Bab 2. Dugaan Yang Salah

...Assalaamu 'alaikum Kanca...

...Selamat Membaca...

...Borahae...

...💜💜💜...

"Assalaamu 'alaikum warohmatullah wabarokaatuh."

Sholat Azura telah mencapai salam, usai melaksanakan sholat maghrib Azura tidak langsung beranjak, justru ia menengadahkan kedua tangannya, berdoa kepada sang Khalik.

"Ya Allah ya Robbi, alhamdulillahirobbil aalaamiin, hamba bersyukur atas segala nikmat yang Engkau berikan kepada hamba, ya Allah hamba mencintai mas Fayyad karena kesholihannya, karena cintanya kepadaMu yang begitu besar, jika memang kami berjodoh permudahkan kami untuk bersatu, permudahkan acara pernikahan kami, dan ridhoi langkah kami untuk mengikuti sunnah RasulMu, serta membangun keluarga yang sakinah mawaddah warohmah, aamiin Allahumma aamiin," Azura mengusap lembut wajahnya dengan kedua tangannya, aura kebahagiaan mulai terpancar di wajahnya.

"Kak Azura."

Azura menoleh ke arah sumber suara itu, sorot matanya terhenti pada seorang perempuan yang sedang berdiri di ambang pintu kamarnya dengan senyuman yang menghiasi wajahnya.

"Tasya," panggil Azura ketika adiknya sudah berhambur di pelukannya.

"Kak Azura."

Azura tersentak, ia terkejut mendengar suara tangisan sang adik yang kian menyaring.

"Tasya, kamu kenapa menangis?, kamu baik-baik saja kan?," Azura langsung panik dan melepas pelukan Tasya untuk memastikan keadaan sang adik tersayang.

Tasya menggeleng, ia menyeka air matanya, lalu mencoba untuk tersenyum meskipun air matanya terus berderai tak mau berhenti.

"Aku menangis bukan karena sedih, tapi aku terharu dan bahagia, akhirnya kak Azura menemukan jodoh kak Azura yang sesungguhnya, aku bahagia banget kak Azura." Tasya kembali berhambur ke pelukan sang Kakak yang sebentar lagi akan bersatu dengan jodoh yang sesungguhnya, setelah kemarin gagal menikah karena tidak berjodoh.

"Maa syaa Allah Tasya, Kakak terharu dengarnya, Kakak sayang sama kamu, Kakak bersyukur punya Adik sebaik kamu, Kakak juga bahagia kalau kamu bahagia," Azura ikut berderai air mata, ia terharu dengan ketulusan kasih sayang yang Tasya berikan padanya.

...💜💜💜...

Fayyad memasuki rumahnya dengan raut wajah yang sulit untuk diartikan, ia menduduki dirinya di atas sofa, kedua alisnya yang tersambung menandakan bahwa ia sedang terpikirkan akan sesuatu hal.

"Kenapa bisa Azura ya?," tanya Fayyad kepada dirinya sendiri, seolah ini di luar dugaannya.

"Aku, aku cintanya sama Tasya, bukan sama Azura," ungkapnya terang-terangan.

"Ya Allah ternyata aku salah menduga, aku pikir Om Alghi menyuruh aku untuk menikahi Tasya, bukan Azura."

Fayyad beranjak dari tempat duduknya, ia memegangi pelipisnya yang dirasa amat pening. Fayyad tidak bisa membohongi perasaannya kepada Tasya, tetapi ia sudah terlanjur melamar Azura, bahkan acara pernikahan mereka sudah dibicarakan dan Fayyad sendiri juga sudah menyerahkan semuanya kepada kedua orang tua Azura, yaitu kepada Alghi dan Naima.

Jujur saja, Fayyad tadi merasa seperti mulutnya berbicara sendiri untuk melamar Azura, ini di luar batas kontrolnya, Fayyad juga tidak mengerti mengapa tadi ia menerima permintaan Alghi untuk melamar Azura, padahal jelas-jelasnya hatinya sudah terpaut pada Tasya.

"Ya Allah aku harus bagaimana ini, aku nggak mencintai Azura, bagaimana bisa aku akan menikah dengan dia, perempuan yang nggak aku cintai."

Fayyad tidak boleh berdiam diri saja, ia harus mengambil tindakan, namun otaknya belum bisa menemukan solusi untuk jalan keluarnya.

"Mas Fayyad sudah pulang," sapa seorang perempuan paruh baya yang tiba-tiba saja datang mengejutkan Fayyad.

"Astaghfirullahal adzim Bibik," pekik Fayyad sambil mengelus dadanya, karena degupan jantungnya sempat berdegup kencang.

"Bibik minta maaf mas Fayyad, Bibik tidak bermaksud untuk mengejutkan mas Fayyad," Bibik langsung meminta maaf karena sudah mengejutkan sang majikan.

Fayyad menggeleng pelan, ia tidak mempersoalkan hal itu, ia lebih memilih kembali duduk di atas sofa.

"Bibik tolong ambilkan saya segelas air ya, saya haus," titah Fayyad kepada asisten rumah tangganya yang sudah bertahun-tahun bekerja dengannya, sekaligus sudah menemani kesendiriannya di rumah ini karena kedua orang tuanya sudah lama kembali ke pangkuan Ilahi.

"Baik Mas Fayyad, Bibik ambilkan dulu ya"

Selang beberapa detik kemudian Bibik kembali datang dengan membawa segelas air untuk disuguhkan kepada sang majikan.

"Ini air minumnya mas Fayyad."

"Terima kasih Bik."

Tanpa berlama-lama lagi Fayyad langsung meneguk habis segelas airnya, lalu ia meletakkan gelas kosongnya di atas meja, dan otaknya kembali bekerja, memikirkan kisah cintanya yang rumit dan sulit untuk mencari jalan keluarnya.

Raut wajah Fayyad yang sedang dirundung kegelisahan tak sengaja tertangkap oleh kedua mata sayu sang Bibik, awalnya Bibik ragu untuk menanyakan keadaan majikannya itu, namun ia tidak tega ketika melihat Fayyad yang sudah ia anggap sebagai anaknya sendiri sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja.

"Mohon maaf mas Fayyad, bukannya Bibik lancang, tapi apakah Bibik boleh bertanya sesuatu kepada Mas Fayyad," tanya Bibik yang akhirnya memberanikan diri untuk bertanya sesuatu kepada Fayyad.

Pusat perhatian Fayyad langsung tertuju ke arah sang Bibik. Ia mencoba untuk melupakan masalah cintanya sejenak, ia menghargai kehadiran sang Bibik yang sudah ia anggap sebagai bagian dari anggota keluarganya, lebih tepatnya ia sudah menganggapnya sebagai ibunya.

Fayyad tersenyum simpul, ia sama sekali tidak keberatan jika Bibiknya ingin bertanya sesuatu kepadanya.

"Boleh dong, memangnya Bibik mau bertanya apa?," Fayyad malah penasaran dibuatnya, kira-kira Bibiknya ini akan bertanya apa kepadanya, tidak seperti biasanya.

"Mas Fayyad sedang ada masalah ya?, soalnya Bibik perhatikan mas Fayyad seperti sedang memikirkan sesuatu, kalau mas Fayyad bersedia, mas Fayyad bisa cerita sama Bibik, siapa tahu Bibik bisa bantu Mas Fayyad."

Fayyad kembali tersenyum, ia tidak menyangka perasaan Bibiknya begitu peka, tanpa Fayyad beritahu Bibik sudah dapat membaca isi pikirannya.

Perlahan Fayyad menganggukkan kepalanya, ia mengakui bahwa dirinya sedang memikirkan sebuah masalah, lebih tepatnya masalah percintaannya.

"Iya Bik, aku sedang ada masalah."

"Masalah apa mas Fayyad?, kalau mas Fayyad nggak keberatan mas Fayyad bisa cerita sama Bibik, Bibik siap mendengarkannya," ucap Bibik dengan cemas setelah mengetahui bahwa Fayyad sedang mempunyai masalah.

Fayyad menghela napas pelan sebelum ia menceritakan masalah yang sedang menimpanya, "Jadi begini Bik, tadi aku memenuhi undangan dari om Alghi, beliau menawarkan aku untuk menikahi salah satu putrinya, dan aku menerimanya, karena aku mencintai salah satu putrinya, tapi..."

"Tapi kenapa mas Fayyad?" Bibik sudah penasaran ingin mengetahui kelanjutan ceritanya.

"Tapi ternyata aku akan menikah dengan putrinya yang nggak aku cintai, awalnya aku mau menolaknya tapi aku sudah terlanjur menerimanya Bik, aku jadi nggak enak sama om Alghi, akhirnya aku tetap melamar putrinya yang bernama Azura, padahal aku mencintainya putrinya yang bernama Tasya."

Fayyad mengusap wajahnya gusar, "Aku sudah salah dugaan Bik, dan aku nggak tahu aku harus bagaimana, kalau aku membatalkan rencana pernikahan ini, om Alghi pasti sangat kecewa sama aku, tapi kalau aku meneruskan rencana pernikahan ini, aku sudah menyakiti diriku sendiri karena menikah dengan perempuan yang nggak aku cintai, dan aku juga menyakiti hati perempuan itu dengan menikahinya tanpa rasa cinta, sekarang aku jadi bingung Bik."

"Astaghfirullahal adzim, Mas Fayyad yang sabar ya, Bibik yakin mas Fayyad bisa menghadapi ini semua, Allah tidak akan menguji mas Fayyad diluar kemampuan mas Fayyad."

Fayyad menganggukkan kepalanya, ia mempercayai nasihat sang Bibik bahwa Allah tidak akan menguji hambaNya diluar batas kemampuan hambaNya, dan itu sudah tertera dalam kitab suci al-Qur'an.

"Terus aku harus bagaimana Bik?, apa Bibik punya solusinya?," tanya Fayyad meminta pertolongan sang Bibik untuk menghadapi masalah yang sedang menimpanya.

Bibik terdiam, ia sedang mencarikan solusi untuk memecahkan masalah yang sedang menimpa majikannya.

"Mas Fayyad kalau menurut Bibik, sebaiknya mas Fayyad ceritakan masalah mas Fayyad ini kepada Allah, karena hanya Allah yang dapat membantu mas Fayyad dalam menghadapi masalah ini."

Benar apa yang dikatakan Bibik, hanya Allah yang dapat membantu Fayyad dalam menghadapi masalahnya, saat ini Fayyad memang membutuhkan Allah, dan ia percaya bahwa hanya Allah yang akan memberikan solusi atas masalahnya.

"Bibik benar, hanya Allah yang dapat membantu aku untuk menyelesaikan masalah ini, ya sudah kalau begitu aku istirahat dulu ya Bik, nanti tengah malam aku akan sholat tahajjud dan aku akan menceritakan masalahku ini sama Allah."

Bibik mengangguk setuju, ia pun mempersilakan Fayyad untuk menuju ke kamarnya, dan tanpa berlama-lama lagi Fayyad langsung ke kamarnya untuk mengistirahatkan tubuh, pikiran dan hatinya yang sedang terbelenggu dengan masalah.

...💜💜💜...

Di kesunyian malam, tepatnya jam menunjukkan pukul 03.04 dini hari Fayyad terbangun dari tidurnya, tak lupa ia membaca doa setelah bangun tidur, kemudian ia melangkah menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Setelah itu ia menggelar sajadah dan mendirikan sholat malam yang disebut dengan sholat tahajjud.

Beberapa menit kemudian sholat tahajjud Fayyad telah mencapai salam, lalu ia menengadahkan kedua tangannya, berdoa kepada sang ilahi Robbi.

"Ya Allah ya Tuhanku, yang maha pengasih lagi maha penyayang, tolonglah hambaMu ini dalam menghadapi masalah yang sedang menimpa hamba, berilah hamba solusi yang terbaik, hamba bingung ya Allah, hamba mencintai Tasya dan hamba tidak ingin menikah dengan Azura, perempuan yang tidak hamba cintai, tolonglah hamba ya Allah, hanya Engkau yang dapat membantu hamba,"

"Tetapi jika memang Azura adalah jodoh hamba, izinkan hamba bisa mencintainya, dan izinkan hamba bisa menghapus rasa cinta hamba kepada Tasya, tetapi jika Tasya lah jodoh hamba, maka izinkan kami bersatu dalam ikatan suci pernikahan, apapun keputusan dariMu hamba yakin itu adalah keputusan yang terbaik untuk hidup hamba ke depannya, aamiin Allahumma aamiin."

Setelah menceritakan keluh kesahnya kepada sang Maha cinta, kini Fayyad sudah merasa jauh lebih tenang, ia sudah tidak memikirkan masalah itu lagi karena ia sudah menyerahkan semuanya kepada sang ilahi Robbi. Kini ia hanya menunggu jawaban dari doanya itu, yang pastinya tidak akan pernah mengecewakannya, dan ia juga akan menerima apapun jawaban dari doanya itu.

💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜

...~Teruntuk Kanca yang sedang membaca, jadilah pembaca yang aktif ya, aktif beri like dan beri komentar, Percayalah jempol like Kanca adalah suntikan semangat bagi Ukhfira dan komentar Kanca adalah surat cinta sekaligus moodbooster untuk Ukhfira bisa terus menulis cerita ini sampai TAMAT~...

Terpopuler

Comments

Dinda Kirana agustina

Dinda Kirana agustina

fayyad hemzzzzzz

2021-06-21

1

Beby Ainun

Beby Ainun

klo gak suka seharus y ngomong dr awal fayyad😤😤

2021-06-10

1

so-v

so-v

lanjuttt . dr sang penikmat karya2mu kak

2021-02-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!