Seruan merdu Sang Maha cinta memanggil jiwa yang merindu akan dekapan kasih sayang-Nya, ketika bersujud.
Usai makan siang di warung soto Pak Muh, Abimana mengajak Kirana, Kijul, dan Ghenah untuk menjalankan sholat dzuhur terlebih dahulu di mushola. Kebetulan letak mushola hanya berada di utara warung tersebut.
Sebelum melangkahkan kaki ke mushola, Kirana menitipkan semua barang belanjaannya kepada pemilik warung.
Mereka berempat mulai mensucikan diri dengan air wudhu. Abimana berulang kali menggosok pipi bekas usapan Miranda. Pria tampan itu teramat sebal dengan perlakuan wanita jadi-jadian, yang dengan seenaknya mengusap pipi Abimana.
Setelah mengambil air wudhu, mereka berjalan memasuki mushola.
Kirana dan kedua wanita tukang gendong, bersegera memakai mukena. Sedangkan Abimana bersiap menjadi imam sholat.
"Allahu Akbar," Abimana membaca takbirathul ikhram disertai dengan mengangkat kedua tangan, kemudian bersedekap. Mereka begitu khusuk, bersujud menghadap Robb pemilik alam semesta.
Seusai mengucap salam, dzikir dan doa dilantunkan.
Kirana, Kijul, Ghenah, melepas mukena dan melipatnya kembali. Setelah menaruh mukena di almari, mereka melangkahkan kaki keluar dari mushola. Rupanya, Abimana sudah menunggu mereka bertiga di warung soto Pak Muh.
Kirana mengambil semua barang belanjaan yang dititipkan dengan mengucapkan terimakasih.
🌹🌹🌹
Mereka berempat berjalan ke arah timur.
Ketika tiba di depan tangga, utara kios tembaga, langkah mereka terhenti karena kehebohan para wanita buruh gendong. Wanita-wanita itu berteriak histeris karena mengira, Abimana adalah seorang aktor yang sering muncul di salah satu televisi swasta, meski saat ini yang tengah merajai hati emak-emak, Arya Saloka. 😅
"Huwwaaaa Mas Cecar Hito," teriak salah seorang penjual jilbab, yang bernama Isti. Para wanita buruh gendong, dan Isti meminta foto bersama Abimana.
Kirana tidak bisa menahan tawa, sedangkan Abimana nampak kesulitan untuk melepaskan diri dari lingkaran emak-emak pecinta aktor Indonesia.
"Bag, tolong fotoin aku sama babang Hito!" Isti menyuruh penjual sprei yang bernama Bagiyo untuk memfoto dirinya bersama Abimana.
Bagiyo mengiyakan permintaan Isti dan segera mengarahkan kamera ponselnya pada kedua insan yang sudah berpose.
Setelah Isti, beberapa wanita tukang gendong pun bergantian meminta tolong Bagiyo untuk mengambil foto mereka bersama babang tamfan, Abimana.
Alih-alih membantu sahabat sekaligus calon suaminya, tawa Kirana semakin menjadi. Abimana terlihat semakin lemas dan tidak bersemangat. Pria tampan bermata teduh, menebarkan senyum ke arah emak-emak yang masih heboh, meski dengan terpaksa. Ia pun menarik lengan Kirana, dan bersegera melangkahkan kaki meninggalkan tempat itu, diikuti oleh Ghenah dan Kijul yang berjalan mengekor di belakang mereka berdua.
🌹🌹🌹🌹
Sebelum sampai di parkiran, Kirana melihat seorang anak laki-laki yang sedang duduk di atas trotoar dengan mendekap kotak berisi kue terang bulan. Anak itu menangis, dan sesekali jemari tangannya mengusap buliran bening yang membasahi wajahnya.
"Bim, kamu ke parkiran dulu ya, Yu Ghenah dan Yu Kijul juga! Aku ingin menghibur anak itu, kasihan dia," ucap Kirana dengan menunjuk ke arah anak laki-laki yang dimaksud.
"Baiklah Ran. Tunggu aku di sini saja!"
"Okay Bim. Oiya, ini uang untuk Yu Kijul dan Yu Ghenah." Kirana menyerahkan dua lembar uang seratus ribuan kepada Abimana. Namun pria tampan itu menepisnya.
"Tidak usah, biar aku yang memberinya."
"Tapi Bim ...."
"Sudah, gantian pakai uangku."
"Hemmm, baiklah kalau begitu. Makasih ya Bim."
"Iya, sama-sama," balas Abimana dengan mengulas senyum.
"Oya Yu, trimakasih ya karena sudah membantu membawakan barang belanjaan kami."
Kijul dan Ghenah hampir bersamaan membalas ucapan Kirana, "Sami-sami Mbak Kiran."
Abimana mulai melangkahkan kaki menuju parkiran, diikuti oleh Kijul dan Ghenah.
Kirana berjalan semakin mendekati anak kecil yang masih duduk di tempat semula.
"Hai, Dek. Kenapa menangis?" Pertanyaan yang dilontarkan Kirana membuat anak itu terkejut.
Si anak menengadahkan wajahnya dengan perlahan. Ia pun mulai menjawab pertanyaan Kirana, "Tadi ada preman yang meminta uang Juna, hiks ... hiks."
"Terus apa yang dilakukan oleh mereka?"
"Mereka mengambil semua uang Juna. Padahal terang bulannya baru laku sedikit, Te."
Kirana merasa iba kepada anak kecil yang ada dihadapannya, dan teramat marah terhadap kelakuan preman nggak ada akhlak.
"Namamu siapa Dek?"
"Arjuna, Tante."
Kirana menatap wajah Arjuna lekat-lekat.
"Jun, kamu pernah diundang oleh Om Ded di acara Black White ya?"
"Iya Tante. Kog Tante bisa tau?"
"Iya donk. Kebetulan Tante sering mengikuti acara itu, Jun. Pasti diberi uang banyak ya?" Kirana duduk di samping Arjuna.
"Achhh, nggak juga Te."
"Berapa kalau boleh tau, Jun?"
"Sepuluh juta, Te. Tapi Juna gunakan untuk berobat Mama."
"Loh, mama kamu sakit apa Jun?" tanya Kirana, ingin tau.
"Sakit kanker, Te."
"Innalillahi, yang sabar ya Jun!"
"Iya Tante."
"Ya sudah, Tante borong dech jualan kamu. Berapa semuanya, Jun?"
Raut wajah Arjuna terlihat bahagia, anak laki-laki itu mengembangkan senyum.
"Beneran Te?"
"Benar Sayang," balas Kirana disertai dengan senyuman yang terhias di bibir.
"Trimakasih Te."
"Iya, sama-sama Jun."
Arjuna segera membungkus kue terang bulan.
"Sudah, sepuluh aja Jun yang dibungkus! Lainnya kamu jual lagi, atau dimakan sendiri!" perintah Kirana.
"Tapi Te ...."
"Sudahlah, buruan yang sepuluh dibungkus!"
"I ... iya Te."
Kirana mengeluarkan beberapa lembar uang kertas berwarna merah, dan menyerahkannya kepada Arjuna.
"Ini ya Jun, semoga tidak kurang."
Mata Arjuna berkaca-kaca menerima lembaran uang yang diberikan oleh Kirana.
"Trimakasih ya Te. Tuhan yang akan membalas kebaikan Tante."
"Aamiin, sama-sama Sayang. Semangat ya!"
"Iya Tante. Oiya, ini kuenya Te." Arjuna menyerahkan kue terang bulan kepada Kirana. Si gadis cantik tersenyum, menerima sebungkus kue terang bulan.
Tin ... tin ...
Terdengar bunyi klakson mobil. Abimana menghentikan mobilnya, tepat di depan Kirana.
"Ayo, Ran!" ajak Abimana, dari dalam mobil.
"Yoi Bim, sebentar."
"Tante, semoga kita bisa bertemu lagi ya," pinta Arjuna penuh harap.
"Iya Sayang. Salam buat mama, semoga beliau segera diberi kesembuhan," doa Kirana dengan tulus.
"Aamiin, Te."
"Tante pulang dulu ya, Jun."
"Iya Te, hati-hati!"
"Siap Arjun, hhhhehehe."
Kirana beranjak dari duduk, dan berjalan mendekat ke samping mobil. Setelah membuka pintu, gadis cantik itu pun duduk di samping Abimana.
Abimana mulai menjalankan mobilnya, meninggalkan Pasar Beringharjo dan serpihan kenangan yang tercipta di hari ini. Tentunya, kenangan penuh gelak tawa.
🌹🌹🌹🌹
Para wanita hebat yang bekerja sebagai buruh gendong. Foto di atas adalah Yu Kijul, dan Yu Uwuh. Mohon maaf, Yu Ghenah tidak ikut berfoto. 🙏😌😌
Catatan:
Para readers dan kakak author yang pernah berkunjung ke Pasar Beringharjo, pasti sering menemui wanita-wanita paruh baya yang menawarkan jasa gendong. Sejatinya mereka adalah para wanita yang teramat kuat. Meski pekerjaannya berat dan penuh resiko, terkadang mereka hanya diberi uang sebagai tanda jasa dalam jumlah yang tidak sewajarnya. Mulai dari lima ribu rupiah. Jika beruntung bertemu dengan seorang dermawan, barulah mereka akan mendapat uang yang lebih.
Arjuna, seorang bocah yang tiap hari berjuang menjajakan kue, sepulang dari sekolah. Bocah kecil itu berusaha mencari nafkah untuk membantu kedua orang tuanya, dan mengumpulkan uang untuk biaya pengobatan ibundanya yang sedang sakit. Mungkin ada sebagian readers yang juga pernah bertemu dengan Arjuna. 😍
Okay, jangan lupa tinggalkan like 👍
Komentar
Klik emote ❤
Beri rate 5 ⭐⭐⭐⭐⭐
Vote untuk memberi dukungan kepada author
Trimakasih 😘😘🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
Mamah DevaniRaihan
ooh ternyata arjuna kisah nyata ya
2022-01-09
2
reza gaming 30
saya suka cerita kehidupan yg berbau islami d lebih realistis.
lanjotttttt thorrrr
2021-12-11
1
⏳⃟⃝㉉❤️⃟Wᵃfᴹᵉᶦᵈᵃ☠ᵏᵋᶜᶟ 🌍ɢ⃟꙰Ⓜ️
aq baca ulang lagi kak ayu,dak tau yg keberapa kali😂🙊
2021-10-27
1