04. Pentas Seni

Hari pentas seni adalah satu yang paling ditunggu selama classmeeting. Acara musik, tari dan drama dipanggung bak konser mewah yang bikin heboh semua siswa. Sorak sorai dan nyanyi bersama benar-benar mampu menghilangkan penat. Khusus hari ini, tanpa seragam, pakai baju bebas dan tetap bersepatu.

Acara pertama seperti biasa, sambutan-sambutan. Suasana hening seperti saat upacara kematian. Siapa si yang bisa lawan guru kesiswaan? Bikin rusuh kamu hanya akan dapat poin dan skorsing. Haha,..

Aku dan Riri berdiri di tengah kerumunan. Mulai terasa berdesakan, semua siswa ingin melihat dari jarak paling dekat dengan panggung. Kami menunggu penampilan Dee dan David.

"Bakal romantis banget pasti, nanti D&D nyanyi duet kan?" kata Riri girang,

"Nanti Ben juga tampil kan? hayo lho lebih nunggu penampilan Dee apa Ben, hehe," kataku

" Dua-dua nya lah, haha.. eh nanti Al juga tampil, partner mural mu itu, hahai" Riri bersemangat

" Owhya? bocah itu berani tampil juga ya.. luar biasa, bakal banyak kejutan nih kayaknya," kataku yang jadi ikut bersemangat

Satu persatu pertunjukan ditampilkan. Tak sekali kami bersama-sama bersorak, lalu tertawa atau berjoget. Benar-benar bisa melepas penat dan lelah. Sampai ahirnya yang kami tunggu tampil D&D. Kami bertepuk tangan paling keras sambil teriak memanggil nama Dee. Tidak peduli apakah orang lain terganggu atau tidak. Kami terus bersorak untuk Dee dan David. Mereka berdua memang benar-benar cocok dalam banyak hal.

'Aku terlanjur cinta kepadamu, tlah kuberikan sluruh hati ku..

tapi mengapa baru kini kau pertanyakan..

karna sekali cinta, aku tetap cinta, '

Lagu Pasha ungu ft Rossa menjadi lagu ke dua yang Dee nyanyikan. Kami pun ikut bernyanyi bersama mengikuti irama. Ekspresi Dee dan David membuat kami benar-benar terbawa perasaan.

Lalu, grup band selanjutnya yang tampil yaitu Al dan teman-teman basketnya. Julian salah satu nya. Kejutan luar biasa. Aku pikir setelah selese mengerjakan mural, aku tidak akan melihatnya lagi.

Perasaan dan pikiran itu seperti magnet. Semakin sering kita memikirkanya. Semakin dekat pula hal itu pada kita. Orang bilang itu namanya hukum tarik menarik.

Julian memainkan gitar sekaligus jadi backing vocal. Senyumnya berulangkali terlihat. Ia terlihat begitu bahagia saat memainkan musik. Senyumnya membuatku lupa kalau apa yang dikatakanya seringkali menyebalkan.

Selanjutnya Ben dan teman-temanya. Mereka memang luar biasa. Sudah seperti artis profesional. Baik penampilan maupun kualitas musiknya. Bahkan lagu yang dinyanyikan adalah lagu yang diciptakan Ben sendiri. Pantas saja Riri begitu tergila-gila memujanya.

Lalu pertunjukan selanjutnya adalah dari kakak kelas. Ada drama, sulap dan band. Lalu aku lihat seseorang berpawakan tinggi tegap, berkulit putih, seorang yang tak asing buatku. Ah, benar saja, itu Bagas. Kakak kelas yang kemarin aku temui pertama kali di parkiran.

"Ok, lagu ini buat orang yang baru kenal aku. Tapi aku sudah cukup lama memperhatikanya. Cewe unik yang membuat setiap orang yang mengenalnya nyaman. Karmel! Semoga kita tak hanya sekedar jadi kenalan saja," kata Bagas sebelum memulai lagu nya. Semua orang bersorak ramai.

" Aaaaaa! Mel, Karmel siapa lagi kalo bukan kamu, ya ampun Kak Bagas nembak kamu! Aaaaw! Keren banget si dia... " kata Riri heboh banget

Aku masih terpaku. Masih bingung dengan keadaan ini. Aku tidak tau harus mengatakan apa. Beberapa waktu yang lalu aku hanya memikirkan Julian. Namun, saat ini ada laki-laki lain yang memaksa masuk ke kehidupanku. Aku masih shock. Kejutan yang paling mengejutkanku hari ini.

Bagas membawakan lagu lawas milik Sheila On 7. Dia sepertinya tau juga, kalau aku sangat suka mendengarkan karya band asal Jogja itu.

''Coba kau tunjuk satu bintang,

sebagai pedoman langkah kita,

jabat erat hasil karyaku,

hingga terbias warna syahdu,

akan ku lukis satu kisah tentang kita... '

Setelah semua pertunjukan selesai. Aku pergi ke toilet. Sedangkan Riri dan Dee menunggu ku di pintu gerbang, kali ini kami janjian untuk pulang bersama.

Saat aku keluar dari toilet. Aku melihat Bagas yang sedang berdiri diam menunggu temannya. Sepertinya ia melihatku. Lalu karena panik aku malah jadi ingin pergi sejauh-jauhnya. Aku buru-buru lari dan malah ke tempat parkir motor. Aku bersembunyi menunduk di samping motor. Aku berharap Bagas tak menemukanku. Aku bingung harus bilang apa atau mesti bersikap bagaimana padanya.

Tiba-tiba Julian datang mendekat. Duh, aku makin tidak karuan. Aku takut, nanti Julian malah justru memberitahu Bagas kalau aku sedang bersembunyi.

Saat Julian melihatku dia langsung mengernyitkan dahinya. Aku memberi isyarat memohon untuk tidak memberitahu aku sedang bersembunyi. Lalu menengok ke kanan dan kekiri. Ia mencari tahu siapa yang sedang aku hindari. Sampai ahirnya Bagas muncul menuju parkiran. Ia terlihat sedang mencari keberadaanku

"Cari siapa, kak?" tanya Julian

"Karmel, kamu liat dia ga?" kata Bagas

"Karmel yang mana ya kak? ga tau lho aku," Jawab Julian

Emang sial banget si Julian. Bisa-bisanya dia bilang seolah benar-benar tidak kenal aku. Walaupun kami memang tidak pernah kenalan. Tapi setidaknya dia kan tau kalau akulah Karmel. Yang aku tahu, akulah satu-satunya yang bernama Karmel disekolah ini.

Setelah Bagas pergi. Julian memberiku isyarat untuk bangun.

"Awas! aku mau balik, minggir jangan ngehalangin motorku," kata Julian dengan nada menyebalkan itu

"Oke! tenang aja, aku udah ga akan ngumpet lagi," jawabku agak kesal denganya

Tiba-tiba aku lihat Bagas datang berlari ke arah parkiran lagi. Duh mesti bagaimana ini. Aku melompat dan kebingungan mencari tempat bersembunyi. Julian yang melihatku panik, agak sebal karena sepertinya ia tak bisa membiarkanku begitu saja

"Ayuk cepet, naik sini, biar aku anter kamu pulang! Cepet woy! nanti Bagas malah liat kamu," kata Julian kepadaku. Saking paniknya, aku langsung menaiki motor Julian. Ia pun langsung melaju kencang keluar dari pintu gerbang. Inilah first time aku berboncengan dengan cowo. Iya, Julian

Sampai dirumah aku baru teringat. Aku meninggalkan dua sahabatku Riri dan Dee di sekolah. Pasti mereka sudah menungguku lama. Aku pun langsung menghubungi Riri,

"Ri, maaf. Aku ada acara mendadak jadi aku ga bisa balik bareng kalian, sampaikan maaf ku juga pada Dee, Maaf banget, maaf beribu maaf," kataku

" Ya ampun, ga papa kok Mel, kamu pasti ga baca pesan ya, kami tadi ke kantin dulu karena lapar, haha, tapi berhubung kamu ga jadi balik bareng, yaudah kita langsung balik aja, udah santai aja, " kata Riri

Julian masih ada di depan rumahku. Ia menungguku telepon.

"Dasar! gara-gara Bagas, kamu panik dan ninggalin Riri? haha, lucu banget. Besok-besok aku bakal ceritain kekonyolan kamu main petak umpet sama Bagas, " kata Julian

"Eh Ju, jangan donk. Nanti aku aja yang cerita. owhya, buat ucapan terimakasihku ke kamu, mampir dulu yuk, nanti aku traktir nasi goreng paling enak sekampung, hihi" sebenarnya ini sogokan agar ia tak banyak bicara sama yang lain. Julian terlihat berpikir, ia diam menatapku sambil menelisik, tapi perutnya sepertinya lapar juga

"Ok, boleh" jawab Julian,

Hemm, aku benar-benar lega. Ia ahirnya mau juga. Lalu aku memesan nasi goreng yang tak jauh dari rumahku. Aku bungkus dan aku bawa pulang. Julian menungguku di teras rumah

"Nih, udah aku beliin, mau dimakan disini atau mau kamu bawa pulang?" tanyaku

"Makan sini aja, repot amat bawa pulang, lagian mau ditaroh mana aku pake motor kaya gitu,"jawabnya

Ia sih memang, kalau dibawa pulang mau ditaroh mana, motornya tidak punya bagasi besar. Tidak ada cantelan nya juga. Kalau ditaroh tas, hancurlah pasti nasi sekalian bungkus-bungkusnya. Aku ahirnya membuka bungkusan nasi ku juga. Tiba-tiba Julian mengambilnya lalu menjadikan satu dengan miliknya. Kami pun ahirnya makan bersama,

"Tau ga si, lebih enak makan bareng begini," katanya

Ntah dia sadar atau tidak. Hal kaya ini membuatku canggung. Kalau sebelumnya makan digabung begini kan rame-rame. Lha ini, berasa makan sepiring berdua.

Hari yang penuh dengan kejutan. Masih seperti mimpi karena semua terjadi begitu cepat. Bahkan aku masih seperti mimpi jika tadi aku berboncengan dengan Julian. Lalu makan bersama denganya, dirumahku.

Bagas, apa yang harus aku lakukan esok saat bertemu denganya. Aku bingung bagaimana harus bersikap. Aku mengenalnya belum lama, aku pikir dia baik, tapi hati ku belum memiliki perasaan apapun padanya. Aku lebih seperti takut saat melihatnya. Ponselku berbunyi, ada pesan masuk

"Hai Mel, tadi aku seperti melihatmu, tapi saat aku cari-cari kamu tidak ada, apakah kamu menghidariku?," kata Bagas dalam sebuah pesan singkat

Aku berpikir sejenak. Bagaimanapun aku tak ingin menyakiti hatinya. Dia sudah baik pada ku.

"Iyakah kak? Dimana?, itu cuma perasaan Kak Bagas saja," Jawabku dalam pesan

" Ok. Kalo begitu sampai ketemu besok, Mel," kata Bagas lagi

"Iya kak," jawabku

Terpopuler

Comments

Yara_Army

Yara_Army

hai thoorr aku mampiir utk baca dan bomb like💓💓
semangat terus up nyaa thoorr🙆🙆
salam dari The Truth Untold💜💜

2021-02-26

1

Desi Muliyasari

Desi Muliyasari

jangan lupa mampir ya kak ke Novelku dan like juga... thanks kaka

2021-02-18

2

Rizqi

Rizqi

Lanjut kak..pernah ngalamin nih pas clasmeeting sambutannya seperti upacara kematian...gurunya dingin dan ngeri banget...
.
.
.
.

sekalian promosi ya... Pangeran Tampan dan Tuan Putri Cantik...jangan lupa mampir..

2021-01-20

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!