Setelah mendapat omelan dari Ravin, hingga berlanjut mendapat pengarahan tentang apa yang harus disiapkan saat melayani Ravin, Audrey melempar tubuhnya di atas tempat tidurnya. Sebagai seorang pelayan mungkin fasilitas yang ia dapatkan terlihat begitu berlebihan. Kamar besar, ranjang yang nyaman dan beraneka fasilitas lainnya.
Audrey mendengus kesal, bagaimana tidak? Ia harus mengingat banyak hal hanya untuk mengurus satu orang yang ia sebut dengan iblis tampan.
"Ingat, ya! Tuan muda bangun setiap pukul lima tiga puluh, jadi kamu harus bangun sebelum itu. Setiap Tuan muda bangun, ia pasti meminum kopi ekspresso tanpa gula, ingat tanpa gula! Lalu setelah itu dia akan melakukan jogging keliling halaman rumah, saat Tuan muda melakukan Jogging kamu harus menyiapkan sarapannya juga pakaian kerjanya." Kepala pelayan itu menjeda perkataanya kemudian menatap Audrey yang hanya menganggukan kepala tanda mengerti.
"Pastikan lantai kamar mandi kering sebelum Tuan muda masuk untuk membersihkan diri, karena dia tidak suka lantai kamar mandinya basah sebelum ia masuk kedalam," imbuh kepala pelayan.
Ampun deh! Kamar mandi kalau nggak mau basah ya jangan kasih air, hahahahah. Audrey tertawa dalam hati.
"Setelah Tuan muda berangkat kekantor kamu hanya perlu membersihkan setiap inc kamarnya, lantai, bar, vas, lukisan, figura, pokoknya semua harus bebas dari debu."
Benar-benar, deh! Percuma aku kuliah di Harvard dengan nilai tertinggi, kalau ternyata pada akhirnya jadi Inem juga. Keluh Audrey dalam hati.
"Heh! Kamu ngerti nggak?" tanya kepala pelayan yang melihat Audrey terus mendesah.
"Iya, mengerti!"
"Satu lagi, Tuan muda pulang pada pukul lima sore. Jadi saat jam itu kamu harus sudah ada untuk menyambutnya," tandas kepala pelayan.
Ampun! Ini pelayan apa istrinya? Kenapa kudu pakai acara nyambut dia pulang juga?
Audrey memijat pelipisnya, merasa pening dengan tugas yang harus ia pikul. Telinganya juga sudah cukup panas karena bentakan dari Ravin, kini ia masih harus mendengarkan peraturan panjang lebar dari kepala pelayan, sungguh seakan waktu berjalan dengan begitu lambat melebihi lambatnya siput, kira-kira itu yang ada di pikiran Audrey.
Audrey menatap langit-langit kamarnya, ia mengangkat tangannya ke arah angin. Di tatapnya lima jarinya kemudian ia gunakan untuk menghalangi cahaya lampu yang menyilaukan mata.
Apa aku masih memiliki kesempatan untuk membalas mereka? Lalu bagaimana dengan Mamah? Apa aku tidak di perbolehkan menjenguknya?
Audrey menengok ke arah jam yang terpajang di dinding, waktu sudah menunjukan pukul sepuluh malam, itu berarti ia sudah tidak boleh mengganggu Ravin.
"Iblis tampan itu pasti akan marah jika aku bertanya, besok sajalah aku tanyakan." Audrey menarik selimutnya kemudian mengistirahatkan raganya yang begitu lelah.
Disisi lain, Ravin tengah berada di ruang kerjanya yang juga terhubung dengan kamarnya, menatap layar laptop yang ada di hadapannya, ada sebuah ekspresi yang tidak ia perlihatkan. Ia menatap serius layar itu, hingga tanpa ia sadari sebuah lengkungan kecil muncul di wajahnya.
TOK!!TOK!!TOK!!
"Tuan," panggil Malik dari balik pintu.
"Masuklah," jawab Ravin mempersilahkan.
Malik masuk dengan membawa sebuah stofmap di tangannya, ia langsung menaruhnya di atas meja Ravin.
"Ini adalah berkas tentang gadis yang bertengkar dengan nona Audrey tadi siang, dan ini jadwal pelelangaan yang Anda minta," ucap Malik menyodorkan lagi selembar kertas lagi di meja.
Ravin mengambil selembar kertas jadwal pelelangan, ia membaca jadwal dari setiap barang atau properti yang akan dilelang hasil sitaan Bank karena sang peminjam tidak sanggup membayar.
"Malik, kosongkan jadwalku pada tanggal dua puluh bulan depan," titah Ravin.
"Baik." Malik menganggukan kepala, kemudian ia pamit undur diri.
Sebagai seorang asisten pribadi, Malik di tuntut agar selalu bisa stand by jikalau Ravin membutuhkannya. karena itu pemuda lajang yang baru berumur 26 tahun itu akhirnya tinggal juga di rumah besar Ravin, sebagai salah satu fasilitas yang bisa ia nikmati sebagai asisten pribadi karena segala kebutuhannya di tanggung oleh Ravin.
Ravin membuka stofmap yang di berikan oleh Malik, ia membaca tentang Kate dan juga seluruh keluarga yang ternyata adalah saudara Audrey.
"Rumitnya hidupmu."
Audrey sudah bangun pada pukul empat pagi, ia bergegas menyiapkan apa yang sudah di instruksikan oleh kepala pelayan kepadanya, ia tidak ingin ada kesalahan atau gendang telinganya benar-benar butuh di periksakan ke THT jika Ravin sampai mengomel.
Gadis itu membawa secangkir kopi di nampan, serta meletakkan perlahan di nakas sebelah ranjang Ravin. Pemuda itu masih terlelap di bawah hangatnya balutan selimut.
Audrey masuk ke kamar mandi, ia mengecek apakah lantai kamar mandi tuannya itu basah. Benar saja sedikit ada genangan air, Audrey mengambil alat pel kemudian segera membersihkan air yang menggenang.
Fiuh, benar-benar deh! Temanya kamar mandi tanpa air. Audrey tersenyum geli mendengar isi pikirannya.
Tepat pukul lima tiga puluh, Audrey berdiri di sisi ranjang menyambut iblis tampan itu bangun.
"Selamat pagi, Tuan!" sapa Audrey begitu melihat kelopak mata Ravin terbuka, tak lupa seulas senyum ia pajang di wajahnya.
Sesungguhnya ia enggan melakukan itu, akan tetapi ia tidak ingin melakukan kesalahan karena ia mau bertanya apakah dirinya bisa pergi menengok mamahnya yang masih di rawat di Rumah sakit.
"Pagi," sapanya dengan nada datar.
Ravin mengangsurkan kakinya ke lantai, di raihnya secangkir kopi yang ada di nakas, kemudian menghidu aroma kopi hitam kesukaannya itu baru ia menyesapnya perlahan.
Benar-benar seperti yang di katakan oleh kepala pelayan, jika si iblis tampan ini pasti akan mencium aroma kopi itu sebelum meminumnya.
Gumam Audrey dalam hati.
Ravin menyesap kopi itu dengan sesekali melirik Audrey yang berdiri seperti orang bodoh di hadapannya, kalau bisa tertawa mungkin ingin sekali ia tertawa. Namun demi sesuatu ia harus menahannya.
"Aku akan pergi Jogging." Ravin bangkit dari tempat tidur berjalan menuju kamar gantinya.
Audrey masih harus berdiri disana sampai tuannya itu keluar dari kamar dan ia baru bisa melakukan tugasnya yang lain.
Setelah Ravin pergi Jogging, Audrey kembali ke dapur untuk melihat apa para koki disana sudah menyiapkan sarapan untuk Ravin.
"Apa sudah selesai?" tanya Audrey pada salah satu koki.
"Sudah," jawab seorang koki disana.
Audrey mengambil nampan dari tangan koki itu, ia membawanya menaiki tangga. Namun langkahnya terhenti ketika melihat dua pelayan yang tidak bekerja malah asyik mengintip Ravin Jogging.
"Ya Tuhan, betapa tampan dan seksinya Tuan kita itu. Sayang sekali aku tidak bisa jadi pelayan pribadinya, kalau iyakan pasti aku bisa terus menatapnya setiap menitnya," ucap pelayan itu penuh pengaguman.
Audrey memutar bola matanya mendengar obrolan para pelayan itu, ia melanjutkan langkahnya hingga ia mendengar mereka membicarakan dirinya.
"Ck, siapa sangka yang mendapatkan kesempatan melayani tuan kita itu malah gadis yang baru masuk ke rumah ini, kita yang sudah hampir satu tahun disini malah tidak pernah mendapatkan kesempatan itu," keluh pelayan lainnya.
"Eh, bukankah itu dia? Ck, lihat saja gayanya, dia pasti melakukan sesuatu agar bisa menjadi pelayan pribadi tuan kita," tuduh pelayan satunya lagi.
..._...
..._...
..._...
..._...
..._...
..._...
...Jangan lupa like koment ya...
...Terima kasih atas dukungannya...
...🙏🙏🙏🙏...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
🌟æ⃝᷍𝖒ᵐᵉN^W^NH^Ti᭄💫
pinter 🤣🤣🤣🤣
2023-02-01
0
Nay Nu
ini nnti kaya tuan saga daniah ga ya.🤪🤪
2022-07-01
0
Red
setuju banget 😭
2022-06-20
0