Keisha duduk di depan cermin, jubah mandi berwarna merah muda itu masih menutupi tubuh nya. Rambut Keisha masih terurai basah, mata lebam nya sudah hilang, berkat tadi pagi Bi Siti dengan telaten nya mengompres dengan air hangat.
Keisha membuang nafas nya dengan kasar. Dirinya terlalu egois, padahal hati nya sudah terketuk dengan ucapan Aditya semalam.
Tok tok tok
Suara ketukan pintu sejenak membuyarkan lamunan Keisha, dan wajah Ibunda tercinta nya langsung hilang di mata kosong nya.
"Masuk," Ucap Keisha sambil meratakan sunscreen di wajah nya.
"Non Keisha, kata tuan Aditya suruh cepat bersiap-siap. 10 menit lagi berangkat"
Keisha mengangguk saja.
"Bibi ambilkan baju yang mana Non? atau sepatu nya yang mana?" Bi Siti menawarkan bantuan, seperti biasanya.
"Ambilkan sepatu ku saja bi, yang warna cream" Titah Keisha
Bi siti segera menuju ke rak sepatu Keisha dekat pintu "Yang ini ya, Non?" bi Siti menjinjing sepasang sepatu Flatshoes.
"Iya bi," Keisha melirik bi Siti lewat pantulan cermin, sambil mengangguk.
"Non, bibi udah bikinin kentang goreng kesukaan Non Keisha. Bibi ambilin atau di masukan ke tupperware biar bisa dimakan di jalan?"
"Tidak bi, Keisha lagi gak pengen" Nada bicara Keisha tidak seperti biasanya, jelas kalau Keisha saat ini sedang moddy.
"Taruh bawah saja bi" Titah Keisha "Bilang sama papa, aku masih ganti baju ya"
Bi Siti pun mengangguk, lalu keluar dari kamar Keisha. Dia tak berani banyak bicara, tentu bi Siti tau dengan masalah Keisha.
Suara sepatu Keisha menggema, memecah keheningan di dalam rumah besar yang saat ini dalam suasana tegang.
Kemarin setelah pulang dari kantor, Aditya dan Keisha bertengkar. Mereka saling mendebat sehingga bukan hanya Ana yang takut, seluruh pekerja di rumah Aditya tak berani berbicara seperti biasanya. Mereka semua diam, hanya bicara jika di tanya atau di perintah.
Aditya memandang putri kesayangan nya yang sedang berjalan, menuruni tangga. Mata Aditya tak berkedip, lebih tepat nya ia sedang terpesona.
"Cantik sekali" puji Aditya setelah Keisha berdiri di hadapan nya.
Aditya mengusap kepala Keisha, yang sudah di tutupi pasmina berwarna coklat muda.
"Cantik seperti mama kan, pa?" Keisha menatap Aditya, matanya berkaca-kaca.
"Iya sayang, kamu cantik sekali. Bahkan lebih cantik dari mama"
Aditya mengatakan nya jujur, dan itu membuat Ana kesal.
"Yuk, berangkat"
Ana benar-benar merusak suasana. Aditya pun mengusap ujung kelopak mata nya, setetes air mata jatuh dari sana. Dia teringat kembali dengan Almarhum istri nya, begitu juga Keisha.
"Yuk, berangkat" Aditya menggenggam tangan Keisha, lalu mereka berjalan bersama, keluar rumah menuju mobil.
Melihat majikan nya keluar. Joko, supir pribadi Aditya langsung membuka kan pintu mobil bagian depan dan bagian tengah.
"An, kamu duduk di depan saja ya. Aku pengen duduk di tengah sama Keisha"
Keisha merasa puas dengan ucapan Aditya. Senyuman berhasil terukir di bibir Keisha. Ana sendiri tidak bisa membantah nya. Mungkin saat ini ia harus sabar dulu, batin nya.
Mobil mewah Alphard berwarna putih itu melaju dengan kecepatan sedang. Didalam mobil, sesekali joko melirik ke spion kotak di atas kepalanya. Ia melihat bahwa Aditya terus memegang erat tangan keisha.
"Keisha sayang, pesantren yang akan kita datangi ini tempat nya modern. Di sana bahkan ada anak-anak kecil juga. Tempat nya luas sekali, bersih dan indah. Papa yakin kamu akan betah"
Keisha menatap Aditya, lalu tersenyum kaku.
"Sayang, ini semua demi kebaikan mu. Papa tak bermaksud apapun"
"Mas," Potong Ana, Aditya pun mengurung kan niat nya untuk merayu Keisha lagi.
"Aku yakin sekali, Keisha akan suka sama tempat nya. Aku saja suka kok, tempat nya sangat asri sekali.."
"Yasudah!" Suara Keisha meninggi, sehingga Joko ikut terjingkat, kaget. "Kamu saja yang tinggal di sana"
"Ana," Aditya mengedipkan mata nya, mengisyaratkan bahwa untuk saat ini dia jangan ikut merayu Keisha.
"Sudah sayang," Aditya mengelus punggung tangan Keisha, menenangkan nya agar tidak terus marah kepada Ana.
Setelah hampir menempuh perjalanan 4 jam, dari Jogja ke Kudus. Mobil mewah milik Aditya memasuki sebuah gerbang besar yang di atas nya ada sebuah tulisan Pondok Pesantren At-Taubah.
Keisha memandang Aditya sejenak, lalu ia kembali melihat keluar jendela mobil, setelah Aditya tersenyum kepada nya.
Keisha terus memperhatikan, banyak sekali laki-laki memakai sarung yang berjalan sambil memeluk sebuah buku. Mobil terus berjalan, seseorang mengarahkan nya agar terus masuk ke dalam.
"Itu di sana kampus nya sayang, besar kan?" Aditya menunjuk ke arah kanan, Keisha pun mengikuti nya.
"Hemm" Hanya itu jawaban Keisha.
Setelah mobil berhenti, semua orang turun. Ternyata di luar tiga orang bapak-bapak berdiri menyambut nya, lalu ada dua gadis yang juga langsung mempersilahkan Ana dan Keisha untuk masuk lewat pintu sebelah kanan.
Di luar dugaan, Keisha malah tak menghiraukan arahan dia wanita tersebut. Ia malah memutar balik, ketika tau Aditya tak ikut dengan nya.
"Kei, kamu masuk sebelah sana"
"Gak mau pa, aku mau nya sama papa"
Aditya mencoba bersabar, sungguh sejak tadi pagi Keisha benar-benar menguji kesabaran nya.
"Papa gak akan ninggalin kamu, sayang. Tamu perempuan sama laki-laki di pisah. Kamu sama mama Ana dulu ya, papa mohon nurut ya, nak"
Keisha langsung cemberut, terpaksa ia harus kembali menghampiri Ana.
"Maaf Pak Kyai, dari kemarin memang agar rewel"
"Hehe.. iya, itu sudah biasa pak"
Setelah berada di dalam sebuah rumah, Keisha dan Ana di sambut oleh seorang ibu-ibu berumur 50 tahunan, namun masih terlihat muda itu dengan senyuman yang sangat manis sekali.
"Kei, salam nak" Titah Ana
Untuk pertama kali nya, Keisha menuruti perintah Ana.
"Ayo, silahkan duduk dulu"
Dan untuk pertama kali nya juga, Keisha dan Ana duduk berdampingan. Keisha sungguh tak menyukai nya, walau hanya duduk saja. Ini benar-benar sangat tidak nyaman bagi Keisha.
"Silahkan teh nya" Seorang wanita sangat cantik sedang menawarkan Teh yang baru saja dia letakan di atas meja.
"Iya Terima kasih, Ning Adiba"
Suara lembut Ana, membuat Keisha sangat jijik sekali. Keisha sudah terlanjur memandang Ana sebagai wanita tak baik. Jadi, apapun yang di lakukan Ana tetap terlihat buruk di mata Keisha.
"Ini Keisha ya?"
"Kei"
Ana menyenggol Keisha yang dari tadi hanya diam saja, bahkan Keisha tak menghiraukan saat ia di tanya. Keisha pun memandang Ana dengan tatapan tajam, namun Ana yang sudah terbiasa dengan itu, tetap tenang dan berusaha untuk tidak terpancing emosi nya.
"Kei, ini Bu Nyai Safitri."
Keisha pun lalu mengalihkan pandangan nya. Ia tersenyum dan mengangguk, seraya menyapa ibu Nyai pondok pesantren At-Taubah ini.
"Keisha, bu Nyai" Keisha merasa kaku mengucapkan kalimat terakhir nya.
Safitri pun tersenyum, lalu memuji Keisha "Kamu cantik sekali"
Ana dan Safitri lalu mengobrol ringan, Keisha pun tak tertarik dengan obrolan mereka yang terdengar sangat membosankan. Baru saja 5 menit Keisha duduk di sana, namun ia merasakan sudah berjam-jam, sangat bosan sekali.
"Umi, Keisha mau di ajak keliling pesantren sama abi dan juga pak Aditya"
"ohh iya" jawab Safitri "Nak Keisha, silahkan ikuti Anak saya, Gus Rozi"
Keisha pun dengan malas berdiri, lalu berjalan mengekor di belakang Rozi.
Setelah di luar, Keisha bergandengan dengan Aditya. Mereka di ajak keliling. Tempat pertama yaitu Asrama putri. Tetapi sayang, Aditya tau sekali bahwa dari tatapan Keisha, dia tidak mau tinggal di sana. Ruangan berukuran 4x4 meter tersebut terlalu kecil bagi Keisha. Bahkan ukuran nya sama seperti kamar mandi di rumah nya, Apalagi di sana di huni oleh 6 orang. Keisha sudah memutuskan, dia tak akan mau tinggal di sana.
Setelah itu, Keisha di bawa ke sebuah bangunan berlantai dua. Itu adalah ruang kelas khusus mengaji Keisha sudah tak tertarik dengan Aktifitas yang sedang berlangsung di sana. Saat ini, dia ingin segera pulang, dan mengatakan kepada papa nya, bahwa dia tidak mau tinggal di sana.
Kini, mereka berdiri di depan sebuah bangunan berlantai tiga. Keisha tau, itu adalah gedung yang Aditya tawarkan kepada Keisha untuk menimba ilmu di sana.
"Ini dulu yang menggambar Papa nak" Aditya memperlihatkan sebuah hasil coretan pensil nya "Papa tak tau, jika waktu itu mama meminta papa menggambarkan sebuah design gedung universitas dengan 30 ruang kelas. Ternyata mama memberikan nya design itu ke sini. Awalnya papa kaget saat melihat nya, tetapi Pak Kyai Maksum lalu menjelaskan, bahwa ini memang design papa"
Aditya bercerita, walau pun tujuan nya hanya ingin membuat Keisha benar-benar mau masuk pesantren. Tetapi pernyataan itu memang benar adanya.
Hati Keisha mulai bingung, ketika ia mendengar mama nya di sebut dan di sangkut pautkan dengan filosofi gedung yang berdiri kokoh di depan nya itu.
Sepertinya, Ia harus benar-benar mempertimbangkan lagi keputusan nya yang tadi sudah ia buat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
Ana Tri mubarokah
next
2021-08-20
0
bunda syifa
kenapa gc sama sahabat" sekalian thor masukin pesantren nya
2021-07-07
0
🐈Buaya Rawa Betina 🐊
b
2021-06-04
0