Part. 3 (Yumna)

“Fer, Gue ikut balik, ya?” Pinta gue.

“Motor Lu ke mana, Jang?”

“Di bawa Bang Aril gawe!”

“Lah, tadi Lu sama siapa berangkat?" tanya ferdy kepo.

“Sama si Key.”

“Haha ... tumbenan Lu mau deket-deket sama Dia?”

“Kepaksa!”

“Kenapa? diancam mau dicium?” Ferdy terkekeh puas ngeledek gue.

“Njirr! bukanlah.”

“Nanti Gue WA deh kalau ada lowongan kerja ya?”

“Oke! ditunggu kabarnya.” Gue mengakhiri perbincangan.

Tak terasa, gue memasuki smester lima di kampus. Gue mencoba untuk dapat bangun sendiri terpaku kepada alarm jam yang gue setting di hand phone.

Dengan harapan, papa bisa mengurangi ngomel-ngomel di pagi hari.

Memang tepat sasaran. Sekarang papa mulai enggak teriak-teriak terus. Suara melengking di pagi hari mulai menghilang.

“Dareen. Sarapan dulu Nak. Mau berangkat kampus ya?” Nyokap memanggil di depan pintu kamar yang terbuka.

“Iya Mam, nanti Dareen turun,” Jawab gue, sambil masih mengemas perlengkapan yang mesti di bawa ke kampus.

“Selamat pagi semuanya?” sapa gue di meja makan.

Disana sudah berkumpul. Ada bang Aril, mama, papa juga ada.

“Dareen, nanti malam Bang Aril sama Amanda mau tunangan. Kamu jagan telat pulangnya ya?” Pinta papa.

“Memang acaranya jam berapa Pa?”

“Nanti, sehabis sholat magrib kita ke rumah Amanda.”

“Oh.”

“Jangan cuma oh, awas! jangan sampai telat ya!” Papa meyakinkan.

“Iya-iya,” kata gue. Sambil ngambil roti yang gue lapisi dengan selai coklat.

“Ma, Pa, Bang Aril. Dareen berangkat kuliah ya?”

“Hem,” kata si Papa.

“Hati-hati ya Nak!” kata si Mama.

“Oke!” kata bang Aril.

Kelihatan kan, mana yang sayang sama gue?

Kalau bang Aril emang lebih seperti sahabat. Orangnya baik, kak Manda beruntunglah milikin abang Aril. Secara bang Aril itu orangnya ganteng, putih, hidung mancung, rambut lurus dengan gaya mirip oppa korea. Kata tetangga.

Kalau kata gue, ya mirip gue. Cuma beda di sifatnya aja. Kalau gue lebih ke cuek.

Bang Aril kerja sebagai salah satu staf di kantor papa. Kak Manda juga bekerja di tempat yang sama. Mungkin cinta mereka bersemi karena sering bertemu. Entahlah hanya si abang yang tahu.

Memang Papa tidak langsung mengangkat bang Aril sebagai orang yang penting diperusahaannya. Kata Papa, mesti tahu dari bawah. Biar bisa menghargai orang walau bang Aril sebagai anak dari CEO perusahaan.

Gue melaju kencang bersama R25 kesayanangan. Motor ini hadiah terindah dari Mama ketika aku naik kelas 3 SMA. Gue merawat dan menjaganya, hingga detik ini belum ada yang lecet pada body motor gue.

“Jang, sepulang ngampus galang dana yok?”

“Sorry, bro! Aink (gue) gak bisa.”

“Kenapa?”

“Ada acara, nanti malam Abang Gue mau tunangan.”

“Bang Aril?” tanya Ferdy.

“Ya iya lah Bang Aril. Emang Gue punya Abang yang laen?”

“Hehe ....” Ferdy terkekeh.

“Oh. Iya, bro! Gue denger ada lowongan tuh, di showroom mobil, Lu mau daftar enggak?”

“Boleh, syaratnya apaan?”

“Itu mah gampanglah, yang penting Lu mau, udah beres.”

“Kok bisa?” gue heran.

“Iya, Gue kenal sama orang yang menerima karyawan barunya. Cuma, di sana buka bagian mekanik/montir. Lu mau enggak?”

“Iya Gue mau, tapi kalau urusan mobil, ya Gue masih kurang paham banget, bro! kalau motor, Gue paham betul.”

“Nyantailah, kalau masalah itu. Entar lu juga diajarin sama Montir yang udah senior di sana.”

“Oke! Gue mau.”

“Sip! nanti Gue WA, apa aja yang perlu Lu bawa bro!”

“Thank’s ya, Bro! nanti, gaji pertama Gue traktir Lu, dah.” Sambil menepuk bahu Ferdy.

“Dasar, Lu! kerja aja belum udah halu mau traktir segala.” Ledek Ferdy.

“Yaelah, Bro! wajar kalik, punya angan-angan baik mau neraktir Kawan?” Sambil tersenyum.

“Hem,” Suara Ferdy mengakhiri.

Gue buru-buru tancap gas menuju rumah. Takut telat nyampe rumah, kebanyang nanti Papa marahnya seperti apa.

“Haduh, ****** Gue! macet lagi!” Gue mulai panik.

Tin ... Tin ... Tin ....

Bunyi klakson motor dan mobil meramaikan di sore hari yang melelahkan.

Akhirnya, Gue nyelip-nyelip setelah ada kesempatan dan sela, motor Gue akhirnya melewati kemacetan yang parah. Yes! berhasil! Gue lolos dari kemacetan. Namun, entah bisa lolos dari omelan si Papa atau enggak? Konflik batin gue.

“Assalamu’allaiku.” Gue buru-buru masuk sebelum adzan maghrib.

“Haduh Dareen, kebiasaan! sana cepat mandi, nanti sholat magribnya di rumah aja, ya? Kita langsung berangkat ke rumah Amanda selepas sholat magrib.” Suruh Papa.

“Oke!” gue bergegas mandi.

Setelah sholat berjama’ah di rumah. Akhirnya kami berangkat juga menuju rumah kak Amanda.

Acara pun dimulai, dengan dihadiri keluarga gue, keluarga besar dari kak Amanda dan segenap karyawan dari kantor papa.

Selesai sudah acara lamaran. Cin-cin lamaran pun di sematkan ke  jari kak Amanda dan satunya ke jari bang Aril.

Ada satu sosok gadis kecil yang memperhatikan gue dari tadi. Ketika gue menatap, dia tersenyum.

Heleh! cuma gadis ingusan! Batinku berkata.

Sepertinya dia masih duduk di bangku SMP. Wajahnya manis, matanya bulat kek boneka, rambut lurus sebahu. Bentuk wajahnya oval dengan dagu yang runcing, dia menatapku lekat di sebrang meja.

“Dek, ngambil makan sana! dari pada diem aja.” Suruh bang Aril.

“Iya, Bang.”

Akhirnya gue menghampiri meja yang tersedia banyak makanan. Dekat meja itu juga si gadis kecil  berdiri. Gue ambil nasi dan lauk, karena gue enggak terlalu suka sayur.

“Yumna!” sosok ibu paruh baya memanggil nama gadis itu.

Gadis kecil itu menghampiri.

“Iya, Bu!” jawabnya.

Oh, ternyata itu Ibunya. Namanya Yumna, eh! kenapa Gue jadi kepo, sih? Pertanyaan dalam hati.

“Udah ambil makan belum?” tanya si ibu.

“Ini, baru mau ambil, Bu!” jawab anak kecil itu.

“Ya udah, cepetan ya? nanti, sehabis Kamu makan, Kita langsung pulang.”

“Iya, Bu.” Jawabnya singkat.

Gadis kecil yang beranjak ABG itu menghampiri gue. Ia menatapku lalu tersenyum manis.

“Kakak ambil apa?” tanya gadis itu.

“Nasi sama lauk.” Ini anak mulai kepo.

“Kak, namanya siapa sih?”

Haduh gue diajak kenalan sama ABG labil.

“Dareen.”

“Lengkapnya?” tanya lagi.

“Cullen Dareen”

“Aku Yumna.” Ia menjulurkan tangan mungilnya.

“Salam kenal ya, Oppa?” ucap Yumna.

****** Gue! Oppa lagi, Oppa lagi! Gue menjabat tangannya.

“Yumna, Gue makan di situ, ya?” Gue mundur alon-alon biar dia enggak mengekor.

“Iya, Oppa.”

.

Pesta sudah beres, para tamu undangan pun telah beres makan. Yumna kini tak terlihat lagi. Mungkin Dia udah balik, eh! Kenapa Gue jadi keinget Anak itu? bisik dalam hati.

Setelah menentukan tanggal pernikahan si abang. Akhirnya keluarga kami pamit untuk pulang.

“Dareen, hampir saja Kita semua malu karena Kamu pulang hampir telat!” ucap si Papa.

Hadeh tuh kan si papa mulai lagi ngomel.

“Udah Pa, kan Kita juga enggak telat menghadiri acaranya,” ucap Mama.

Gue hanya terdiam mendengarkan perdebatan.

“Ya udah sih Pa, Ma. Jangan ribut lagi. Toh enggak ada yang mesti di khawatirkan, ya enggak, Dek?”

Bang Aril masih bisa hibur gue sekalipun dia sedang mengemudikan mobilnya.

Gue hanya tersenyum masam mendengarkan omongan mereka.

***

Drett ... Drettt ....

Hand phone bergetar. Ada WA masuk dari Ferdy.

'Besok, Lu cuma disuruh bawa KTP yang asli sama foto copy-nya 1 lembar, Bro!’ Isi WA Ferdy.

‘Oke!’ gue balas singkat.

.

Ngampus again.

“Jang, KTP udah lu foto copy, belum?” tanya Ferdy nodong.

“Udah beres. Terus, Gue mesti ngapain?”

“Nanti pulang Kampus, Kita ke showroom bareng-bareng, ya? Gue titipin Lu sama orang yang Gue kenal.” Ajak Ferdy.

“Sip! thank’s, ya ” jawab gue.

Sepulang dari kampus, motor Ferdy dan gue berjalan berdampingan menuju showroom mobil.

“Bang Andi, kenalin teman Gue yang mau masuk di sini.” Ferdy mengenalkan gue.

“Dareen,” jawab gue sambil berjabat tangan.

“Oh ... ini?” Matanya mendelik, memperhatikan. Entah apa yang ia perhatikan dari gue.

“Lu siap kerja di sini dari jam 9 nyampe jam 3 sore?” tanya bang Andi.

“Iya, bisa Bang!” jawab gue.

“Nanti, gimana kuliah Lu?”

“Nanti Gue lanjut kuliah ambil Kelas Karyawan aja, Bang. Bisa diatur.” Gue meyakinkan.

“Oke! Gue terima kalau kuliah Lu, enggak mengganggu tanggung jawab Lu kerja di sini.”

“Makasih, Bang. Gue mulai bisa kerja kapan?”

“Nanti aja hari Senin. Sekalian, Lu urusin dulu kuliah Lu.”

“Oke! Bang, sekali lagi, makasih.”

Terpopuler

Comments

🌟æ⃝᷍𝖒ᵐᵉN^W^NH^Ti᭄💫

🌟æ⃝᷍𝖒ᵐᵉN^W^NH^Ti᭄💫

oppa lagi oppa lagi....panggil kang aja deh😂😂

2021-08-24

1

Nyai💔

Nyai💔

sini ku sendokin klau mau mamam daren 🤣🤣🤣🙏🙏 semngttt keren bngt certanya

2021-08-16

0

M.Javas Nararya

M.Javas Nararya

sampai disini ceritanya seru👍salut sama Darren biar tiap hari di omelin bapak nya tp tetep jd anak penurut😊

2021-04-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!