seorang bos?", tanya Ana sedikit ragu.
Ken kembali mengedikkan bahunya. "Menurutmu?", dia kembali menyeruput kopinya.
"Tentu saja iya! Ooppss!", Ana menutup mulutnya merasa keceplosan.
Ken melirik tajam, "Dan kau, siapa dirimu? Apakah seorang nona besar?".
"Mana mungkin!", ucap Ana gugup sambil melambai-lambaikan tangannya dan tersenyum kaku.
"Masa kubilang iya", ucapnya dalam hati.
"Menjadi biasa itu enak tuan, ada rasa hangat saat bisa bergaul seperti layaknya manusia biasa", Ana menambahkan.
Ken melihat selembar kertas jatuh dari kantong celana Ana, dia pun memungutnya. Dilihatnya adalah sebuah gambar cincin yang sederhana namun elegan. "Ini punyamu?", tanyanya pada Ana.
"Wah iya, terima kasih tuan", Ana mengambil kertas itu dari Ken.
"Kau yang menggambarnya?".
"Ah iya, aku menyukai desain perhiasan. Dan kau tahu, tuan. Kuharap ini akan jadi cincin pernikahanku kelak", jelas Ana.
"Bisakah kau berikan itu padaku?", pinta Ken sopan.
"Tapi tuan?".
"Kau kan bisa membuatnya lagi", ucap Ken dan mengambil paksa gambar cincin itu. Dan memasukkannya ke dalam saku celananya.
"Cih, apa-apaan ini! Ini namanya pemaksaan", ucap Ana dalam hati.
Ponsel Ken bergetar, drret, drret, drret. Dan diapun menjawab, "Baiklah, aku ke sana". Dia bangun dari tempat duduknya. "Aku pergi!", ucap Ken berpamitan pada Ana. Dan melangkah pergi.
"Terima kasih, tuan. Selamat malam. Sampai berjumpa lagi!", ucap Ana sedikit berteriak sambil membungkukkan badannya dan tersenyum manis.
"ya, ya pergi sana. Selamat tinggal juga cincinku", gerutunya dalam hati.
Beberapa langkah di luar minimarket, Ken menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Ana yang masih sibuk dengan pekerjaannya.
"Sampai jumpa?! Cih! Akankah kita bertemu lagi. Optimis sekali kau! Tapi,, siapakah kau sebenarnya?!", ucap Ken dalam hati.
Dia terus melanjutkan langkahnya menuju Han yang sudah berdiri di samping mobilnya. Dan mereka pun melanjutkan perjalanannya. Deru mesin mobil meninggalkan tempat itu.
Di perjalanan, Ken mengeluarkan gambar cincin yang tadi diambilnya dari Ana. Dilihatnya gambar itu lama.
"Bahkan dia bisa menggambar cincin indah seperti ini. Siapa kau sebenarnya?", ucap Ken dalam hati.
Dimasukkan lagi gambar itu, dan pandangannya terarah keluar jendela mobil menerawang sesuatu dalam pikirannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 344 Episodes
Comments
Suminah
nampaknya ken gak sombong
2022-03-04
1
Ninin Sumantrie
aku da mampir,langsung vaforit deh...krn si and🤭👍
2022-03-02
0
👑 Mellysa 💣
Lucu deh Ana sama Ken saling menggerutu dalam hati masing2 dalam mengkritik satu sama lain...Dan sama2 berfikir untuk tidak bertemu kembali.
Tapi sayangnya itu adalah awal dari pertemuan2 mereka selanjutnya...ya itulah jodoh yg tidak bisa dihindari...😊😊😊😊😊
2021-10-20
16