Pesawat telah mendarat mulus meski ada sedikit keterlambatan. Dua mobil Via yang dikemudikan Pak Yudi dan Pak Nono telah siap.
Setelah mengantarkan Rio dan papahnya, Via dan yang lain menuju kediaman Via. Hanya Bu Aisyah yang diantar ke rumah Eyang Probo. Mereka berlaku seolah orang tua Meli tidak ikut ke Medan. Hal itu dimaksudkan menjaga perasaan Eyang Probo agar tidak cemburu.
Malamnya, barulah keluarga Via dan Meli ke rumah Eyang Probo. Sebelumnya, Meli, Bu Fatimah, dan Via dibantu Bu Inah dan Mbok Marsih berjibaku membuat donat dan prol tape. Mereka tahu Eyang Probo menyukainya.
Begitu sampai, Meli dan Azka langsung ke kamar Eyang Probo. Pria yang rambutnya telah memutih itu tersenyum lebar begitu melihat cucunya datang.
“Isudamu mana? Eyang mau liat,” kata Eyang Probo. Meski sedikit terbata-bata, ucapannya semakin jelas.
“Sebentar, Eyang. Azka tunjukin yang di HP saja, ya.”
Azka menunjukkan foto-fotonya saat wisuda. Eyang Probo tampak bahagia melihatnya.
“Eyang, Mas Azka dinobatkan sebagi wisudawan terbaik, lo. Ni lihat!”
Meli memamerkan foto saat Azka menerima penghargaan. Eyang Probo menatap Azka bangga. Dia mengacungkan ibu jari ke cucunya.
“”Mas Azka nakal, Yang. Masa dia nggak kasih tahu Meli prestasinya. Meli hampir histeris waktu lihat Mas Azka di podium.” Meli mengadu dengan manjanya.
Eyang Probo terkekeh mendengarnya. Dia menatap Azka dan Meli bergantian.
“Ahan, Ia ana?” tanya Eyang Probo.
“O iya, Mas Farhan dan Mbak Via sedang ngobrol dengan ayah dan bunda serta ayah dan ibu.”
Eyang Probo menatap Azka bingung.
“Ayah dan ibu dari Jember, Yang. Mereka datang. O iya, mana donat sama prol tapenya, Sayang?” Azka menoleh ke Meli.
“Dibawa ibu tadi. Eyang mau dibawakan ke sini?” Meli menawari.
Eyang Probo menggeleng. Ia memberi isyarat ingin keluar. Azka dibantu perawat segera memapah Eyang Probo didudukkan di kursi roda. Lalu, Azka mendorongnya ke ruang tamu.
“Assalamualaikum, Eyang Probo,” ucap Pak Roni sambil beranjak mendekat.
Wajah Eyang Probo semakin cerah melihat orang-orang yang hadir di ruang tamu. Setelah basa-basi sejenak, pembicaraan mereka mengerucut ke rencana resepsi pernikahan Azka dan Meli.
“Azka, rencanamu kapan mau diadakan resepsi?” tanya Pak Haris.
“Baiknya kapan, Yah? Apa bareng sama Rio biar dia nggak sungkan?” Azka balik bertanya meminta pendapat.
“Tiga bulan lagi? Kalau Meli keburu ….” Meli tak melanjutkan kalimatnya. Pipi Meli mendadak merona.
“Keburu apa, Mel?” tanya Via sok polos.
Meli tidak menjawab. Ia hanya tersenyum. Bua Aisyah dan Bu Fatimah pun ikut tersenyum .
“Aku kira nggak usah dibarengin sama Rio, Dek. Pernikahan Rio biar saja dipikirkan belakangan. Kalau dibarengin, nanti harus menyelaraskan dengan keinginan Rio, Ratna, dan keluarganya.”
“Bunda setuju yang Farhan katakan. Resepsimu biar jadi acara keluarga kita. Rio dan Ratna biar menjadi urusan mereka. Kita sebatas membantu,” sambung Bu Aisyah.
“O ya, Ayah ingin tahu. Ini sedikit melenceng dari topik. Bagaimana ceritanya mamahnya Rio dan Tuan David meninggal?” Pak Haris menyela.
Farhan dan Azka saling tatap. Lalu, Farhan memberi isyarat agar Azka yang bercerita.
“Waktu itu, keluarga Om David beserta mamah Rio pergi mengunjungi salah satu kerabat Om David. Om Danu tidak ikut. Sekitar 3 kilometer menjelang tiba di lokasi, jalanan memang menurun. Di belakang mobil yang mereka tumpangi ada truk tronton yang melaju cepat tak terkendali karena rem blong. Truk itu menghantam mobil hingga mobil terguling ke parit yang cukup dalam.”
“Penumpang yang lain bagaimana?”
“Istri Om David koma. Sopir dan putra sulung Om David luka parah, tetapi dalam kondisi sadar.”
Farhan memejamkan matanya. Terbayang dalam benaknya kecelakaan yang menimpanya lebih dari setahun yang lalu. Kecelakaan yang hampir merenggut nyawanya yang ternyata dirancang oleh Lia. Farhan menghela nafas panjang.
Via melirik suaminya. Ia segera mengusap lengan Farhan untuk menenangkan.
“Farhan mungkin trauma dengan kecelakaan yang pernah menimpamu. Ayah bisa mengerti. Tapi, semua itu jadikan pelajaran untuk lebih berhati-hati ke depannya. Bukan hanya Farhan. Azka, Via, Meli, kita semua,” kata Pak Haris bijak.
“Kita kembali membicarakan tentang rencana resepsi. Azka dan Meli, kalian maunya kapan? Kalian yang utama. Nanti kami, para orang tua, menyesuaikan.” Bu Aisyah memotong agar suasana yang tidak mengenakkan tidak berlarut-larut.
”Kapan, Mas?” bisik Meli sambil menyikut lengan Azka.
“Kamu maunya kapan? Kamu kan yang anak kuliahan, masih harus ngatur jadwal sesuai kuliahmu.” Azka menjawab santai.
“Memangnya Mas Azka nggak punya kesibukan?” balas Meli.
“Sementara ini enggak. Kuliah sudah selesai. Kerja belum. Paling jadi sopir pribadi istri kalau sudah di sini,” jawab Azka.
Bantal melayang menimpa Azka. Seketika cowok itu menghunus tatapan tajam kepada si pelempar. Siapa lagi kalau bukan Farhan.
“Hei, kapan kau akan mulai kerja? Ingat tugasmu!” ujar Farhan.
“Memang harus segera, Eyang?” tanya Azka sambil menoleh ke Eyang Probo yang berada di sampingnya.
Eyang Probo terkekeh mendengar pertanyaan sang cucu. Ia menggelengkan kepala.
“I—ya, ssehela. E—yang hubungi Jami—ko,” jawab Eyang Probo.
“Eyang akan menghubungi Om Jatmiko? Lalu serah terima jabatan, begitu?”
“Makanya, kamu tentukan resepsimu kapan. Habis itu, kamu mulai kerja. Urus tu Bumi Kencana! Sebelumnya, kamu pelajari dulu dokumen-dokumen penting terkait kedudukanmu!” ucap Farhan.
“Persiapan resepsi butuh berapa lama sih, Bun?” Azka menatap bundanya.
Bu Aisyah tersenyum melihat kebingungan putranya.
“Bergantung. Kalau pakai jasa WO ya bisa cepat. Mau berapa hari juga biasanya mereka bisa. Tapi, kalau ingin semuanya bagus, tidak terburu-buru, minimal 10 hari. Memang mau buat seperti apa, sih?”
“Azka juga nggak tahu. Mau seperti apa, Sayang?” Azka ganti melempar pertanyaan kepada Meli.
Meli menggelengkan kepala. Rupanya dia pun belum punya gambaran.
“Begini saja, besok kalian ke WO! Konsultasi dengan pegawai sana. Mereka akan menunjukkan berbagai konsep. Kalian bisa pilih salah satu, atau bisa juga mengombinasikan. Sebelum ke sana, bahas dulu waktunya kapan, undangannya berapa.” Via memberi saran.
“Cieee… yang sudah berpengalaman. Perasaan dulu apa-apa terserah,” ledek Azka.
“Dulu kan serba mendadak. Mbak juga masih belum yakin men ….”
Ucapan Via terpotong. Ternyata mulutnya telah dibungkam tangan Farhan.
“Hmmm, Mas Farhan nggak mau kebongkar, ya?” Azka mencebik.
“Memang kenapa?” tanya Pak Roni.
“Nggak apa-apa, Yah. O iya, keluarga dari Jember kira-kira berapa yang kita undang?” Azka mengalihkan pembahasan, kembali ke topik awal.
“Sekitar 20 mungkin. Ibu belum hitung dengan detail,” jawab Bu Fatimah.
“Waktunya kapan, Ka?” Pak Haris mengingatkan.
Azka menepuk jidatnya. Ia kembali meminta saran Meli.
“Kapan? Minggu depan, dua minggu lagi, atau bulan depan?”
“Minggu depan aku baru libur. Kalau dua minggu lagi, bagaimana?” Meli melempar kembali kepada Azka.
“Bolehlah, dua minggu lagi,” sahut Azka.
Akhirnya, semua setuju waktu resepsi pernikahan dilaksanakan dua minggu ke depan.
“Nah, besok pagi kalian pergilah ke WO! Kalau masih ada waktu, lihat-lihat kampus juga boleh. Kan Meli juga harus ngurus pindah kuliah ke Jogja.”
“Iya, benar yang dikatakan Nak Via.” Bu Fatimah menyetujui pendapat Via.
“Untuk jumlah tamu, dikira-kira saja. Anggaplah keluarga dari Jember 30 orang, teman Melia da berapa, teman Azka juga. Untuk keluarga dan tetangga dari Jogja sekitar 200 orang. Kolega Eyang Probo dan dari kalangan pengusaha, Farhan tentu lebih tahu, “ sahut Bu Aisyah.
“Tunggu! Sebaiknya jangan dipublikasikan kalau Azka cucu Eyang Probo! Bunda nggak ingat alasan Ayah mundur dari jabatan Direktur Asyifa?” Pak Haris mengingatkan.
Bu Aisyah mengangguk. Ia masih ingat betul hal yang menyebabkan suaminya tidak lagi menjabat direktur rumah sakit. (Baca Selalu Ada Tempat Bersandar episode terakhir)
Setelah dirasa cukup, Via dan Farhan juga Azka dan Meli berpamitan. Namun, baru sampai pintu, mendadak Meli membalikkan badan. Ia berlari sambil menutup mulutnya.
***
Bersambung
Apa yang terjadi dengan Meli ya? Ikuti terus untuk tahu jawabannya, ya! Kunjungi juga novel Selalu Ada Tempat Bersandar untuk tahu keluarga Azka juga Cinta Strata 1 dan Ikatan Cinta Alenna karya Kak Indri Hapsari untuk tahu tokoh-tokoh yang berkaitan dengan Meli. jangan lupa dukung kami dengan klik like, berikan rate 5 dan komentar!
Terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
🍾⃝ ͩSᷞɪͧᴠᷡɪ ͣ
wah keren azka dan farhan
2021-05-26
0
yuli novelis🕊🕊
semoga lancar semangat 💪💪
2021-04-02
0
Twitria
like mendarat thor :)
semangat trs yaa ✨
yuk kunjungi karyaku juga ..
2021-02-16
0