02. Class Meeting

Hari ini, hari pertama untuk Class Meeting tengah semester. Seperti biasa, acara tengah semester di sekolah ku tidak ada ujian, hanya ada tugas rumah ekstra. Lalu sebagai gantinya, diadakan acara Class Meeting dalam sepekan. Acaranya mulai dari lomba olah raga antar kelas, peragaan busana, hias kelas, lukis mural dan lainnya.

"Mel, kamu mau ikut apa? aku nanti ngisi nyanyi di ahir Class Meeting," tanya Dee

"Aku mau ikut Mural aja, lebih bebas, ga harus juara dan cukup jadi diri sendiri, hahaii," jawabku

"Oke, sukses yaa.. nanti habis latihan nyanyi aku nyusul kamu. Mural di tembok lapangan basket kan?" Dee menyemangati

"Iyes, Ok... aku tunggu, nanti aku bilang Riri juga buat ketemu disana, " kataku

Aku memang sangat suka menggambar, tapi karena otodidak jadi ilmuku masih sangat jauh dari kata bagus. Tapi aku sangat senang melakukanya. Aku satu tim dengan Al. Kami pun langsung ke lapangan basket dan memilih satu sisi untuk kami gambar. Aku dan Al mulai mendiskusikan apa yang akan kami gambar lalu mulai menggoreskanya.

Aku menggunakan masker karena cat minyak begitu menyengat baunya. Aku juga menggunakan sarung tangan dan celemek. Aku mulai menggambar dari dinding paling atas. Ku gunakan bangku untuk menjangkaunya. Sedangkan Al mulai menggambar dari sisi pojok bawah.

Aku dengan serius menggambar. Sesekali bayangan wajah Julian terlintas. Benar-benar mengganggu fokusku. Lalu, tanpa sengaja siku kanan ku kepentok sesuatu, saat aku tengok ternyata itu kepala orang. Spontan aku bilang

"Sorry, ga sengaja," Orang itu hanya melotot, tanpa berkata apapun

'Yaelah, aku bilang kan ga sengaja, kenapa melotot gitu si, biasa aja si.. ' kataku dalam hati

Mukanya tidak terlihat karena tertutup oleh masker. Tapi matanya cukup tajam dan menawan andai ia tak harus melotot begitu.

Matahari makin terik, aku pun turun dari bangku dan memutuskan untuk istirahat. Tak lama terdengar suara memanggilku

"Karmel, kami bawakan sesuatu untukmu! " kata Riri bersemangat, ia datang bersama Dee.

Aku merasa beruntung punya sahabat seperti mereka. Bahkan untuk hal kecil seperti membawakan makanan, Riri dan Dee bersikap sangat manis. Kami duduk di dekat lapangan basket, aku juga mengajak Al bergabung bersama kami.

Kulepas masker, celemek dan sarung tangan ku. Mencuci tangan ku lalu membuka makanan. Aku lihat, tim sebelah ku belum berhenti mengecat tembok. Ku perhatikan punggung cowo yang tinggi ltu. Punggungnya lebar dan badanya tinggi, mungkin dia lebih pantas jadi pemain basket ketimbang ikut melukis mural. Dia tinggi makanya tidak perlu bangku untuk menjangkau tembok bagian atas

"Gimana, Dee, latihanya lancar? Owhya, bareng David juga donk pasti? cihuyyy... pasangan baru, " kataku

"Owhya? Dee sama David jadian? Keren banget si, nanti di undangan bakal matching deh D&D (Di en Di), ya ampun cocok banget," kata Riri yang mendadak heboh

"Ri, sabar donk,. baru jadian, masa iya udah undangan aja yang dibahas, kuliah dulu lah! hehe" jelas Dee

"Orang cantik mah bebas, pinter pula, mau ngapain aja lancaaaar kaya jalan tol" kata ku

Sambil ngobrol, Al yang males ikut ngobrol mengambil bola basket dan memainkanya di lapangan. Lalu aku lihat ada cowo yang mendekat dan ikut bermain juga. Sepertinya itu cowo tinggi yang tadi kepentok siku ku,

'hehe' aku spontan terkekeh.

"Hih, ketawa apa kamu mel, haduuh gara-gara kepanasan otak mu udah mulai sakit yaa," kata Riri sambil memegang keningku

"Eh enak aja, itu lho liat, cowo yang lagi main basket sama Al, itu tadi kepentok siku aku pas lagi gambar, pas aku minta maaf, dia malah cuma melotot, haha," kata ku

"What? kok bisa, haha.. ceroboh banget si, eh, eh, bentar ltu kan Julian kan?" kata Riri

Aku tersedak dan melotot ke arah Riri

"Kenapa woy? sekarang hobi banget keselek si Mel," kata Riri

"Julian temen sekelas mu, Ri?" tanya Dee

"Iya, dia termasuk populer dikelasku. Aish.. tapi aku ga suka gayanya, playboy banget, masih mending David, udah cakep ga banyak tingkah, pinter, duuh" kata Riri

Jadi cukup tau saja. Pertama, orang yang tadi kepentok siku aku itu adalah Julian. Kedua, ternyata ia satu kelas dengan Riri. Biarkan saja ini mengalir dan mereka berdua tidak perlu tahu. Lho tahu apa? tahu kalo aku memperhatikan Julian sejak kemarin.

"Ayok ah, habis ini balik, kamu lanjutin gambar nya besok lagi kan Mel? nanti naik bus bareng ya?" ajak Riri yang langsung aku iyakan

"Al, aku pulang dulu ya?! Besok lagi kita lanjutin!" teriakku pada Al yang sedang main basket

"Okeh.. aku mau main basket dulu, hati-hati ya, Mel!" jawab Al sambil bermain basket bersama Julian dan seorang teman lainnya.

Sempat juga aku melihat ke arah Julian. Kenapa dia terlihat begitu mempesona saat bermain basket. Sesekali ia terlihat tersenyum. Tanpa sadar aku ikut tersenyum juga karenanya.

Aku dan Riri berjalan keluar sekolah. Kami menunggu bus di depan sekolah. Saat kami sedang berdiri memantau bus, tiba-tiba motor besar hitam keluar dari gerbang dan hampir saja aku dan Riri terserempet,

"Woy Dasar! Ga liat apa?!" aku mengumpat pada

"Dasar playboy ga jelas, nyebelin banget!" keluh Riri

"Siapa itu si Ri?" tanyaku

"Siapa lagi kalo bukan Julian, cowo playboy nyebelin"

kata Riri dengan nada kesal

'apa? Julian lagi?' kataku dalam hati

Sepertinya sejak aku memperhatikan Julian, dia ada dimana-mana. Bahkan saat aku pikir sedang memperhatikan orang lain, orang itu tetap Julian. Haruskah aku mencari orang lain? agar aku tidak bosan selalu bertemu dan mendengar nama yang sama?

Keesokan harinya. Aku berangkat dengan badan demam. Hari pertama ku menstruasi memang sering membuatku sakit. Kadang tak hanya demam, tapi juga kram perut, menggigil bahkan sariawan yang banyak. Meski sudah setiap bulan aku melaluinya, aku belum menemukan cara untuk beradaptasi dengan sakitnya.

Sesampainya di sekolah, aku langsung ke lapangan basket. Menggunakan sarung tangan, celemek dan masker. Aku mulai melanjutkan gambarku. Ku lihat, Al belum datang. Tapi aku tetap melanjutkannya, karena aku tidak yakin apakah badanku akan kuat sampai siang hari.

Tim Julian juga sudah mulai datang. Aku yang sedang demam tak terlalu peduli dengan kedatangan Julian. Aku hanya fokus dengan apa yang aku kerjakan.

Tiba-tiba kuas ku terjatuh. Tangan ku gemetar. Aku sudah mulai tidak kuat, aku memilih duduk di bangku yang tadi kugunakan untuk memanjat. Julian sepertinya melihatku, lalu ia mengambilkan kuas ku yang terjatuh tadi.

"Hei, mau pingsan ya kamu? ke UKS aja, nanti malah pingsan disini repot, " kata teman Julian

Tak lama, tiba-tiba Riri datang, berlari ke arahku

"Mel, lagi datang bulan ya? yuk aku antar kamu ke UKS, harusnya kamu ga usah berangkat aja, Mel" bisik Riri sambil memapahku ke UKS

"Aku ga apa-apa, Ri. Nanti juga sembuh sendiri, masa iya aku mesti ijin setiap bulan," jawabku sok kuat

Sampai di UKS, aku tiduran dan meminum obat nyeri menstruasi. Lalu aku baru tersadar, mungkinkah Julian yang memberitahu Riri? Ah, masa si dia se perhatian itu, bukankah dia cowo yang cuek dan cenderung tidak peduli dengan orang lain. Namun, karena penasaran, aku mau tanya langsung saja pada Riri

"Ri, kok kamu bisa tahu kalo aku lagi sakit, siapa yang kasih tau?," tanyaku

"Julian. Dia bilang temanku sakit di lapangan basket, jadi aku langsung berpikir itu kamu, Mel" jawab Riri

Jadi benar itu Julian. Dia jelas kenal Riri karena mereka sekelas. Namun bukankah kata Riri, kalo Julian itu menyebalkan. Banyak pertanyaan ku tentang Julian, namun aku males repot ditanya balik oleh Riri.

Setelah agak mendingan aku kembali ke lapangan basket. Al sudah ada disana. Ia sedang melanjutkan mural yang kami buat.

"Mel, sudah sembuhkah? kalau belum sembuh ijin pulang aja, nanti ini biar aku lanjutkan" kata Al

"Aku sudah mendingan, ini biasa terjadi, jangan kaget Al, asal kamu tau, perempuan kaya aku selalu menghadapi hal kaya ini setiap bulan, Im Strong, hehe"

"Weh, perempuan to? lebih mirip banci, hahaha. Oops, just kidding, aku tau lah kamu strong, Mel" kata Al buat menghiburku

Julian terlihat serius mengerjakan muralnya. Jadi aku takut ia akan melotot lagi jika aku ganggu. Walaupun sebenarnya aku ingin mengucapkan terimakasih. Bagaimanapun ia telah memberitahu Riri untuk membantuku. Yasudah, biar kusampaikan nanti saja.

Saat hari makin panas. Aku dan Al memutuskan untuk berhenti mengerjakan mural yang kurang lebih sudah 75% kami kerjakan.

"Besok selesai nih Mel, dikit lagi, kita balik dulu aja, lagian kamu juga masih sakit," kata Al aku pun mengangguk

Saat pulang, aku tak bertemu Riri. Kalau Dee, seperti biasa, dia antar jemput oleh ayahnya. Meski ayahnya kepala sekolah, tapi hampir tak pernah absen untuk menjemput anak gadisnya itu. Dee benar-benar beruntung memiliki ayah yang benar-benar mengurusnya.

" Ayahku mungkin tak bisa antar jemput seperti ayah Dee. Ayahku bekerja di luar kota, ia akan pulang saat week end atau lebih dari itu. Aku yakin ia selalu mendokan ku" kataku lirih

Bus ke arah rumahku sudah datang. Saat aku masuk, aku kaget karena di dalam ada Julian. Setahuku kemarin Julian menggunakan motor ke sekolah. Aku gugup dan bingung bagaimana mengawali obrolan.

"Hei, makasih ya tadi," kataku

"Ga masalah, daripada aku harus repot gendong orang pingsan, makanya aku kirim pesan aja ke temen kamu itu " jawab Julian

Menyebalkan sekali jawabanya. Ia bukan niat membantuku, dia ternyata cuma takut kalau-kalau repot dengan orang pingsan.

Tiba-tiba dia menurunkan badanya ke arahku. Menempelkan mulut ke telingaku,

"Aku cuma mau bilang, ada darah di rok mu," bisik Julian padaku,

Hah!? aku tembus.... (Panik)

Terpopuler

Comments

Yara_Army

Yara_Army

pen temenan ama riri dan dee

2021-02-26

1

pinnacullata pinna

pinnacullata pinna

aduh malu deh, itu tembus atau cat?

btw aku mampir dan memberikan like dukung juga novelku cinta adalah sebuah perjalanan yang indah 🙏☺️

2021-01-13

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!