Bab 5 Keluarga Argawijaya

Dirumah Argawijaya, yaitu rumah paman Audrey. Satu keluarga itu sedang sarapan bersama, ada Argawijaya yaitu paman Audrey, Karen Argawijaya bibi Audrey, Kate juga adik laki-lakinya Arlan yang baru berusia tujuh belas tahun.

"Oh ya, Pah! Mamah dengar ada pengusaha muda tampan yang muncul baru-baru ini ya? Teman-teman Mamah pada cerita katanya dia itu mash muda, tampan dan kaya pula," ucap Karen memulai perbincangan di sela sarapan mereka.

"Iya, katanya dia juga dingin tak berperasaan. Papah sedikit khawatir juga karena banyak kolega papah yang salut dengan kinerja pemuda itu. Papah takut jika banyak yang pindah haluan menanamkan sahamnya ke pemuda itu." Arga menanggapi ucapan Karen.

"Kenapa harus khawatir? Bukankah bagus jika ada pengusaha muda yang masuk ke dalam bisnis negara ini. Juga bagus buat keluarga kita mengingat dia masih muda," ungkap Karen.

"Maksudmu?" tanya Arga tidak mengerti.

Karen melihat Kate yang sedang sarapan dengan begitu elegan layaknya gadis kaya dengan sosial yang tinggi. "Lihat Kate, dia itu belum punya pasangan, jika saja Kate bisa kenal dengan pemuda itu bahkan bisa membuatnya jatuh cinta pada putri kita bukankah itu bagus?"

Arga menoleh pada Kate, gadis itu sendiri juga terkejut karena mamahnya sampai bermaksud menjodohkannya.

"Kenapa jadi mau menjodohkanku?" tanya Kate bingung.

"Kamu jangan salah sayang, Mamah yakin kamu pasti tidak akan menyesal jika bersama pemuda itu." Karen mencoba meyakinkan.

Kate hanya mengernyitkan dahi karena ia belum tahu dengan pemuda yang di maksud dengan mamahnya. Sedangakan Arga sendiri sedikit menyeringai karena sepertinya rencana istrinya itu memang ide cemerlang.

Karen membuka ponselnya, lalu dia menyapu layar benda pipih yang ada di tangannya, mencari berita tentang pengusaha muda yang masih di perbincangkan hangat.

"Lihat ini sayang, memangnya kamu nggak mau gitu sama pemuda setampan ini?" tanya Karen seraya menunjukan foto pemuda yang di maksud.

Begitu melihat foto yang di tujukan Karen, mata kate terbuka lebar, senyum bahagia muncul di bibir gadis itu, jiwanya langsung memuja meski baru melihat fotonya.

"Dia tampan sekali! Kalau seperti itu aku pun tidak akan menolak jika di jodohkan," ucap Kate.

Arlan yang sedari tadi diam menyantap sarapanya ikut melirik ke benda pipih milik Karen, kemudian pemuda tujuh belas tahun itu menggelengkan kepala.

"Kamu kenapa?" tanya Karen pada Arlan.

"Memangnya Mamah yakin pemuda setampan itu bakal jatuh cinta pada Kate?" tanya Arlan penuh keraguan.

"Heh, sopan sedikit kenapa? Aku ini kakak kamu, bisa-bisanya kamu manggil cuman hanya dengan namaku saja," ujar Kate sewot.

"Suka-suka aku lah!" Arlan tak kalah sewot.

"Sudah jangan bertengkar!" seru Arga.

Kate dan Arlan terdiam, kemudian Kate memicingkan mata kepada Arlan yang sedari dulu terus berseteru dengannya.

"Kamu anak kecil tahu apa? Jangan suka yakin dengan apa yang kau pikirkan!" Kate melotot pada Arlan.

"Aku tuh cuman bicara fakta!" Arlan tidak memperhatikan kakaknya yang sudah sewot.

"Fakta apa maksudmu, hah?!" tanya Kate yang mulai naik pitam.

Arlan mengelap mulutnya dengan sapu tangan, kemudian ia menatap Kate penuh dengan ejekan. karen dan Arga hanya memperhatikan kakak-adik yang memang sering sekali berkelahi itu.

"Bagaimana seorang yang tampan, berpendidikan, berintergritas tinggi bisa suka dengan gadis yang dalam segi pelajaran saja nol, penampilan semua palsu," cibir Arlan.

"Heh! Apa maksudmu palsu?!" Kate membanting pisau dan sendoknya ke meja, membuat Karen secara impulsif memejamkan mata karena terkejut.

"Hidung oplas, kelopak mata oplas, kulit di suntik biar putih, tubuh di buat kayak artis korea, kalau bukan palsu lalu namanya apa?" ejek Arlan yang bersidekap menatap Kate yang wajahnya mulai memerah karena marah.

"Kau!!! Mah, lihat Arlan!!" rengek Kate yang tahu betul jika ia tidak akan bisa menghadapi adiknya itu.

"Arlan! Kau tidak boleh seperti itu! Kakakmu begitu juga supaya dia bisa mendapatkan pemuda kaya agar kesejahteraan keluarga dan bisnis kita terjamin," ujar Karen membela Kate.

Arlan menjulurkan lidahnya dengan gerakan seakan ingin muntah, pemuda itu sejak awal tidak suka dengan cara berpikir keluarganya yang selalu mengutamakan materi di atas segalanya.

"Arlan! Kau ini seorang pria, kau harus mengerti kalau kita perlu menyeimbangkan kedudukan kita dalam sebuah bisnis. Jika tidak, yang ada kita akan terus jatuh kebawah, karena itu kita perlu memiliki akar yang kuat untuk menopang kit agar bisa terus berdiri kokoh," urai Arga.

Arlan yang tidak mengerti jalan pikiran keluarganya itu akhirnya memilih berangkat kuliah, ia malas jika harus berlama-lama di sana.

"Oh ya, apa Mamah dan Papah tahu? Kemarin ku bertemu si Audrey Lho!" ungkap Kate penuh dengan jiwa menghina di setiap kata yang meluncur dari mulutnya.

"Benarkah? Bagaimana kabar si sombong itu?" tanya karen yang tentu saja tidak menyukai Audrey karena memang selalu menjadi saingan putrinya.

"Hahahaha, Mamah kalau lihat pasti ingin menertawakannya. Sekarang kemana-mana ia harus berpanas-panasan dan bergumul dengan debu, udah kayak gembel jalanan pokoknya," cibir Kate.

Karen tertawa keras mendengar cerita putrinya, sedangkan Arga hanya diam menyelesaikan sarapannya. Arlan yang tadinya ingin pergi, begitub mendengar nama Audrey ia langsung berhenti dan menguping di balik pintu.

"Kak Audrey, bagaimana kabarmu?" gumam Arlan.

Disisi lain, Audrey yang baru saja mendengar tuduhan dari pelayan lain memilih untuk mengabaikannya. Ia berjalan melenggang masuk ke kamar tuannya untuk menyiapkan sarapan di meja balkon kamar pemuda itu seperti yang biasa di lakukan.

Dari balkon Audrey bisa melihat hamparan tanah lapang yang hijau dengan rerumputan, balkon kamar Ravin menghadap halaman belakang yang begitu luas, ada sebuah kolam renang dan taman bunga dalam kaca disana.

"Indah sekali," gumam Audrey.

Tanpa Audrey sadari, Ravin sudah berada di pintu tengah menatap punggungnya seraya bersidekap, melihat gadis yang tengah menikmati suasana pagi yang indah.

"Ehem." Ravin mendeham membuat Audrey terkejut dan langsung membalikan badan.

"Anda sudah selesai Jogging? Sarapannya sudah saya siapkan," kata Audrey dengan senyum yang di buat semanis mungkin.

Ravin langsung mendudukan dirinya dikursi yang terdapat disana, akan tetapi pandanganya tak teralihkan dari Audrey.

"Kenapa kau memasang senyum bodohmu?" tanya Ravin tiba-tiba.

Ya ampun!! Pedas bener tuh mulut! Senyum manis kayak gini di bilang bodoh, dasar iblis tampan!!! Gerutu Audrey dalam hati, kalau bisa ia ingin sekali meremas mulut Ravin hingga pemuda itu tidak bisa mengeluarkan kata-kata menjengkelkan lagi.

"Tidak ada," ucap Audrey seraya menghilangkan senyumnya.

Audrey berdiri di depan meja menunggu Ravin sarapan, kalau bisa mengeluh ia mungkin akan mengeluh. Sekarang Audrey tahu bagaimana beratnya menjadi pelayan, dulu ia selalu meminta pelayan pribadinya menungguinya sarapan seperti yang ia lakukan sekarang dan ternyata itu sangat melelahkan, harus berdiri menunggu tanpa tahu berapa lama sarapan itu akan berakhir.

Terpopuler

Comments

Yusria Mumba

Yusria Mumba

sabar aured

2023-10-24

0

💕febhy ajah💕

💕febhy ajah💕

ayak ketek hidupnya palsu

2022-04-08

0

Erni Fitriana

Erni Fitriana

sabarrr...sabarrrrr....semangat audrey

2022-03-10

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Jadi Budak demi uang
2 Bab 2 Ketemu ayam Kate
3 Bab 3 Perlu ke THT
4 Bab 4 Hari pertama
5 Bab 5 Keluarga Argawijaya
6 Bab 6 Roti sobek
7 Bab 7 Salah paham
8 Bab 8 Amarah membuncah
9 Bab 9 Hukuman
10 Bab 10 Baik dikit
11 Bab 11 Debat dengan Berondong
12 Bab 12 Perang antar pelayan
13 Bab 13 Imbas dari peperangan
14 Bab 14 gadis apa kuda?
15 Bab 15 Berapa banyak gadis?
16 Bab 16 Roti sobek again
17 Bab 17 Tragedi si adik kecil
18 Bab 18 Tanda merah bikin galfok
19 Bab 19 cemburu pada berondong
20 Bab 20 Duo Muna
21 Bab 21 Hana sadar
22 Bab 22 Salah paham
23 Bab 23 Pengakuan
24 Bab 24 Sebutan membuat bahagia
25 Bab 25
26 Bab 26 Keluarga gila
27 Bab 27 Masa kecil
28 Bab 28 Janji kembali
29 Bab 29 Ingatan kembali
30 Bab 30 Alasan
31 Bab 31 Kesal tak ada lamaran
32 Bab 32 Lamaran romantis
33 Bab 33 Sepaket Ka-Re ayam Ka-te
34 Bab 34 Surat nikah
35 Bab 35 Kesempatan
36 Bab 36 pengakuan
37 Bab 37 lamaran yang ditolak
38 Bab 38 Hadiah pernikahan
39 Bab 39 Ritual penanaman bibit A.R
40 Bab 40 Keluar dari Rumah sakit
41 Bab 41 Hotel Prodeo
42 Bab 42 Shopping
43 Bab 43 Mantan? No!
44 Bab 44 Maksud
45 Bab 45 Lima belas persen tak berarti
46 Bab 46 Gadis
47 Bab 47 Ketemu Prawira lagi
48 Bab 48 tamu ga ada Akhlak
49 Bab 49 Resepsi pernikahan
50 Bab 50 Tamu Hana
51 Bab 51 Utusan Prawira
52 Bab 52 RaBi Ravin-Bianca(Bencana)
53 Bab 53 Topan dan Tsunami
54 Bab 54 Tidak terharu
55 Bab 55 setengah plus setengah jadi satu
56 Bab 56 Izin pergi
57 Bab 57 Side Story' Malik
58 Bab 58 Permintaan
59 Bab 59 Flashdisk
60 Bab 60 Rapat
61 Bab 61 Bahagia
62 Bab 62 Mobil siapa?
63 Bab 63 Jadi sebenarnya
64 Bab 64 Jangan selingkuhi aku
65 Bab 65 Hana dan Karen
66 Bab 66 Side Story' Arlan
67 Bab 67 Skor satu nol
68 Bab 68 Drama keluarga
69 Bab 69 Adik
70 Bab 70 Side Story' Malik
71 Bab 71 Ka-te
72 Bab 72 Malaikat
73 Bab 73 Murka
74 Bab 74 Pembunuhan tidak langsung
75 Bab 75 Rekaman
76 Bab 76 Isi Rekaman
77 Bab 77 Pertanggungjawaban
78 Bab 78 pernikahan
79 Bab 79 Rindu
80 Bab 80 Semuanya selesai
81 Bab 81 Sakit parah?
82 Bab 82 Hamil
83 Bab 83 Menyusul
84 Bab 84 Kecelakaan
85 Bab 85 Pingsan
86 Bab 86 Welcome To Semarang
87 Bab 87 Kota Lama
88 Bab 88 Rumah mbak Muna
89 Bab 89 Juragan Kos-kosan
90 Bab 90 Ketoprak
91 Bab 91 Durian
92 Bab 92 Gara-gara Durian
93 Bab 93 Ketupat sayur
94 Bab 94 Ngidam tengah malam
95 Bab 95 Asin
96 Bab 96 Gurun Sahara hingga hutan belantara
97 Bab 97 Pegal
98 Bab 98 Panik
99 Bab 99 Ketuban
100 Bab 100 Bayi Perempuan
101 Bab 101 Nana Sayang
102 Bab 102 Akhirnya
103 Pengumuman
104 Pengumuman
Episodes

Updated 104 Episodes

1
Bab 1 Jadi Budak demi uang
2
Bab 2 Ketemu ayam Kate
3
Bab 3 Perlu ke THT
4
Bab 4 Hari pertama
5
Bab 5 Keluarga Argawijaya
6
Bab 6 Roti sobek
7
Bab 7 Salah paham
8
Bab 8 Amarah membuncah
9
Bab 9 Hukuman
10
Bab 10 Baik dikit
11
Bab 11 Debat dengan Berondong
12
Bab 12 Perang antar pelayan
13
Bab 13 Imbas dari peperangan
14
Bab 14 gadis apa kuda?
15
Bab 15 Berapa banyak gadis?
16
Bab 16 Roti sobek again
17
Bab 17 Tragedi si adik kecil
18
Bab 18 Tanda merah bikin galfok
19
Bab 19 cemburu pada berondong
20
Bab 20 Duo Muna
21
Bab 21 Hana sadar
22
Bab 22 Salah paham
23
Bab 23 Pengakuan
24
Bab 24 Sebutan membuat bahagia
25
Bab 25
26
Bab 26 Keluarga gila
27
Bab 27 Masa kecil
28
Bab 28 Janji kembali
29
Bab 29 Ingatan kembali
30
Bab 30 Alasan
31
Bab 31 Kesal tak ada lamaran
32
Bab 32 Lamaran romantis
33
Bab 33 Sepaket Ka-Re ayam Ka-te
34
Bab 34 Surat nikah
35
Bab 35 Kesempatan
36
Bab 36 pengakuan
37
Bab 37 lamaran yang ditolak
38
Bab 38 Hadiah pernikahan
39
Bab 39 Ritual penanaman bibit A.R
40
Bab 40 Keluar dari Rumah sakit
41
Bab 41 Hotel Prodeo
42
Bab 42 Shopping
43
Bab 43 Mantan? No!
44
Bab 44 Maksud
45
Bab 45 Lima belas persen tak berarti
46
Bab 46 Gadis
47
Bab 47 Ketemu Prawira lagi
48
Bab 48 tamu ga ada Akhlak
49
Bab 49 Resepsi pernikahan
50
Bab 50 Tamu Hana
51
Bab 51 Utusan Prawira
52
Bab 52 RaBi Ravin-Bianca(Bencana)
53
Bab 53 Topan dan Tsunami
54
Bab 54 Tidak terharu
55
Bab 55 setengah plus setengah jadi satu
56
Bab 56 Izin pergi
57
Bab 57 Side Story' Malik
58
Bab 58 Permintaan
59
Bab 59 Flashdisk
60
Bab 60 Rapat
61
Bab 61 Bahagia
62
Bab 62 Mobil siapa?
63
Bab 63 Jadi sebenarnya
64
Bab 64 Jangan selingkuhi aku
65
Bab 65 Hana dan Karen
66
Bab 66 Side Story' Arlan
67
Bab 67 Skor satu nol
68
Bab 68 Drama keluarga
69
Bab 69 Adik
70
Bab 70 Side Story' Malik
71
Bab 71 Ka-te
72
Bab 72 Malaikat
73
Bab 73 Murka
74
Bab 74 Pembunuhan tidak langsung
75
Bab 75 Rekaman
76
Bab 76 Isi Rekaman
77
Bab 77 Pertanggungjawaban
78
Bab 78 pernikahan
79
Bab 79 Rindu
80
Bab 80 Semuanya selesai
81
Bab 81 Sakit parah?
82
Bab 82 Hamil
83
Bab 83 Menyusul
84
Bab 84 Kecelakaan
85
Bab 85 Pingsan
86
Bab 86 Welcome To Semarang
87
Bab 87 Kota Lama
88
Bab 88 Rumah mbak Muna
89
Bab 89 Juragan Kos-kosan
90
Bab 90 Ketoprak
91
Bab 91 Durian
92
Bab 92 Gara-gara Durian
93
Bab 93 Ketupat sayur
94
Bab 94 Ngidam tengah malam
95
Bab 95 Asin
96
Bab 96 Gurun Sahara hingga hutan belantara
97
Bab 97 Pegal
98
Bab 98 Panik
99
Bab 99 Ketuban
100
Bab 100 Bayi Perempuan
101
Bab 101 Nana Sayang
102
Bab 102 Akhirnya
103
Pengumuman
104
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!