Sebelum makan siang rapat sudah selesai, sekarang aku sudah di meja sekretaris yang tepat berada di depan ruangan Presdir.
Selain aku ada seorang sekretaris lagi yang akan menjadi teman kerjaku, kami hanya berbeda meja kerja. Dari pertama aku datang dia sudah sangat ramah dan bisa menerimaku, namanya Dewi Larasati, umurnya 27 tahun 2 tahun lebih tua dariku dan dia baru saja menikah.
Ya tahun ini aku akan berumur 25 tahun, dan aku masih sendiri tidak ada pasangan, dulu aku punya kekasih, tapi sekarang aku tidak tahu dia entah kemana? aku anak tunggal, ayah ibuku mengelola sebuah restoran kecil di Surabaya.
Selama ini aku selalu sibuk untuk bekerja dan bekerja, seandainya libur kerjapun aku hanya berdiam diri di rumah, terkadang membantu ayah dan ibu di restoran untuk membuatkan laporan keuangannya, atau ikut terjun untuk memasak pesanan tamu, karena aku sangat suka sekali memasak.
Hari hariku berlalu begitu saja, aku tidak banyak punya teman dekat, hanya Ani teman sesama sekretaris dan Leoni bagian Humas pemasaran di kantor cabang, selain dari itu hanya teman kantor biasa.
Kami biasanya sesekali waktu akan jalan bersama ke mall, atau sekedar nongkrong di cafe untuk ngobrol dan bercanda gurau. Diantara kami bertiga, hanya aku yang tidak memiliki pasangan, entah mengapa aku belum merasa tertarik untuk memiliki hubungan dengan seseorang ? saat aku ingin mencoba dekat dengan seorang pria, aku merasa takut dan tidak nyaman, badanku gemetaran saat seorang pria akan menyentuh tanganku.
Flashback on setahun yang lalu...
Pernah sekali aku coba melawan rasa takutku, atas permintaan ibuku yang ingin melihat aku memiliki pasangan seperti teman-teman ku.
Aku coba untuk menjalin hubungan dengan Ryan, sahabat dari kekasih Lioni yaitu Dion.
Kata Lioni kalau Ryan tertarik padaku dari pandangan pertama saat kami bertemu di acara ulang tahun Lioni.
Selama 3 bulan kami menjalani hubungan pacaran, tapi tidak sekalipun kami seperti sepasang kekasih. Walaupun kami sering jalan bersama, kami sama sekali tidak pernah perpelukan dan berciuman. Hanya bergandeng tangan saja itupun, tanganku akan berkeringat dan badanku langsung bergetar merasakan takut yang luar biasa.
Apa mungkin karena aku tidak memiliki rasa padanya? karena aku hanya ingin mencoba melawan ketakutan ku saja.
Sampai pada suatu hari, Ryan mengajakku untuk berbicara dari hati ke hati.
Malam Minggu kami duduk di bangku taman kota, sepulang makan malam di cafe langganan kami. "Lusi..!" panggilnya.
"iya...!" jawabku singkat.
Aku menoleh padanya dan memandang matanya sekilas, segera aku alihkan pandanganku pada pemandangan malam di taman.
Aku mendengar Ryan menghembuskan nafas berat. "aku boleh bertanya ?" tanyanya dengan pandangan tidak lepas padaku.
Aku meliriknya sekilas, "mau tanya apa?" tanyaku balik.
"bisa kau lihat aku!!!"
Aku langsung menoleh untuk melihatnya.
"Lusi....bisakah kau jujur padaku..?" tanyanya dan pandangan mata kami bertemu.
"jujur apa?" tanyaku bingung yang langsung menghindari tatapan matanya.
Seketika dia memegang bahuku dan membalikan badanku menghadapnya, jarak badan kami sangat dekat, sebenarnya aku terkejut dengan perlakuannya, karena ini untuk pertama kali kami sedekat ini.
'deg...'
Hatiku mulai takut, tapi aku berusaha untuk bertahan agar Ryan tidak kecewa. Aku menahan sekuat tenaga agar badanku tidak gemetaran.
"Lusi...aku sayang dan cinta padamu, sejak pertama kali melihatmu aku sudah jatuh hati padamu."
Mata kami masih saling memandang, aku tidak melihat kebohongan di dalam matanya.
yang membuatku bukannya senang tetapi sedih.
"aku serius padamu...aku ingin kita menikah..!!"
"apa....???" kataku terkejut.
Ryan berlutut di depanku dan menggenggam tangan yang ada di pangkuanku. Aku mulai menegang karena perlakuannya.
Ryan mengeluarkan sebuah kotak kecil bludru berwarna merah.
"Lusi...maukah kamu menikah denganku...??" tanyanya sambil membuka tutup kotak perhiasan yang ada di tangannya dimana ada cincin emas putih bermata berlian didalamnya.
Aku sangat terkejut dengan pinangannya, didalam hatiku, bukannya bahagia tapi aku benar-benar sedih dan rasa takutku bertambah besar. Dengan cepat aku berdiri dari dudukku dan berjalan Mundur agar kami memiliki jarak.
Ryan yang melihatku mulai gemetaran bangun dari duduknya.
"ada apa Lusi..? apa kamu baik-baik saja..?"
Aku hanya menggelengkan kepala, air mata yang sedari tadi aku tahanpun jatuh meluncur ke pipiku yang mulus.
"kenapa kamu menangis Lusi...??" tanyanya mendekatiku.
"maafkan aku Ryan...!!" kataku lirih.
"kenapa kamu minta maaf...?"
"maafkan aku...maafkan aku...!!" tangiskupun terisak.
Ryan hanya memandangku heran.
"jangan menangis Lusi." Ryan mendekatiku yang menunduk, di angkatnya daguku dengan telunjuknya.
Aku masih terisak, Ryan menghapus air mata di pipiku.
"Apa aku salah melamarmu...??"
"maafkan aku Ryan...kamu sangat baik dan sopan padaku, tidak pernah membuatku kecewa. Tapi maafkan aku tidak bisa menerima lamaranmu...!!" jawabku terisak yang membuat Ryan mengerutkan alis terkejut, seketika melepaskan tangannya dari daguku dan berjalan mundur selangkah.
"Tapi kenapa Lusi...???"
"A...akuu...belum siap Ryan.."kataku yang membuat tangisku lebih kuat sampai ku tutup wajahku dan langsung jatuh bersimpuh.
Aku tak percaya dengan apa yang aku rasakan di dalam hatiku. Aku takut, sedih, sakit dan kecewa datang secara bersamaan di dalam hatiku. Aku benar-benar tidak mengerti dengan hatiku, seharusnya aku bahagia di lamar oleh seorang pria yang baik, sopan, tampan,tinggi berkulit putih bersih tanpa cela ( tampannya seperti oppa-oppa korea).Tapi mengapa aku seperti ini...???
"kenapa Lusi...? apa yang membuatmu belum siap??" tanya Ryan sambil ikut bersimpuh di depanku. "apa karena kita belum lama kenal?"
Aku menggelengkan kepalaku, ku beranikan diri menatap mata Ryan. "bukan itu..aku tidak tahu Ryan...aku ingin jujur, aku tidak mengerti dengan hati dan diriku Ryan." kataku dengan masih air mata yang membanjiri pipi ku yang putih mulus.
"aku takut...aku sakit...aku sedih...aku kecewa..itu yang kurasakan saat ini...!!"kataku tambah sedih dan tangiskupun pecah lagi.
"maafkan aku Lusi, maafkan aku..."kata Ryan sambil memelukku lembut dan meletakkan kepalaku di dadanya yang bidang dan hangat.
"jangan menangis Lusi, aku yang salah karena mendadak dan terlalu cepat untuk melamarmu." katanya halus sambil mengelus sayang rambut hitam panjangku yang tergerai. Aku merasakan tulus dan hangatnya perlakuan Ryan padaku.
"sudah berhenti menangis, aku tidak bisa melihatmu sedih seperti ini." katanya masih membelai rambutku sayang. Aku yang merasakan lembut dan hangat perlakuan Ryan padaku, menutup mata meresapi pelukan dan belaian sayang dari Ryan, berharap ada rasa nyaman dan suka yang aku rasakan.
Tapi bukan itu yang ku rasakan, seketika terlintas samar bayangan seseorang yang berbuat kasar padaku, dengan cepat ku membuka mataku dan langsung mendorong dada Ryan agar melepaskan pelukannya.
Aku berdiri dan mengatur nafasku yang memburu, ku pegang dan kugelengkan pelan kepalaku yang pusing.
"ada apa Lusi?" tanya Ryan cemas.
"kepalaku pusing Ryan."
"ayo duduk dulu!" ajaknya sembari menuntunku untuk duduk di bangku taman.
"ini minum dulu !" Ryan menyerahkan sebotol air mineral yang sudah terbuka padaku yang tadi dibawanya.
Segera ku minum air tersebut, berharap pusingku reda dan hatiku nyaman. Ryan masih terus memperhatikan ku.
"Ryan...aku.."
"sudah lupakan lamaranku."katanya memotong perkataanku. Aku diam sedih memandang wajah kecewanya.
"tapi...!!!"
"sudahlah tidak apa-apa? aku bisa mengerti kamu belum siap...?!?"
"tapi bisakah kamu memberikan aku kesempatan ? untuk membuat hatimu supaya bisa merasakan apa yang aku rasakan padamu??"tanyanya dengan tatapan teduhnya, dimatanya aku melihat ketulusan.
Aku tidak sampai hati untuk menolaknya, di dalam lubuk hatiku yang paling dalam, aku juga berharap Ryan bisa membantuku merasakan apa yang Ryan rasakan padaku. Aku ingin hatiku tidak lagi sakit, kecewa dan takut seperti ini.
Aku menganggukkan kepala tanda setuju, Ryan tersenyum lega dan aku juga membalasnya dengan senyuman yang semanis mungkin.
Dalam kehidupan ini kita tidak bisa mengatur takdir yang akan terjadi, tapi kita bisa berharap adanya takdir yang baik akan menghampiri hidup kita.
Flashback off....
...****************...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Bersambung ke episode selanjutnya....
...sekian dan terima kasih 🙏🙏 mohon saran dan komennya yang baik....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments
Maria TR
lanjut
2021-02-02
1