Ketika Cinta Bersyarat
"Aku tidak peduli dengan siapapun lagi, kini hidupku aku yang menentukan. Kalian yang sudah menghina dan memakiku akan aku pastikan kalian mengalami apa yang aku rasakan!!"
Audrey Isvara harus merasakan pahitnya hidup saat orang sekitarnya mencampakan dirinya ketika keluarganya terpuruk. Melihat satu-satunya orang yang menyayanginya berada di ambang kematian membuat Audrey tidak berpikir rasional, yang ada di pikirannya sekarang hanya satu, menyelamatkan sang mamah, serta membalas dendam kepada orang yang sudah membuat keluarganya berantakan.
"Apa yang bisa kau berikan padaku?" tanya seorang tuan muda kaya raya dengan berjuta prestasi gemilangnya di usia yang bisa di bilang masih sangat muda.
"Apapun yang Anda inginkan dari 'ku, maka akan aku berikan!" jawab Audrey dengan nada begitu tegas tanpa rasa takut, ia bahkan berani menatap mata pemuda di depannya itu. Pemuda yang terkenal berdarah dingin, serta mampu menyingkirkan semua pesaingnya hanya dengan sekali jentikan jari.
"Memangnya apa yang bisa aku dapatkan darimu, hah! Perusahaan bangkrut! Ayah bunuh diri! Keluarga sendiri mengusirmu! Hah, memangnya apalagi yang kau punya?!" tanya pemuda itu penuh dengan ejekan dan cibiran yang menusuk tepat di jantung Audrey.
Audrey meremas ujung gaun yang ia kenakan, ingin rasanya ia mengumpat, memaki pria arogan di depannya. Akan tetapi demi sang mamah, ia rela merendahkan dirinya sendiri agar mendapatkan apa yang ia butuhkan.
"Aku bisa memberikan tubuhku!" jawab Audrey lantang.
Pemuda itu terkesiap, ia tidak menyangka jika kata itu bisa lolos dari mulut gadis yang dua tahun lalu keluarganya pernah menolak lamaran darinya, saat itu pemuda yang sedang duduk di hadapan Audrey tidak sesukses sekarang serta ada sesuatu hal yang hanya pemuda itu dan keluarga Audrey saja yang tahu. Pemuda itu tidak memungkiri jika menyukai Audrey, akan tetapi hanya karena materi membuatnya sakit hati atas penolakan keluarga yang kini mengalami kebangkrutan. Namun, sekarang apa? Gadis itu malah merendah demi mendapatkan sebongkah uang untuk menyelamatkan ibunya.
"Hah, tubuhmu! Aku bisa mendapatkan yang lebih baik dari dirimu! Kau hanya seujung kuku dari para gadis yang rela memberikan tubuhnya kepadaku secara sukarela. Lalu untuk apa aku membayarmu mahal, hah!" cibir pemuda itu menatap tajam pada Audrey.
Audrey mencoba menahan setiap amarahnya, ia harus bertahan dari setiap hinaan dan cibiran yang ia dapatkan.
"Aku mohon! Demi mamahku yang terbaring, apapun yang Anda inginkan dariku akan aku penuhi. Tubuhku bahkan nyawaku akan aku berikan jika Anda menginginkannya!"
Audrey menjatuhkan diri ke lantai yang terbuat dari marmer, lututnya bertumpu pada lantai, air matanya berlinang tak terbendung lagi, yang ada dipikirannya cuman satu, bisa segera mendapatkan uang untuk biaya operasi mamahnya.
Pemuda itu sedikit terkesiap, akan tetapi tetap menunjukkan mimik wajah datar. Ia menyilangkan kakinya, menyangga dagunya dengan kedua punggung tangan di mana jari jemarinya saling bertautan. Pemuda itu terlihat berpikir, menimbang apakah akan membantu Audrey atau tidak.
"Kau akan memberikan apa yang aku ingin 'kan?" tanya pemuda itu dengan suara lantang.
Audrey hanya menjawabnya dengan sebuah anggukan.
"Bahkan jika aku meminta menjadi budakku seumur hidupmu?" tanya pemuda itu lagi.
"Budak seumur hidup, apa harus seperti ini? Apa yang harus aku lakukan? Tapi ini demi Mamah," gumamnya dalam hati seraya semakin meremas ujung gaunnya.
"Bahkan jika aku harus menjadi budakmu, aku rela!" jawab Audrey dengan suara berat. Ia mencoba menahan segala amarah yang mulai menekan rongga dadanya, rasa sesak yang membuatnya kesulitan untuk bernapas.
Pemuda itu menatap Audrey yang tertunduk, senyum puas muncul di bibirnya. Ia kemudian berdiri serta berjalan ke sebuah brankas besi yang ada di ruangan itu. Dengan menekan tombol tertentu, brankas itu terbuka lebar. Betapa fantastik isinya, bertumpuk-tumpuk uang lembaran berwarna merah ada di sana, bahkan emas batangan yang entah ada berapa kilo juga tersimpan rapi di brankas itu.
"Ini seratus juta yang kau minta." Pemuda itu menaruh setumpuk uang berwarna merah di meja.
Audrey mendongakkan kepala, ia kemudian berdiri dari tempatnya berlutut tadi, berjalan ke arah di mana pemuda yang ia harapkan bantuannya itu berdiri.
Pemuda itu merengkuh pinggang Audrey, merapatkan tubuh gadis itu kepelukan, jemarinya menyentuh dagu gadis itu, mendongakkan sedikit ke atas agar manik mata mereka bisa saling bertemu.
"Ingat, jika kau sampai mengingkari ucapanmu atau menjalin hubungan dengan pria lain. Aku bisa pastikan kau, ibumu juga pria yang bersamamu akan aku kubur jadi satu!" ancam pemuda itu yang diakhiri dengan sebuah ciuman kasar di bibir Audrey.
Audrey berjalan gontai keluar dari ruangan tempatnya merendahkan harga diri serta martabatnya, mencoba menahan rasa perih yang menusuk serta mencabik-cabik jiwanya. Tiada lagi airmata yang luruh dari kelopak mata, semuanya seakan sudah kering karena segala cacian, hinaan serta cibiran dari orang yang ia percayai.
Pemuda itu tersenyum puas, Ravindra Mahavir adalah nama pemuda itu. Pemuda yang beberapa tahun lalu bukanlah siapa-siapa. Tapi kini dunia bisnis ada di genggamannya, teknologi, fashion, perbankan semua ia kuasai. Pemuda yang sungguh memiliki ambisi begitu besar.
"Aku sudah mendapatkannya. Tidak, tidak! Aku tidak mengizinkan menemuinya dulu, aku ingin mendidiknya agar dia menjadi gadis yang kuat." Ravin berbicara dengan seseorang dalam sebuah panggilan.
Audrey berjalan cepat menuju tempat pendaftaran operasi sang mamah yang mengalami gegar otak karena kecelakaan maut sesaat setelah ayahnya di temukan bunuh diri. Dengan penuh harapan ia berdoa agar usahanya tidak sia-sia, ia rela menjual jiwanya kepada manusia yang tak memiliki hati demi kesembuhan sang mamah, jadi semua itu tidak boleh terbuang begitu saja.
"Saya sudah membawa uangnya," ucap Audrey begitu sampai di ruang adminstrasi pendaftaran.
"Baiklah, kami akan segera mengkonfirmasi agar ibu Anda segera mendapatkan penanganan." Salah satu petugas adminstrasi segera mendata agar ibu Audrey segera bisa melakukan operasi.
Audrey tersenyum senang, meski hatinya pedih karena secara tidak langsung ia sudah tidak memiliki harga dirinya lagi, akan tetapi itu setimpal dengan apa yang akan didapatkan.
Audrey duduk di kursi menatap sang mamah yang terbaring dengan banyak alat penunjang hidup di tubuhnya, terlihat jelas jika sebenarnya gadis itu begitu rapuh, akan tetapi ia menolak untuk menjadi lemah, ia bertekad untuk bisa tegar dan kuat agar bisa membalas dendam kepada saudara yang sudah menendangnya keluar dari keluarga besar almarhum ayahnya.
Nama: Audrey Isvara(24thn), gadis manja, tapi keras kepala. Keluarga adalah yang utama, baginya tidak ada yang lebih penting dari itu.
Nama: Ravindra Mahavir(28thn), pemuda dengan sejuta prestasi dan keberhasilan, kaya dan tampan.(Versi China)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Satu kata utk Audrey CANTIK
2023-08-05
0
Afternoon Honey
keren nih, lanjut baca ah...
2023-05-17
0
Shelly Tefa
awas jatuh cinta loh yah😅
2023-05-03
0