Pagi yang sangat sibuk. Duta pagi-pagi sekali sudah meninggalkan rumahnya untuk ikut apel. Dia lebih senang menyetir sendiri daripada harus menggunakan sopir.
Setelah Apel, Duta langsung melakukan agenda yang sudah disebutkan Farid tadi malam. Hingga tak terasa sudah pukul 14.00. Duta melihat peninjauan revitalisasi sungai sekitar 30 menit. Lalu berangkat menuju bandara.
"Bang, saya ke bandara dulu. Laporannya bawa ke rumah saja ya seperti biasa. Besok kan sabtu, abang libur. Jadi bawakan saja semuanya biar saya koreksi dan tanda tangani. Biar hak bolak balik maksud saya"
"Oh siap pak, nanti saya antarkan ke rumah"
Duta meluncur ke bandara Jogja untuk menjemput Kakak ipar dan keponakannya itu.
.
Rumah Sakit.
"Laras! Ayo pulang! Bandel sekali disuruh pulang gak mau! Kamu itu sudah bukan anak TK lagi yang harus dijewer kupingnya baru mau pulang!" ucap umi Saodah yang sudah membuka pintu ruangan Laras dengan emosi meledak-ledak.
"Umiiii, ketemu anaknya salam dulu kek. Masa masuk ruangan gak pake salam. Assalamualaikum umi ku sayang" balas Laras yang sebenarnya takut kena amukan umi nya.
"Waalaikum salam. Ayo pulang! Kamu kan sudah tidak ada pasien lagi!"
"Nanggung mi, bentar lagi ashar. Sekalian sholat disini dulu ya" ucap Laras yang sudah berjalan menghampiri umi nya. Dia mencium punggung tangan umi nya dan mengajak umi nya untuk duduk dulu.
"Jangan marah-marah dong mi, ingat kesehatan umi. Umi dari kajian ya? Kok rapi banget" Laras masih mencoba menenangkan umi nya.
"Iya, pulang toh Ras, umi juga pengen kamu itu di rumah. Emang kamu gak kangen apa sama umi sama abi?" jawab umi Saodah kesal.
"Ya pasti kangen lah umi sayang, Laras sebel sama umi kalau dirumah yang dicecar itu tentang nikah melulu. Yang lain kek miiiii"
"Lhaahh, kamu itu memang sudah waktunya menikah Laras. Anak umi tinggal kamu doang. Umi juga pengen nimang cucu sendiri kayak temen-temen umi yang lain. Kalau adik kamu masih ada gak bakalan umi ngejar kamu begitu" ucap umi Saodah yang tak kuasa menahan lagi emosinya.
"Maaf, Laras belum ada niatan ke sana. Jangan sedih dong mi"
"Kamu bikin umi sedih. Pulang. Sabtu kan kamu cuma setengah hari, jadi sabtu malam kita akan malam dengan temen umi. Kami sepakat mau menta'arufkan kalian"
Wajah Laras menjadi tegang. "Duh, mi...."
"Gak ada alasan Laras. Pokoknya harus!"
"Ih umi, Laras kan....."
"Sssttt, gak denger adzan kamu? Ayo ke masjid!" Umi Saodah menahan tawa nya karena anaknya tidak bisa melanjutkan pembicaraan lagi.
Engkau memang di pihak hamba ya Allah. Terima kasih. Batin umi Saodah dalam hati.
Laras dan umi nya mengikuti sholat berjamaah seperti biasa. Laras menunggu suara murotal. Tapi hingga umi nya selesai berdzikir dan berdoa dia tak menemukan suara itu lagi.
Yaaahh, gak ada suara nya lagi. Siapa ya yang kemarin murotal? Hmmm, pengen satu yang kayak kemarin ya Allah, hehehe
"Kamu kenapa senyam senyum sendiri? Ketularan pasien-pasien kamu?" tanya umi Saodah sambil melipat mukena nya.
"Ih umi apaan sih, sembarangan kalau bicara. Emang umi mau Laras ketularan mereka?"
"Ya gak lah, makanya pulang! Kalau kamu disini terus ya bakalan ketularan!"
"Hih umi ini. Ayo-ayo balik" Laras kesal dengan omongan ibunya.
.
Bandara
Duta sudah sampai di bandara dan melihat Kinan dan Yuna sedang makan di salah satu foodcourt disana.
"Assalamualaikum semuanya" Duta tersenyum memberikan salam dan menghampiri kedua nya.
"Waalaikum salam om Duta" jawab Kinan dan Yuna bersamaan.
"Apa kabar kak?"
"Kakak baik. Kamu sendiri gimana?"
"Alhamdulillah"
"Kamu sudah dapat pasangan belum sih Dut? Mau kakak kenalin ke adik temen kakak?"
"Ya Allah si kakak, itu lagi bahasnya. Gak mamah gak kakak sama aja. Mamah mau menta'arufkan Duta sama anak temennya. Lihat nanti lah. Cocok apa gak"
"Inget umur dong Duta, bukan waktunya main-main lagi"
Duta diam dan tersenyum. Kinan asyik menyantap makanannya sendiri membuat Duta tersenyum memperhatikan bocah itu. Menggemaskan.
"Om, jangan senyum sendiri. Nanti dikira om gila" ucap Kinan polos. Yuna dan Duta tertawa terbahak-bahak.
"Emang ada orang gila ganteng kayak om?"
"Banyak" jawab Kinan lagi.
"Dimana?"
"Itu di tv, orang gilanya ganteng. Ya kan Bun? Yang kata mbak Siti dia gila gara-gara ditinggal pacarnya itu lho"
"Korban sinetron kamu Kin. Udah selesai makannya? Ayo pulang" Duta menyudahi ocehan Kinan sebelum merembet kemana-mana.
Kinan mengangguk. Setelah mencuci tangan mereka pulang.
Duta sudah sampai di rumahnya. Dia menggendong Kinan yang ketiduran di dalam mobil. Yuna membawa koper dan oleh-oleh untuk mamah nya.
"Assalamualaikum" Duta masuk ke dalam rumah dan meletakkan Kinan di sofa.
"Waalaikum salam, cucu eyang tidur" Ucap mamah Aini sambil mencium pipi Kinan.
"Mah" Yuna menyalami punggung tangan mamah nya dan menghujani wajah mertuanya dengan ciuman.
Duta membawa koper Yuna ke kamar tamu.
"Mamah apa kabar?" Yuna sudah duduk disamping mertua nya.
"Mamah baik, eh Yun, kamu tahu? Sudah beberapa hari ini mamah tuh tidur nyenyak dan gak pakai obat penenang lhoh. Berkat dokter Laras" ucap mamah Aini sambil melirik Duta yang baru saja ikut bergabung.
Yuna yang tahu arah lirikannya tersenyum.
"Alhamdulillah kalau mamah sudah bisa lepas dari obat penenang itu ya mah. Dokter Laras itu yang biasa mamah temui kan?"
Duta masih diam dan sekarang memainkan ponselnya.
"Iya, yang kamu pernah ketemu sekali itu lho. Waktu kamu nganterin mamah"
Duta melirik ke arah 2 perempuan itu. Emang kakak pernah ketemu?
"Iya Yuna masih ingat"
"Besok antarkan mamah ketemu sama dokter Laras lagi ya. Mamah pengen ngobrol"
Duta yang sedari tadi diam sekarang angkat bicara.
"Mamah bukannya kemarin udah ketemu?"
"Ya gak papa dong, kan mamah butuh teman curhat. Emang gak boleh? Oh ya, sabtu sore kita silaturahim ke rumah temen mamah, alias rumah nya dokter Laras"
Duta menghentikan aktifitasnya bermain ponsel. "Secepat itu mah?"
"Iya lah, kenapa? Kebaikan itu gak boleh ditunda-tunda Duta. Ya kan Yun? Dulu Agus ketemu sama Yuna juga sekali langsung cocok maricok"
"Ya jangan disamain dong mah...."
Yuna memberi kode kepada Duta untuk diam dengan meletakkan jari nya di bibir.
Duta tidak jadi melanjutkan pembicaraannya.
.
Siang hari mamah Aini diantar keluarganya berkunjung ke rumah sakit.
"Mah, aku sekalian check up kandungan deh" ucap Yuna saat mendaftarkan mamahnya di bagian pendaftaran
"Kamu hamil lagi?" ucap mamah Aini yang belum mengetahui kabar bahagia itu.
"Iya mah, udah mau masuk 3 bulan. Tadi malam mau ngasih tahu, tapi lupa. Hehehe"
"Ya sudah kalau begitu. Ayo. Ruangan dokter kandungannya di sebelah kanan. Mamah ke arah ujung kiri ya"
"Iya mah. Nanti kalau Yuna udah selesai langsung ke ruangan mamah. Cuma antri 1 orang kok, mamah masih antri 3 orang"
"Oke"
Mereka berpisah menuju poli masing-masing. Duta dan Kinan memilih menunggu di masjid karena sebentar lagi akan dzuhur.
Yuna telah selesai melakukan check up kandungan. Dan sekarang menghampiri mamahnya ke dokter jiwa.
"Dok, pasien setia dokter nih" ucap Nina memberikan status rekam medis pasien.
Bu Aini. Tertulis di map rekam medis itu.
"Cepetin deh. Saya harus pulang nanti umi bisa ngamuk kayak kemarin. Eh Nin, pas umi ngamuk kamu kemana?"
"Hehehe, maaf ya dok, saya udah ngumpet duluan di ruang dokter Ais. Saya ketemu umi di lorong saya takut kena amuk juga makanya saya langsung masuk ruangan dokter Ais"
"Woooo, dasar! Yuk lah. Habiskan"
"Ibu Aini, silahkan masuk"
Bu Aini dan Yuna masuk ke ruangan dokter Laras.
.
.
.
Like
Vote
Komen
Tip (seikhlasnya aja, yang 3 diatas wajib ya gaesss heheheh)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 173 Episodes
Comments
Mbah Edhok
pada musimnya diteror nikah ...
2022-04-29
1
Ibunya'Nur5
daku mengulang kembali....🙆🏻♀️🙆🏻♀️🙆🏻♀️
kangen sama dokter dan pak Bupati....😁😁😁😁
2022-03-21
0
wiwied dian
🤣🤣🤣
2022-02-23
0