Pagi yang cerah dengan langit biru yang bersih dari gumpalan awan putih. Di dalam ruangan Dekan salah satu jurusan, seorang Dekan lelaki yang sudah tua dengan beberapa keriput yang terlihat jelas di wajahnya berdiri menghadap jendela berteralis. Pandangannya datar menatap taman Dekanat yang cukup luas dari balik jendela ruangannya. Salah satu tangannya ia masukkan kedalam saku celana.
"Kau tidak akan terlibat hal seperti itu bukan, Sabiel?" tanyanya pada dosen muda yang sedang duduk di ruangannya.
"Tenang saja, saya tidak tertarik menjadi salah satu pelaku dalam gosip murahan itu." sahutnya santai.
"Bagaimana pun aku sedikit khawatir, karena kau termasuk dosen muda yang cukup tampan disini. Kau bisa dengan mudah menjadi target para mahasiswi." ucap Dekan itu sembari menghisap puntung rokoknya.
"Buang rasa khawatirmu itu pak Dekan, tidak ada yang perlu bapak khawatirkan. Saya bukan seorang lelaki yang suka terlibat dalam sebuah hubungan rumit seperti yang bapak pikirkan. Saya tidak tertarik hal-hal seperti itu."
"Aku pegang perkataanmu. Aku hanya tidak ingin selama aku masih menjadi seorang Dekan disini, terjadi kasus yang mencoreng kredibilitas jurusan kita." ujar Dekan tersebut seraya menengok pada Sabiel yang duduk di kursi tamu.
"Anda bisa percaya pada saya." ucap Sabiel yakin.
"Berhenti berbicara formal kepadaku, Sabiel." ucapnya menahan geraman mendengar bahasa formal yang Sabiel gunakan sejak tadi. "Bagaimana kabar istrimu?" tanyanya kemudian, Dekan itu berjalan menghampiri Sabiel dan duduk di kursi samping Sabiel.
Sabiel terkekeh mendengar nada protes itu. "Baik. Saat ini dia sedang ingin bekerja keluar negeri, dia ingin menerima pekerjaan di perusahaan Singapura untuk menjadi Desainer." Sabiel tampak malas untuk bercerita.
"Apa hubunganmu dengannya baik-baik saja?" Dekan itu memicingkan mata menyelidik.
Dekan yang bernama Sanjaya itu mengenal baik dosen Sabiel. Lebih tepatnya, Dekan Sanjaya adalah teman karib dari mendiang orangtua Sabiel. Orangtua Sabiel meninggal saat Sabiel sedang menempuh pendidikan di luar negeri. Mereka meninggal karna kecelakaan saat hendak pergi berlibur.
Sabiel yang merupakan anak satu-satunya itu sudah menganggap Dekan Sanjaya sebagai pengganti ayahnya. Bahkan ia sering menginap di rumahnya, terutama saat orangtuanya sudah meninggal. Kedekatan Sabiel dengan Sanjaya yang layaknya ayah dan anak, membuat Sanjaya tahu pasti permasalahan apa yang terjadi dalam rumah tangga anak sahabatnya itu. Bahkan sering kali Sanjaya menyarankan Sabiel untuk berpisah dengan Istrinya saat permasalahan rumah tangganya semakin di ujung tanduk.
Intan. Wanita yang disunting Sabiel 7 tahun lalu adalah seorang wanita yang berambisi untuk terus berkarir. Dia adalah contoh seorang wanita feminis yang selalu menuntut haknya untuk mendapatkan kesempatan gemilang meraih karirnya sebagai desainer terkenal.
Sikapnya yang egois dan keras kepala sering membuat Sabiel jengah, hingga berada pada satu titik dimana ia ingin menyerah. Namun ketika Sabiel ingin menyerah akan hubungannya dengan intan, ia selalu dihantui oleh janjinya sendiri kepada mendiang ibu mertuanya untuk tidak menyerah menghadapi Intan. Sehingga untuk kesekian kalinya ia mengurungkan kembali niatnya untuk berpisah dengan istrinya itu.
"Raut wajahmu mengatakan bahwa hubunganmu masih saja tidak baik dengan dia." Sanjaya menyimpulkan ketika tidak ada respon dari Sabiel yang tampak diam terpaku.
"Bapak sudah tahu sendiri bukan?!" Sabiel menanggalkan sikap formalnya kepada Ayah angkatnya itu.
"Aku heran, 7 tahun kau berhadapan dengan istri seperti itu. Namun masih saja enggan untuk berpisah dengannya." ucap Sanjaya sembari menyodorkan kudapan di hadapan Sabiel.
"Apa dia masih tidak ingin memiliki anak?" Sanjaya bertanya serius. Dalam bola mata tersirat perasaan iba akan kondisi yang menimpa dosen muda di hadapannya itu.
Tujuh tahun menikah, Intan enggan untuk memiliki anak dengan alasan bahwa keberadaan seorang anak akan menghambat karirnya. Bahkan ketika dulu saat malam pertama, Intan dengan egoisnya telah mengkonsumsi pil KB tanpa ijin dan persetujuan Sabiel sebagai suaminya. Hal itu dikarnakan Intan memang tidak berniat memiliki anak setelah menikah, dia ingin fokus pada karirnya sebagai designer muda berbakat yang saat itu sedang dilirik oleh berbagai brand ternama.
"Entahlah, aku tidak tahu akan sampai sejauh apa ia bersikap seperti itu." Sabiel enggan mengingat-ngingat perbuatan Intan dulu terkait pil KB yang membuatnya tak kembali ke rumah dalam waktu berminggu-minggu.
"Kau gila Sabiel. Kau menghabiskan waktumu dengan percuma." Sanjaya sangat kesal dengan sikap Sabiel yang tak memutuskan berpisah saja dari Intan. "Sudah saatnya kau memikirkan kebahagiaanmu, lupakan janjimu pada mertuamu itu. Dia akan mengerti jika tahu bagaimana anaknya bersikap sebagai seorang istri." sambungnya menahan kesal di dada.
"Bagaimana kabar Ibu?" Sabiel memaksa mengubah topik pembicaraan.
"Dia baik-baik saja. Asal kau tahu Sabiel, Ibu angkatmu itu juga sama sepertiku. Dia khawatir padamu. Jika mengingat sikap Intan yang sangat jauh dari kata baik sebagai seorang istri." Sanjaya mencoba terus meyakinkan Sabiel untuk berpisah dari istrinya yang lebih mementingkan karir ketimbang perannya sebagai seorang istri.
"Sudahlah, kalian harus berhenti mengkhawatirkanku. Aku baik-baik saja. Masalah Intan, biar saja nanti akan aku urus sendiri." Sabiel menenangkan lelaki tua di hadapannya itu. Dia sadar masalah rumah tangganga sudah cukup rumit, tujuh tahun bukan waktu yang sebentar untuknya terus bersabar dengan semua sikap Intan. Mungkin kini saatnya ia harus melupakan janjinya pada ibu mertuanya, dan mulai memikirkan kehidupan rumahtangga bahagia dengan banyak anak-anak yang ia impikan sejak dulu.
"Aku harus kembali ke kelas. Nanti malam jika sempat, aku akan berkunjung menengok ibu." ucap Sabiel seraya berdiri dari duduknya. Di ikuti Sanjaya di belakangnya.
"Bawakan dia bunga lili, agar kau tidak perlu mendengar ceramahnya nanti." ucap Sanjaya setengah berbisik ketika ia berjalan bersisian dengan Sabiel menuju pintu ruangan. Seringai hadir di sudut bibirnya, ketika ia mengingat betapa senangnya istrinya itu pada bunga lili.
"Pasti. Bunga lili akan menjadi penyelamat telingaku." balas Sabiel sembari terkekeh menatap lembut ayah angkatnya itu.
***
"Kuliah hari ini cukup sampai disini, jika kalian ada pertanyaan. Silahkan tanyakan langsung." Sabiel menyudahi sesi kelasnya dengan baik.
Ditatapnya beberapa raut wajah siswa yang tampak kuyuh karna sejak pagi dijejali materi perkuliahan. Beberapa siswa yang duduk di baris paling belakang tampak sedang asik menggoda siswi yang duduk tepat di depannya. Entah apa yang mereka katakan hingga siswi tersebut memukul kepala mereka satu per satu dengan tas slempangnya. Di sudut lain, matanya melihat siswi yang sibuk berbicara akan rencana sepulang kuliah. Terdengar mereka menyebut salah satu tempat hits di Kota Bandung yang akhir-akhir ini sedang digandrungi muda-mudi. Kemungkinan mereka akan pergi kesana.
"Pak." seorang siswi cantik mengangkat sebelah tangannya. Siap mengajukan pertanyaan.
"Yah. Silahkan." Sabiel mempersilahkan siswi tersebut mengutarakan pertanyaannya. Seketika kondisi kelas hening, mereka ingin mendengar pula pertanyaan dari siswi cantik tersebut.
"Apa bapak sudah menikah?" tanya siswi yang tampak ragu dan malu itu. Beberapa teman di sisi kiri kanannya tampak mendukung pertanyaan siswi tersebut.
"Sudah." Sabiel menjawab singkat yang kemudian mendapat seruan kecewa dari pada siswi sekelas.
"Pasti bohong." salah seorang siswi berhodie menyangkal pernyataan Sabiel. Siswi yang lain tampak terdengar menyangkal pula.
"Saya sudah menikah." ucap Sabiel penuh penekanan sembari menunjukan cincin yang melingkar di jarinya.
"Huuuuuuhhh." sorak para siswi membahana memenuhi ruang kelas.
Hanya gadis berambut cempol yang duduk di tengah-tengah lah yang nampak tak peduli dengan pengumuman Sabiel. Matanya terpejam dengan tangan menopang dagunya. Sesekali gadis itu tampak mengangguk-nganggukkan kepala pelan. Mengikuti alunan musik yang terdengar dari headset yang ia kenakan pada telinganya.
Sorot mata Sabiel yang awas langsung tertuju pada sosok gadis itu, dia melepaskan kacamatanya sambil tetap melihat dengan seksama gadis berparas cantik tersebut. Pertanyaan serampangan mengenai istrinya yang dilontarkan beberapa siswi tak ia hiraukan. Pandangannya sudah terbius oleh sikap acuh yang diperlihatkan oleh satu siswi di kelasnya.
Tuk.
Bunyi meja diketuk. Laura membuka matanya perlahan, matanya menyusuri sosok tubuh yang berdiri menjulang dihadapannya.
"Ah.. Maafkan saya, apa kelasnya sudah selesai?!" tanya Laura. Matanya berpencar melihat hanya beberapa siswi yang masih berada di ruang kelas.
Ternyata sesi tanya jawab yang membosankan itu telah berakhir beberapa saat yang lalu.
"Apa yang sedang kau dengarkan?" Sabiel menduduki kursi di hadapan Laura. Secara sengaja ia menarik headset yang masih terselip di telinga gadis itu, dan menyelipkannya pada telinganya.
"Beethoven." ucap Laura sembari tersenyum canggung.
"Hebat sekali seleramu. Bukankah sangat jarang mahasiswi disini mendengarkan melodi klasik seperti ini?!" tanya Sabiel penuh rasa takjub.
"Sangat jarang, bukan berarti tidak ada sama sekali bukan?!" Laura menyeringai senang.
Sabiel mengangguk tanda setuju. Gadis dihadapannya tampak menyenangkan untuk diajak berbicara.
"Laura!" teriakan Rena membuat kedua orang itu menengokkan kepala melihat kearah Rena yang berdiri di ambang pintu.
"Sebentar." Laura menyahut seraya membenahi bukunya. Sementara Sabiel melepaskan headset yang ia kenakan untuk ia kembalikan pada Laura.
"Mohon maaf pak, saya pamit terlebih dulu." ucapnya sopan.
Sabiel hanya mengangguk tanpa sepatah kata pun. Dia masih memperhatikan Laura melangkah keluar ruangan dan tersenyum menghampiri temannya.
"Gadis yang menarik." gumamnya dalam hati.
***
Silahkan tinggalkan Like, Koment dan Vote-nya ya 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Kamu tdk mengingkari janji mu Sabiel,Dasar Intan aja yg egois,ngapain masih bertahan begitu lamanya,Anak juga gak ada padahal udah 7 tahun lho,punya isteri tapi kayak gak punya isteri,Dasar kamu aja yg bego,entah2 dia selingkuh di belakang kamu..
2025-01-19
0
Qaisaa Nazarudin
Kita lihat aja nanti,Terkadang Fakta tdk sesuai dengan omongan..🤣
2025-01-19
0
Qaisaa Nazarudin
Oh ternyata udah nikah nih dosen?
2025-01-19
0