Bab 5. Keajaiban Cinta

...Assalaamu 'alaikum Kanca...

...Selamat Membaca...

...Borahae...

...💜💜💜...

Seorang laki-laki sedang menatap dirinya di pantulam cermin berukuran setinggi tubuhnya, wajahnya nampak tak bergairah padahal hari ini ia sedang terlihat tampan dengan setelan baju pengantin yang membaluti tubuhnya.

"Ya Allah, ternyata Azura sama sekali nggak menanggapi kejujuran tentang perasaanku, dan pernikahan ini akan tetap berlangsung, apakah ini memang yang terbaik untuk kami ya Allah?, aku serahkan semuanya padamu, aku ikhlas," ucap Fayyad di dalam hatinya yang terguncang.

Tok... tok... tok...

Suara ketokan pintu menyadarkan Fayyad yang terperangkap di dalam kegelisahan hatinya. Ia menoleh ke arah pintu kamarnya yang terbuka lebar namun ada seseorang yang mengetoknya sekaligus sedang berdiri di ambang pintu kamarnya.

"Bibik," pekiknya lirih.

Sang Bibik mengulaskan senyumannya, lalu ia melangkah menghampiri sang majikan muda yang beberapa jam lagi akan melangkah menuju gerbang pelaminan.

"Maaf, apakah mas Fayyad sudah siap?," tanya Bibik sopan.

Fayyad mengangguk lirih, ia tak bisa membalas senyuman sang Bibik, "In syaa Allah aku siap Bik, jika memang ini yang terbaik, aku akan menerimanya, dan aku akan mencoba untuk menghilangkan perasaanku pada Tasya."

Senyuman Bibik memudar, ia menyentuh lembut pundak Fayyad dengan penuh kasih sayang, "Mas Fayyad yang sabar ya, Allah tahu yang terbaik untuk mas Fayyad, dan jodoh mas Fayyad adalah mbak Azura, jadi mas Fayyad harus bisa melupakan mbak Tasya," tutur Bibik memberikan semangat kepada Fayyad.

Fayyad hanya dapat mengangguk, lidahnya keluh untuk mengucapkan kata-kata, ini memang bukan perkara yang mudah, ini perkara hati yang tak bisa dipaksakan, tetapi Fayyad harus memaksakannya karena ini semua demi kebaikannya dan kebaikan semua orang.

...💜💜💜...

Di rumah calon mempelai pengantin perempuannya sudah dihadiri beberapa tamu undangan. Sang calon pengantin perempuan sedang berada di kamarnya. Sang adik, Tasya mengetok pintu kamarnya karena hari ini ia yang akan merias wajah sang kakak, Azura.

"Kak Azura," panggil Tasya sembari terus mengetok pintu kamar Azura.

Hanya dalam hitungan detik pintu pun terbuka, dan Nafisah menampakkan dirinya, ia sedang menggunakan mukenah, Tasya sempat heran melihatnya.

"Lho kok kak Azura masih pakai mukenah?"

"Iya aku baru saja selesai sholat dhuha, ya sudah ayo masuk Mbak periasku," ujar Azura dengan langsung menarik lengan Tasya masuk ke dalam kamarnya, sepertinya Azura sudah tidak sabar untuk segera dirias.

Beberapa menit kemudian mobil sang pengantin laki-laki sudah sampai, Fayyad yang didampingi oleh sang Bibik turun dari mobilnya. Alghifary pun menyambut calon menantunya itu dengan suka cita lalu menuntunnya untuk menuju tempat acara akad nikahnya yaitu tepatnya di ruang tamu yang sudah dirias menjadi tempat akad nikahnya.

Penghulu juga baru saja tiba lalu langsung menempati tempat duduknya, tentunya juga disambut suka cita oleh Alghifary, sang punya acara pada hari ini.

"Mohon maaf Pak penghulu saya dan istri saya mau jemput putri kami dulu di kamarnya," ujar Alghi meminta izin kepada sang Penghulu yang mempersilakan dirinya.

Alghi dan Naima pun bergegas menuju kamar sang putri secara bersama-sama untuk menjemputnya, karena sang calon suami berserta sang penghulu sudah dating dan acara akad nikahnya akan segera dilangsungkan.

Tok... tok... tok...

Naima mengetok pintu kamar sang putri sulung yang hari ini akan melangsungkan pernikahan di kediaman mereka. Selang beberapa detik kemudian pintunya pun terbuka lebar menampilkan dua sosok perempuan muslimah yang satunya mengenakan gaun pengantin, sangat cantik.

"Tasya," pekik Naima dengan kedua bola matanya terbelalak menatap sang calon pengantin perempuan yang terlihat cantik dengan gaun pengantinnya.

"Lho kok Tasya?," tanya Alghi terkejut.

Alghi dan Naima terkejut bukan main lagi ketika melihat putri bungsu mereka. Tasya sedang mengenakan gaun pengantin yang semestinya dipakai oleh putri sulung mereka, Azura, karena hari ini yang akan menikah adalah Azura bukan Tasya.

Tasya hanya terdiam, ia tak mampu berkata-kata, ia hanya dapat menoleh ke arah wajah sang kakak yang memancarkan rona kebahagiaan, tanpa ada garis kesedihan sedikitpun.

"Kakak ini ada apa?, kenapa Adik yang mengenakan gaun pengantinnya, kan yang akan menikah-"

"Tasya, Tasya yang akan menikah Umi," kata Azura yang main memotong pembicaraan sang Umi.

"Apa maksud kamu Azura?, jangan main-main, hari ini kamu yang akan menikah dengan Fayyad, bukan Tasya," ujar Alghi ikut angkat bicara.

Azura menanggapinya dengan senyuman yang tenang, "Umi, Abi, yang akan menikah dengan mas Fayyad adalah Tasya, bukan aku," jawabnya lembut.

Baik Alghi maupun Naima masih sama-sama dibuat heran dan kebingungan, mereka masih tidak mengerti akan semuanya ini.

"Abi, Umi, Tasya dan mas Fayyad harus menikah karena mereka saling mencintai."

"Apa?!" Alghi dan Naima sama-sama terkejut.

"Iya Abi, Umi, Mas Fayyad itu mencintai Tasya, bukan mencintai aku, dan Tasya juga mencintai mas Fayyad, maka dari itu mas Fayyad dan Tasya berhak untuk menikah, mas Fayyad dan Tasya berhak bersatu."

"Adik, apa benar yang dikatakan sama Kakak, kalau kamu mencintai Fayyad?" tanya Naima kepada sang putri bungsu dengan wajah yang sangat serius.

Perlahan Tasya menganggukkan kepalanya, itu menandakan bahwa ia memang mencintai Fayyad, laki-laki yang seharusnya hari ini menikah dengan kakaknya sendiri.

"Lalu dari mana kamu tahu Azura, kalau Fayyad itu mencintai Tasya bukan mencintai kamu?, padahal jelas-jelas dia setuju untuk dijodohkan sama kamu," tanya Alghi kepada Azura.

"Abi, waktu itu mas Fayyad berterus terang sama aku, dia bilang kalau dia mencintai Tasya, dan waktu itu dia mengira akan dijodohkan dengan Tasya makanya dia menyetujui perjodohan itu."

Alghi terdiam, kini ia sudah mengerti dengan semuanya, namun ia tidak bisa berkata apa-apa karena di sisi lain ia memikirkan perasaan putru sulungnya yang tidak tahu bagaimana kondisi hatinya saat ini setelah mengetahui kenyataan pahit ini.

"Lalu bagaimana dengan kamu, Kakak?, apa Kakak tidak mencintai nak Fayyad?," tanya Naima yang juga memikirkan perasaan hati sang putri sulung.

Azura melukiskan senyuman yang tenang, raut wajahnya sama sekali tidak terlihat ada semburan kesedihan, justru sebaliknya, atau kali ini Azura yang menggunakan topeng kebahagiaanya?, setelah kemarin-kemarin Tasya menyembunyikan kesedihannya dengan rapi di balik topeng kebahagiaannya. Entahlah hanya Azura yang mengetahuinya.

"Umi, aku nggak ada perasaan apa-apa sama mas Fayyad, makanya itu aku ridho menyerahkan mas Fayyad pada Tasya, karena mereka saling mencintai dan mereka berhak untuk bersatu."

Tasya tak kuasa menahan air matanya, kata-kata manis yang keluar dari mulut sang kakak berhasil membuatnya terharu dan langsung berhambur ke pelukan Azura.

"Kak Azura, jazakillah khoiron, terima kasih karena Kakak mau berkorban untuk aku, aku sayang kak Azura," ucap Tasya dengan sesegukan.

Tak terasa air mata Azura ikut mengalir, namun ia iringi dengan senyuman kebahagiaannya, "Iya Tasya, wa jazakillah khoiron, aku juga sayang sama kamu Tasya."

Alghi dan Naima ikut berpelukan juga ketika melihat putri sulung dan bungsu mereka sedang berpelukan dengan penuh kasih dan sayang. Air mata juga tidak absen di wajah mereka, air mata haru dan bahagia.

Selang beberapa menit kemudian Alghi kembali menuju tempat akad nikahnya disusul oleh Tasya, Azura dan Naima yang ikut duduk di tempat yang telah disediakan, yaitu tempat untuk para tamu undangan perempuan yang terpisah dengan tempat akad nikah sekaligus tempat undangan laki-laki, yang mana ada tabir pemisahnya.

"Nak Fayyad, Om ingin bertanya, apakah nak Fayyad mencintai Tasya, putri bungsu Om?, tolong jawab yang jujur," ujar Alghi kepada Fayyad dengan wajah yang sangat serius.

Fayyad terkejut, ia terperanjat di tempat, ia tak menyangka calon Abi mertuanya itu mengetahui perasaannya kepada Tasya, dari siapakah ia mengetahuinya?.

"Maaf, Om tahu dari siapa?," tanya Fayyad gugup.

"Dari Azura, dia sudah menceritakan semuanya, dan dia ridho jika kamu menikah dengan Tasya, karena Azura juga sebenarnya nggak mempunyai perasaan apa-apa sama kamu, nak Fayyad."

Fayyad dibuat terkejut untuk yang kedua kalinya. Kali ini ia terkejut dengan diiringi rona kebahagiaan yang mulai berseri-seri di wajahnya.

"Iya Om, saya mencintai Tasya, saya ingin menikah dengannya," jawab Fayyad dengan bersungguh-sungguh.

Alghi pun mensyukurinya, "Alhamdulillah, kalau begitu mari kita mulai ijab kabulnya Pak penghulu," ujar Alghi kepada penghulu.

"Iya mari pak Alghifary, silakan berjabat tangan," kata Penghulu sembari menyuruh Alghi dan Fayyad untuk berjabat tangan.

Dan dalam suasana yang khidmat Fayyad mengucapkan ijab kabulnya dengan lancar, yang menandakan bahwa dirinya dan Tasya telah sah menikah, telah sah menjadi suami dan istri baik di mata hukum dan negara, meskipun surat-suratnya belum diurus karena menikahnya dadakan namun nanti akan langsung diurus oleh pihak yang bersangkutan.

"Alhamdulillah Tasya, sekarang kamu sudah resmi menjadi istrinya mas Fayyad, selamat ya Adikku sayang, semoga kalian bahagia dunia akhirat."

Tasya langsung memeluk sang Kakak, orang pertama yang mengucapkan selamat kepadanya setelah ia resmi menjadi istri dari Fayyad.

"Aamiin, jazakillah khoiron kak Azura, Tasya banyak-banyak terima kasih sama kak Azura, dan Tasya nggak akan melupakan kebaikan kak Azura."

Azura menganggukkan kepalanya seraya mengusap bulir air mata yang baru saja tumpah di wajah sang adik tersayang. Kini Tasya beralih menatap sang Umi lalu mencium tangannya dan berhambur memeluknya.

"Umi, Tasya sayang Umi, Umi adalah segalanya untuk Tasya, Tasya nggak akan pernah melupakan jasa Umi selama ini, Umi adalah malaikat di hidup Tasya."

Naima mengusap lembut air mata bahagianya, ia kecup kepala sang putri dengan penuh kasih sayang, "Iya Nak, Umi juga sama kamu, kamu adalah kebahagiaan Umi, semoga kamu selalu bahagia, dan menjadi istri yang sholihah, dan sekarang surgamu bukan berada di Umi lagi, tapi sekarang sudah berpindah pada ridho suamimu, jadilah istri yang sholihah ya Nak," ucap Naima sembari menyelipkan sebuah nasihat yang maat berharga untuk Tasya.

"Aamiin Umi, in syaa Allah Tasya akan selalu mengingat nasihat Umi, in syaa Allah Tasya akan menjadi istri yang sholihah seperti Umi."

"Aamiin," Naima mengaminkannya.

Sementara Fayyad baru saja mencium tangan Alghi yang kini sudah resmi menjadi Abi mertuanya yang harus ia hormati dan segani.

"Abi titip Tasya ya, kalau dia berbuat salah tolong maafkan dan bimbing dia, sekarang kamu adalah suaminya, tanggung jawab Tasya sudah berada di pundak kamu, bukan di pundak Abi lagi," Alghi menepuk lembut pundak sang menantu yang mana di pundak itu ada tanggung jawabnya kepada Tasya.

Kini Fayyad dan Tasya saling melangkah menghampiri satu sama lain, tatapan mata keduanya berbinar-binar, rona wajah keduanya juga berseri-seri, ini adalah hari paling bahagia untuk mereka berdua, karena Allah telah menganugerahkan keajaiban pada cinta mereka berdua. Fayyad dan Tasya sama sekali tidak pernah menyangka akan disatukan menjadi sepasang kekasih halal, padahal keduanya sama-sama tidak saling mengetahui bahwa mereka saling mencintai satu sama lain.

"Assalaamu 'alaikum istriku," sapa Fayyad memberikan salam kepada Tasya, perempuan yang dicintainya dan kini telah resmi menjadi istrinya.

Dengan malu-malu Tasya pun menjawab salamnya, "Wa 'alaikumus salaam suamiku."

Fayyad tidak dapat menahan rasa bahagianya, bahkan air mata sempat menetes di pipinya, ini masih seperti mimpi baginya.

"Jadi ternyata istriku ini telah mencintaiku diam-diam?," tanya Fayyad tak mempercayainya.

"Dan ternyata, cintaku juga terbalaskan?," ucap Tasya ikut bertanya dengan penuh ketidakpercayaan.

Keduanya pun saling mengucapkan rasa syukur karena Allah telah menyatukan cinta mereka dalam ikatan yang suci.

Fayyad mengulurkan tangannya. Seakan mengerti maksudnya Tasya pun meraihnya lalu mencium punggung tangan suaminya dengan khidmat, dan tangan kiri Fayyad diletakkan di atas ubun-ubun kepala sang istri.

Pemandangan yang indah itu tidak lepas dari pandangan mata Azura yang sejak tadi meneteskan air mata. Orang-orang di sekitarnya mengira bahwa itu adalah air mata kebahagiaan, namun nyatanya itu adalah air mata kesedihan.

"Aku mencintamu mas Fayyad, tapi kamu bukan jodohku, melainkan kamu adalah jodoh Adikku, semoga kalian bahagia, dan biarkan hatiku yang terluka," ucapnya dalam hati dengan senyuman terus menghiasi wajahnya, berusaha keras mengobati luka di hatinya dengan senyuman yang palsu.

💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜

...~Teruntuk Kanca yang sedang membaca, jadilah pembaca yang aktif ya, aktif beri like dan beri komentar, Percayalah jempol like Kanca adalah suntikan semangat bagi Ukhfira dan komentar Kanca adalah surat cinta sekaligus moodbooster untuk Ukhfira bisa terus menulis cerita ini sampai TAMAT~...

Terpopuler

Comments

Zul

Zul

kasihn azura

2021-07-03

0

hanya_pembaca_novel

hanya_pembaca_novel

semoga azura mendapatkan jodoh yang terbaik ya

2021-06-25

1

Darna Dahlia

Darna Dahlia

ketemukn jodohnya azura Thor

2021-05-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!