Bab 3 Perlu ke THT

Audrey terlihat duduk termenung menatap mamahnya yang masih di rawat intensif pasca operasi, ia menatap wajah pucat wanita yang sudah melahirkannya.

"Andai papah dan Sean masih hidup, kita pasti tidak akan seperti ini 'kan, Mah?" tanya Audrey bicara pada mamahnya yang masih belum sadarkan diri.

Sean adalah kakaknya yang sudah meninggal sekitar empat tahun lalu di umur 25 tahun. Sean meninggal setelah mengalami kecelakaan mobil akibat menghindari mobil lain. Hal itu membuat Audrey terpukul dan trauma, dua orang terkasihnya harus bernasib sama, sama-sama mengalami kecelakaan mobil.

Audrey menengok jam tangannya, waktu sudah menunjukan pukul empat sore. Sudah waktunya ia melakukan kewajibannya, pindah ke istana pangeran gelap. Hah, begitulah kira-kira bayangan Audrey, istana yang akan mengurungnya selama sisa hidupnya, seperti Rapunsel yang di tahan oleh penyihir jahat demi ambisinya. Namun sayangnya ini bukan penyihir jahat, tapi iblis tampan terlampau tampan yang jahat.

Hehehehe, dasar otak isinya film Disney. Audrey tersenyum geli mengingat apa yang ada di pikirannya sendiri.

Kenyataan tak seperti ekspetasi, bukannya mengecewakan tapi malah mengagumkan. Saat menemui Ravin pertama kali ia kesana di malam hari, karena datang dengan hati yang kalut ia tidak melihat pasti rumah yang ia datangi. Tapi sekarang saat ia datang dalam keadaan sadar, bola matanya hampir meloncat keluar melihat betapa besarnya rumah Ravin yang berlantai tiga dan berdiri di atas tanah beberapa hektar, luas tanahnya ia tidak bisa menghitung dengan jari.

Ya iya kali dihitung pakai jari, sampe tahun kapan ngitungnya baru selesai?

"Nona Audrey, silahkan!" Malik mengajak Audrey untuk masuk ke rumah Ravin meski sebenarnya itu bisa di sebut istana.

Audrey semakin membelalakan mata ketika melangkahkan kaki di bibir pintu yang baru saja di buka, ada empat pelayan yang sudah berdiri di sisi pintu dan yang lainnya tampak berdiri dengan menundukan kepala, jika dihitung ada lebih dari 10 pelayan yang berada diruangan itu.

Gila! Pelayannya banyak amat! Lebih banyak dari rumahku dulu, dan kenapa semuanya wanita? Jangan bilang mereka juga-. Eh, stop memikirkan hal aneh, karena jiwamu sendiri sudah terikat dengan iblis tampan itu, fix.

Audrey berdiri di depan Ravin yang hanya terhalang sebuah meja. Pemuda yang duduk menyilangkan kaki dan menyandarkan punggungnya di sandaran sofa, menatap tajam pada Audrey yang baru saja datang.

"Dengarkan semuanya!" Suara Ravin terdengar begitu lantang hingga menggema keseluruh ruangan, semua pelayan tampak semakin menundukan kepala, tak terkecuali Audrey yang masih menatap pemuda yang ia panggil iblis tampan.

"Mulai detik ini semua keperluanku, pakaian, makanan, kebersihan kamarku hanya dia yang boleh mengurusnya," titah Ravin seraya menunjuk pada Audrey.

Audrey membelalakan mata lebar. What? Astaga gue jadi budak beneran? Mana jadi pelayan dia. Tapi itu lebih baik dari pada jadi budak di atas ranjang. Senyum seringai muncul di bibir Audrey.

"Apa kalian mengerti?!" tanya Ravin lantang.

"Iya, Tuan!" Seluruh pelayan menjawab serentak.

"Kau, ikut aku!" Tunjuk Ravin pada Audrey, pemuda itu lantas berjalan menaiki anak tangga diikuti oleh Audrey.

Audrey berjalan seraya memperhatikan barang maupun pajangan dinding yang ia lewati, porselen mahal, lukisan yang begitu penuh rasa seni yang tinggi.

Wow benar-benar memanjakan mata. Gumam Audrey.

Ravin berhenti di depan sebuah pintu di lantai tiga. Audrey yang sedari tadi memperhatikan sekitar tidak sadar jika iblis tampan yang jadi tuannya berhenti, sehingga tanpa sengaja gadis itu menabrak sisi lengan kekar Ravin.

"Aduh!" Audrey yang hanya setinggi pundak Ravin pun, hidungnya menabrak tepat di lengan pemuda itu.

"Dasar kelinci ceroboh! Jalan pakai mata! Jangan asal maju saja!" bentak Ravin molotot pada Audrey.

Kelinci apanya? Sekata-kata aja ngatain orang, dasar iblis tampan! Dalam pikiran Audrey dia pengin sekali njulurin lidah buat meledek Ravin.

"Ya maaf," ucap Audrey yang masih menggosok hidungnya.

Ravin mencebik kesal pada Audrey yang tidak fokus, kemudian ia membuka pintu yang ada di hadapannya.

"Ini kamarku! Mulai saat ini kau yang bertugas membereskannya, semua kebutuhan ku harus sudah tersedia begitu aku membuka mata, apa kau mengerti?" tanya Ravin yang tidak mendapat jawaban dari Audrey.

Ternyata gadis itu tengah menatap kagum kamar pemuda itu. Bagaimana tidak? Di kamar itu sudah ada mini bar komplit dengan segala berbagai minuman, mulut gadis itu sampai menganga mengagumi besarnya kamar itu dengan segala fasilitas di dalamnya. Dulu ia memang kaya, akan tetapi tidak sekaya Ravin.

Ravin yang sadar ucapannya tidak mendapat respon, langsung menoleh Audrey yang berdiri di belakangnya, ia melotot karena Audrey malah melamun dengan mulut terbuka.

"Hoi! Ngapain kamu? Di ajak bicara malah bengong!" Lagi-lagi Audrey kena semprot Ravin.

Audrey yang tersadar pun langsung menangatupkan mulutnya rapat-rapat.

"Ada air liur tuh di mulutmu," ucap Ravin kemudian, sesungguhnya pemuda itu ingin tertawa melihat ekspresi kagum dari Audrey.

Gadis itu buru-buru mengusap mulutnya dengan punggung tangan, benar-benar ada air liur yang menetes.

Duh, malunya. Mau ditaruh dimana mukaku? Eh, aku mana ada muka. Sudah di bayar semua sama si iblis tampan. Gumam Audrey.

"Semua yang aku butuhkan nanti kepala pelayan yang akan memberitahumu, apa kau mengerti?" tanya Ravin dengan nada tinggi.

"Iya, aku ngerti." Audrey menggosok telinganya yang panas.

Fix, sehari saja bersama iblis tampan ini, aku perlu ke dokter THT karena kerusakan gendang telinga yang dihasilkan oleh teriakan si iblis yang sepertinya akan selalu mengomel di manapun dan kapanpun dia berada.

Ravin berjalan ke sebuah pintu, Audrey awalnya heran menghitung pintu yang terdapat di kamar itu. Biasanya pintu ada tiga, satu pintu masuk, satu pintu kamar mandi, dan satu pintu lemari. Tapi di kamar pemuda itu ada empat pintu, sehingga membuat Audrey bertanya-tanya dalam hati.

"Ini kamarmu, pintu ini menghubungkan kamarku dengan kamarmu," kata Ravin yang sudah membuka pintu itu.

"Tunggu! Kenapa harus ada pintu diantara kamar kita? Kamu nggak ada niat berbuat macam-macam, 'kan?" tanya Audrey menatap kamarnya dengan rasa heran kenapa kamar mereka harus sampai terhubung seperti itu.

BRAKKKK!!!

Ravin memukul pintu yang awalnya belum terbuka sempurna hingga akhirnya kini terbuka lebar. Audrey yang mendengar suara keras itu bergidik menutup mata.

Salah apalagi coba, ya Tuhan!

Tangan Ravin bertumpu pada kusen pintu, mengunci Audrey yang bersandar di kusen pintu dengan satu tangannya, mata Ravin menatap tajam gadis itu.

Audrey benar-benar terkejut, ia ikut menatap mata Ravin dengan wajah memelas.

"Kamu lupa, hah? Lupa status kamu? Apa perlu aku ingatkan lagi? Setiap inc tubuh kamu sudah menjadi milikku, andaipun aku ingin macam-macam kamu bisa apa, hah?!" bentak Ravin geram karena Audrey terus saja melupakan akan perjanjian mereka.

_

_

_

_

_

_

...Tes satu dua tiga, ehemmmm...

...Bantu like koment ya ......

...Biar othor tambah semangat...

...Thank u lope lope😘😘...

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Pasti mobil mereka di sabotaj percaya deh..

2023-08-05

0

Afternoon Honey

Afternoon Honey

ini novel pertama karya author din_din yang saya baca. jadi nyimak baca dulu ya...

2023-05-19

0

Laini Lenny

Laini Lenny

keren certanya

2023-03-26

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Jadi Budak demi uang
2 Bab 2 Ketemu ayam Kate
3 Bab 3 Perlu ke THT
4 Bab 4 Hari pertama
5 Bab 5 Keluarga Argawijaya
6 Bab 6 Roti sobek
7 Bab 7 Salah paham
8 Bab 8 Amarah membuncah
9 Bab 9 Hukuman
10 Bab 10 Baik dikit
11 Bab 11 Debat dengan Berondong
12 Bab 12 Perang antar pelayan
13 Bab 13 Imbas dari peperangan
14 Bab 14 gadis apa kuda?
15 Bab 15 Berapa banyak gadis?
16 Bab 16 Roti sobek again
17 Bab 17 Tragedi si adik kecil
18 Bab 18 Tanda merah bikin galfok
19 Bab 19 cemburu pada berondong
20 Bab 20 Duo Muna
21 Bab 21 Hana sadar
22 Bab 22 Salah paham
23 Bab 23 Pengakuan
24 Bab 24 Sebutan membuat bahagia
25 Bab 25
26 Bab 26 Keluarga gila
27 Bab 27 Masa kecil
28 Bab 28 Janji kembali
29 Bab 29 Ingatan kembali
30 Bab 30 Alasan
31 Bab 31 Kesal tak ada lamaran
32 Bab 32 Lamaran romantis
33 Bab 33 Sepaket Ka-Re ayam Ka-te
34 Bab 34 Surat nikah
35 Bab 35 Kesempatan
36 Bab 36 pengakuan
37 Bab 37 lamaran yang ditolak
38 Bab 38 Hadiah pernikahan
39 Bab 39 Ritual penanaman bibit A.R
40 Bab 40 Keluar dari Rumah sakit
41 Bab 41 Hotel Prodeo
42 Bab 42 Shopping
43 Bab 43 Mantan? No!
44 Bab 44 Maksud
45 Bab 45 Lima belas persen tak berarti
46 Bab 46 Gadis
47 Bab 47 Ketemu Prawira lagi
48 Bab 48 tamu ga ada Akhlak
49 Bab 49 Resepsi pernikahan
50 Bab 50 Tamu Hana
51 Bab 51 Utusan Prawira
52 Bab 52 RaBi Ravin-Bianca(Bencana)
53 Bab 53 Topan dan Tsunami
54 Bab 54 Tidak terharu
55 Bab 55 setengah plus setengah jadi satu
56 Bab 56 Izin pergi
57 Bab 57 Side Story' Malik
58 Bab 58 Permintaan
59 Bab 59 Flashdisk
60 Bab 60 Rapat
61 Bab 61 Bahagia
62 Bab 62 Mobil siapa?
63 Bab 63 Jadi sebenarnya
64 Bab 64 Jangan selingkuhi aku
65 Bab 65 Hana dan Karen
66 Bab 66 Side Story' Arlan
67 Bab 67 Skor satu nol
68 Bab 68 Drama keluarga
69 Bab 69 Adik
70 Bab 70 Side Story' Malik
71 Bab 71 Ka-te
72 Bab 72 Malaikat
73 Bab 73 Murka
74 Bab 74 Pembunuhan tidak langsung
75 Bab 75 Rekaman
76 Bab 76 Isi Rekaman
77 Bab 77 Pertanggungjawaban
78 Bab 78 pernikahan
79 Bab 79 Rindu
80 Bab 80 Semuanya selesai
81 Bab 81 Sakit parah?
82 Bab 82 Hamil
83 Bab 83 Menyusul
84 Bab 84 Kecelakaan
85 Bab 85 Pingsan
86 Bab 86 Welcome To Semarang
87 Bab 87 Kota Lama
88 Bab 88 Rumah mbak Muna
89 Bab 89 Juragan Kos-kosan
90 Bab 90 Ketoprak
91 Bab 91 Durian
92 Bab 92 Gara-gara Durian
93 Bab 93 Ketupat sayur
94 Bab 94 Ngidam tengah malam
95 Bab 95 Asin
96 Bab 96 Gurun Sahara hingga hutan belantara
97 Bab 97 Pegal
98 Bab 98 Panik
99 Bab 99 Ketuban
100 Bab 100 Bayi Perempuan
101 Bab 101 Nana Sayang
102 Bab 102 Akhirnya
103 Pengumuman
104 Pengumuman
Episodes

Updated 104 Episodes

1
Bab 1 Jadi Budak demi uang
2
Bab 2 Ketemu ayam Kate
3
Bab 3 Perlu ke THT
4
Bab 4 Hari pertama
5
Bab 5 Keluarga Argawijaya
6
Bab 6 Roti sobek
7
Bab 7 Salah paham
8
Bab 8 Amarah membuncah
9
Bab 9 Hukuman
10
Bab 10 Baik dikit
11
Bab 11 Debat dengan Berondong
12
Bab 12 Perang antar pelayan
13
Bab 13 Imbas dari peperangan
14
Bab 14 gadis apa kuda?
15
Bab 15 Berapa banyak gadis?
16
Bab 16 Roti sobek again
17
Bab 17 Tragedi si adik kecil
18
Bab 18 Tanda merah bikin galfok
19
Bab 19 cemburu pada berondong
20
Bab 20 Duo Muna
21
Bab 21 Hana sadar
22
Bab 22 Salah paham
23
Bab 23 Pengakuan
24
Bab 24 Sebutan membuat bahagia
25
Bab 25
26
Bab 26 Keluarga gila
27
Bab 27 Masa kecil
28
Bab 28 Janji kembali
29
Bab 29 Ingatan kembali
30
Bab 30 Alasan
31
Bab 31 Kesal tak ada lamaran
32
Bab 32 Lamaran romantis
33
Bab 33 Sepaket Ka-Re ayam Ka-te
34
Bab 34 Surat nikah
35
Bab 35 Kesempatan
36
Bab 36 pengakuan
37
Bab 37 lamaran yang ditolak
38
Bab 38 Hadiah pernikahan
39
Bab 39 Ritual penanaman bibit A.R
40
Bab 40 Keluar dari Rumah sakit
41
Bab 41 Hotel Prodeo
42
Bab 42 Shopping
43
Bab 43 Mantan? No!
44
Bab 44 Maksud
45
Bab 45 Lima belas persen tak berarti
46
Bab 46 Gadis
47
Bab 47 Ketemu Prawira lagi
48
Bab 48 tamu ga ada Akhlak
49
Bab 49 Resepsi pernikahan
50
Bab 50 Tamu Hana
51
Bab 51 Utusan Prawira
52
Bab 52 RaBi Ravin-Bianca(Bencana)
53
Bab 53 Topan dan Tsunami
54
Bab 54 Tidak terharu
55
Bab 55 setengah plus setengah jadi satu
56
Bab 56 Izin pergi
57
Bab 57 Side Story' Malik
58
Bab 58 Permintaan
59
Bab 59 Flashdisk
60
Bab 60 Rapat
61
Bab 61 Bahagia
62
Bab 62 Mobil siapa?
63
Bab 63 Jadi sebenarnya
64
Bab 64 Jangan selingkuhi aku
65
Bab 65 Hana dan Karen
66
Bab 66 Side Story' Arlan
67
Bab 67 Skor satu nol
68
Bab 68 Drama keluarga
69
Bab 69 Adik
70
Bab 70 Side Story' Malik
71
Bab 71 Ka-te
72
Bab 72 Malaikat
73
Bab 73 Murka
74
Bab 74 Pembunuhan tidak langsung
75
Bab 75 Rekaman
76
Bab 76 Isi Rekaman
77
Bab 77 Pertanggungjawaban
78
Bab 78 pernikahan
79
Bab 79 Rindu
80
Bab 80 Semuanya selesai
81
Bab 81 Sakit parah?
82
Bab 82 Hamil
83
Bab 83 Menyusul
84
Bab 84 Kecelakaan
85
Bab 85 Pingsan
86
Bab 86 Welcome To Semarang
87
Bab 87 Kota Lama
88
Bab 88 Rumah mbak Muna
89
Bab 89 Juragan Kos-kosan
90
Bab 90 Ketoprak
91
Bab 91 Durian
92
Bab 92 Gara-gara Durian
93
Bab 93 Ketupat sayur
94
Bab 94 Ngidam tengah malam
95
Bab 95 Asin
96
Bab 96 Gurun Sahara hingga hutan belantara
97
Bab 97 Pegal
98
Bab 98 Panik
99
Bab 99 Ketuban
100
Bab 100 Bayi Perempuan
101
Bab 101 Nana Sayang
102
Bab 102 Akhirnya
103
Pengumuman
104
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!