Arunika menyapa, menyelusup melalui celah - celah jendela. Memberikan sentuhan semangat, untuk mulai menapaki hari.
Pagi ini Abimana sudah nampak segar, rambutnya yang masih basah, menambah nilai ketampanan pria bermata teduh.
Drrrrtt ... drttt ....
Suara getaran benda pipih yang berada di atas nakas. Abimana meraih benda itu, rupanya ada panggilan vidio call dari si gadis konyol, Kirana. Pria tampan pun mulai menerima panggilan vidio call.
📞👨 : "Asalamu'alaikum, ada apa Ran? Kangen yakkk??"
📞👧 : "Wa'alaikumsalam. Hishhhhh, enggaklah Bim. Ngapain juga kangen???"
📞👨 : "Kalau nggak kangen, kenapa pagi-pagi sudah vidio call??"
📞👧 : "Echhhh Markun, aku cuma ingin minta tolong. Temani aku ke Pasar Beringharjo hari ini, bisa kan?"
📞👨 : "Insya Allah bisa. Jam berapa Markonah?"
📞👧 : "Jam 10.00 wib, aja ya?"
📞👨 : "Siap. Nanti aku jemput."
📞👧 : "Makasih Mas Markun ... wkkkkk."
📞👨 : "Hemmmm, ya Markonah."
📞👧 : "Asalamu'alaikum."
📞👨 : "Wa'alaikumsalam."
Setelah mengakhiri percakapan via vidio call, Abimana bergegas keluar kamar. Pria tampan itu berjalan menuju ruang makan.
Di ruang makan, Hasan dan Arini, sudah duduk menunggu putranya untuk sarapan bersama.
🌸🌸🌸
Di ruang makan.
Sebelum memulai ritual sarapan di pagi ini, mereka bertiga memperbincangkan keinginan Abimana, untuk melamar Kirana.
"Bim, Ibu sudah menyampaikan keinginanmu untuk melamar Kirana. Apa keputusan putra Ayah untuk mempersunting putri Bu Ratri sudah mantap, Cah Bagus?" Hasan melontarkan pertanyaan dengan menatap putranya lekat - lekat.
"Iya Ayah. Insya Allah keputusan Bima sudah mantap untuk menjadikan Kirana sebagai pendamping hidup." Jawab Abimana dengan tegas.
"Kalau putra Ayah sudah mantab, kami sebagai orang tuamu sangat berbahagia, Ayah dan Ibu merestui kalian." Hasan mengembangkan senyuman.
Nampak binar kebahagiaan terpancar dari raut wajah Abimana, ketika mendengar perkataan sang ayah.
"Alhamdulillah, trimakasih Ayah, Ibu."
"Iya Bim. Rencana, kapan putra Ayah akan melamar bu dokter yang cantiknya bagaikan bidadari?" goda Hasan kepada putra tercinta.
Abimana tersenyum lebar, ia pun membalas ucapan Hasan, "Insya Allah, setelah Bang Ilham menikah, Yah."
Hasan mengerutkan kening dan melontarkan pertanyaan kepada putranya, "Ustadz Ilham akan menikah, dengan siapa Bim?"
"Dengan Suci, Yah."
"Maksudmu, Suci putri Pak Arya, Bim? Apa Ustadz Ilham dan Suci sudah saling mengenal?"
"Tentu saja mereka belum saling mengenal, Yah. Rencananya, Bima akan memperkenalkan mereka terlebih dahulu."
"Berarti masih lama ya Bim, kamu dan Kirana bisa bersanding?"
"Doakan saja bisa disegerakan, Yah. Begitu Bang Ilham dan Suci benar-benar menikah, Bima akan segera melamar Kirana."
"Hmmmm, putra Ibu sepertinya sudah tidak tahan tidur sendiri, Yah." Arini mengerlingkan mata, menggoda putranya yang tampan.
"Achhhh, bukan karena itu juga Bu." Abimana tersenyum lebar sembari membalas ucapan ibundanya.
"Lantas, apa donk Bim?" Arini terkekeh.
"Bima ingin menyempurnakan iman. Dengan memiliki istri, Insya Allah Bima akan lebih bersemangat menjalani kehidupan, Bu." Jawab Abimana dengan mantap.
Raut wajah Arini dan Hasan, seketika menampakan kebahagiaan, tatkala mendengar jawaban Abimana.
"Kami sangat bangga padamu, Bim. Yuk kita sarapan dulu!" Ajak Arini dengan mengulas senyum.
Mereka bertiga pun memulai ritual makan bersama. Suasana keakraban dan penuh cinta, selalu tercipta ketika keluarga Abimana berkumpul.
🌸🌸🌸
Kini Abimana dan Kirana sudah berada di dalam mobil. Mereka berdua menikmati perjalanan dengan berbincang dan bercanda.
Tanpa terasa, sampailah mereka di tempat tujuan, Pasar Beringharjo.
Abimana dan Kirana keluar dari dalam mobil, setelah si pria tampan menaruh mobilnya di parkiran, selatan pasar.
Mereka berdua, berjalan memasuki pasar. Suara para pedagang dan para pengunjung terdengar sangat riuh.
Sesungguhnya, Pasar Beringharjo merupakan salah satu tempat yang menjadi saksi bisu, perjalanan kisah cinta Abimana dan sang mantan kekasih, Alya. Dahulu, Abimana dan Alya pernah menikmati suasana Pasar Beringharjo dengan penuh canda tawa. Mereka minum dawet berdua, dan membeli batik khas Jogja untuk kedua orang tua Abimana. Alya membelikan pakaian batik untuk Arini dan Hasan, sebagai perwujudan rasa sayang kepada kedua orang tua dari pria yang dicintai.
Abimana menatap sendu tempat itu. Ia berusaha menahan perasaan yang kembali berkecamuk bila mengingat kenangan-kenangan indah yang pernah terlewati.
"Allah, jagalah hati ini untuk selalu memantapkan diri membuka lembaran baru, dan menanggalkan perasaan yang tidak seharusnya hamba rasakan," bisik Abimana dalam hati.
"Bim, kita ke kios Bu Murti. Aku mau beli pakaian batik untuk diberikan kepada Pak Arya dan Suci."
Deggg ...
Jantung Abimana tiba-tiba berdegup sangat kencang, ia kembali teringat pada Alya, karena wanita itu membelikan pakaian batik untuk kedua orang tuanya di kios tersebut.
"Bim ...."
Suara Kirana menyadarkan Abimana.
"Eh, iya. Kenapa Ran?"
"Aku memperhatikanmu dari tadi Bim. Sepertinya kamu sedang melamunkan sesuatu."
Abimana menghela nafas panjang sebelum membalas ucapan Kirana.
"Mmm, tempat ini mengingatkanku padanya, Ran."
Kirana mengulas senyum begitu mendengar ucapan Abimana.
"Maaf ya Bim, aku tidak bermaksud membuatmu teringat kenangan yang pernah kalian ciptakan di tempat ini."
"Iya, Ran. Hah, sudahlah Ran. Yuk kita segera ke kios Bu Murti!"
"Heem Bim."
Mereka berdua melangkahkan kaki menuju kios Bu Murti.
Sesampai di kios batik, Kirana mulai memilih pakaian batik yang akan diberikan kepada Arya dan Suci. Kelihaian Kirana saat memilih corak batik, sama seperti Alya.
Setelah puas memilih corak batik, dan tawar menawar harga, Kirana pun membayar pakaian-pakaian yang sudah dipilih. Sebenarnya, Abimana ingin membayar semua pakaian itu, namun ditolak oleh Kirana dengan halus.
🌸🌸🌸
Kirana dan Abimana membawa enam paper bag yang berisi semua barang belanjaan si dokter cantik.
Ketika menapaki pasar bagian timur, terlihat seorang wanita paruh baya dengan mengalungkan selendang di lehernya, berjalan mendekati mereka berdua.
"Dhen, saya bawakan saja barang-barang belanjaannya!" ucap wanita itu, menawari mereka berdua untuk membawakan barang-barang belanjaan. Beliau bekerja sebagai buruh gendong atau kuli gendong.
"Tidak usah, Mbok," balas Abimana dengan menampakan senyuman ramah.
"Ehemmm, Yu bawakan semua paper bag ini ya! Kalau tidak bisa membawakan semua, bisa minta tolong yu gendong yang sedang berdiri di depan tangga," pinta Kirana dengan memberikan seulas senyum.
"Ohh, nggeh Dhen Ayu," balas wanita buruh gendong, dengan penuh semangat. Beliau pun berjalan menghampiri teman seperjuangan dan sesama buruh gendong, yang sedang berdiri di depan tangga.
"Yu Nghenah, ayo melu aku! Nggawake barang-barange Dhen Ayu." ( "Yu Nghenah, ayo ikut aku! Membawakan barang-barang Dhen Ayu." ) ajak buruh gendong yang bernama Kijul, dengan sorot matanya yang nampak berbinar.
🌸🌸🌸
Happy reading 😘
Jangan lupa klik ❤ untuk favorit
Tinggalkan jejak like 👍
Koment
Rate 5 ⭐⭐⭐⭐⭐
Vote, jika ingin mendukung karya author.😘
Trimakasih 😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
😘Luvyna😘
Mas ABI yakin kan hatimu kamu sudah memantapkan pilihan mu pada Kirana🙂
2022-11-04
2
Umi Jasmine
authoor org jogja ya...
2021-05-21
2
Sis Fauzi
semangat buruh gendong💪
2021-04-19
2