Kemarahan Varrel

🌻 Happy reading 🌻

TENG ... TENG ... TENG ... TENG.

Bunyi bel itu, berhasil membuat lamunan Bella hancur dalam sekejap.

"Iya kepala Sekolah," jawab pria di depannya.

"Apa dia kurang waras." Lelaki itu membenak dan heran dengan tingkah Bella.

"Heuhhh?" Bella saat itu masih sibuk mengerjapkan matanya, dan berusaha melihat dengan jelas.

Ternyata salah, laki-laki itu bukan Aldo. Sepertinya lelaki itu adalah Chef. Wiliam. Dan walaupun tampan, namun ia sama sekali tidak mirip dengan Aldo.

"Kepala Sekolah memanggilmu di kantornya," jelasnya. Kemudian lelaki itu lalu pergi begitu saja.

"Haduuh ... Apa yang telah aku pikirkan," teriaknya dalam hati, seraya menutup wajahnya dengan buku yang ia baca.

Setelah kepergian Aldo yang belum jelas sebabnya apa, Bella terus meyakini bahwa kekasihnya itu masih hidup, dan akan cepat menemuinya.

Mungkin masih di bilang sangat muda jika saat SMP Aldo dan Bella sudah mempunyai hubungan serius. Dan mungkin banyak yang mengatakan bahwa cinta mereka hanyalah cinta monyet saja.

Tapi justru, saat kecil adalah saat-saat di mana banyak kenangan di sana. Dan kalau kita menyadari, kenangan di masa kecil itulah yang susah untuk di lupakan.

***

Suara gemuruh kaki para murid akhirnya terdengar, mereka sibuk dengan langkahnya yang tertuju pada kelas masing-masing.

Bella yang sedari tadi mematung dalam penyesalan nya, kini ia pun sudah mulai melangkahkan kakinya menuju kantor kepala sekolah.

"Apa Pak?? Tingkat Nasional??" tanya Bella separuh tidak percaya.

"Iya, Nak," jawab Pak Latif yang saat itu adalah Kepala Sekolah.

Pak Latif menyuruh Bella, dan semua tim terpilih dari sekolah, untuk mengikuti perlombaan "drama of education" di tingkat nasional. Yah ... menjadi artis adalah cita-citanya. Terkadang dia merasa sulit untuk menyembunyikan rasa rindu pada Aldo di hatinya. Berat rasanya saat kekasih hati pergi untuk selamanya. Begitulah alasannya menyukai kelas berakting.

Dan akhirnya, kesepakatan terjadi. Bella siap mengikuti perlombaan itu.

***

Sepulang sekolah Bella berniat pulang bersama Arinda. Namun, karena Arinda ada kelas tambahan memasak, mau tidak mau Bella harus pulang seorang diri.

"Ini gila! Dia adalah wanita tercantik di sekolah! kau tidak tertarik kepadanya?" tanya Radhika seraya menunjuk seorang wanita di depan gerbang sekolah.

Varrel hanya terdiam.

Saat itu Varrel dan Radhika menaiki motor balap dan memakai helm warna hitam. Lalu tangannya dengan sengaja memainkan bunyi motor, seakan-akan sudah tak sabar untuk melakukan sebuah misi.

"Kalau kau tidak tertarik, aku yang akan mendekatinya! Hahaha," canda Radhika yang lagi lagi tak mengubah wajah sengit Varrel.

Suara brisik motor mereka, berhasil membuat seekor anak kucing ketakutan, dan lari ke tengah jalan besar.

"Eh!!" Bella yang tak sengaja melihat anak kucing itu, akhirnya iba dan langsung cepat menolongnya.

SRETTT

Belum sempat menolong kucing tersebut, tiba-tiba tas Bella ditarik paksa oleh dua orang pengendara motor besar.

Anak kucing itu akhirnya pergi dan Bella terdiam dengan seribu bahasa.

Saat itu memang di depan sekolah sudah sangat sepi, dan kalaupun ramai, tak ada satupun dari mereka yang berani menolong Bella.

DRON ... DRON ... DRON ... DRON ....

Suara motor mereka semakin menggila, mereka terlihat sangat puas mengelilingi tubuh wanita berparas cantik itu.

Seketika kedua motor berhenti dengan posisi yang masih tidak berubah.

"Wah, wah. Siapa wanita yang berani melawanku ini," ucap Varrel sambil membuka helmnya. kemudian memperlihatkan tas Bella yang sudah berada di tangan Varrel.

"Mau apa kalian!" teriak Bella separuh ragu.

"Ini sangat menantang, Rel. Lihatlah, dia sedang marah padamu," ucap Radhika yang saat itu baru paham alasan Varrel tak menyukai gadis cantik di depannya.

Bella yang tak ingin meladeni omongan mereka, dengan cepat langsung merebut kembali tas miliknya di tangan Varrel. namun usahanya gagal.

Seketika itu Varrel langsung membuka dan membuang isi dalam tas itu di depan pemiliknya.

"Hah!" Bella hanya menganga saat itu.

"Aku benci mereka!" Bella membenak di hatinya.

Belum sempat mengeluarkan kata-kata di mulutnya ia dikagetkan dengan kaki besar yang dengan kasar menginjak semua buku-buku miliknya.

"Ini akibatnya, jika kau berani melawanku!" tegas Varrel. Lalu mereka tertawa dengan puasnya.

Bella yang ingin menghentikan mereka itu kemudian bingung, apa yang harus dilakukan? dia harus mulai dari mana?

"Hey, hentikan!" teriak Bella sembari mendorong Varrel yang saat itu masih mengeluarkan sisa-sisa dari tasnya.

Rhadika dan Varrel menyingkirkan tangan Bella. Hingga gadis itu jatuh. "Aw!"

Bella benar-benar kesal sekarang. Dia berdiri dan mencoba melawan lagi.

Deg!

Saat itu, Bella melihat sebuah cincin yang jatuh dari tasnya. "Aldo ...." teriak Bella pada cincin yang menggelinding dan menjauh.

Setelah tas itu sudah dipastikan kosong, Varrel akhirnya mendekati wajah Bella.

Mata Bella sudah berkaca-kaca, dan berusaha melihat kemana cincin itu pergi.

"Jangan pernah berani melawanku! Paham!" tegas Varrel sambil melemparkan tas itu ke pemiliknya.

"Cabut," ajak Varrel kepada Radhika. Mereka akhirnya bisa membuat gadis cantik itu pasrah.

"Oke."

Apa lagi ini. Barang yang sangat berharga peninggalan Aldo hancur dalam sekejap. Apakah ini tandanya Bella harus benar-benar melupakan Aldo.

Bella terus mematung dan seakan tak bisa berbuat apapun. tubuhnya melemas, dan air mata pun air yang menetes.

DROOOON!!

Tanpa sedikitpun menoleh, Varrel dan Radhika secepat kilat langsung pergi dari tempat itu.

TAK

Bunyi barang yang berhasil hancur terlindas motor.

Iya, benar, cincin pemberian Aldo itu benar-benar hancur.

Tubuh wanita berparas cantik itu perlahan jatuh dengan sisa-sisa kenangan dalam pikirannya.

"Bella," ucap lelaki yang saat itu menangkap tubuhnya.

"Aldo??" ucapnya lirih.

Mata yang sedari tadi tak kuasa menahan tangis, akhirnya pecah diperlukan Aldo.

Tunggu? Apakah ini benar-benar Aldo, atau hanya khayalan saja?

***

Seorang wanita paruh baya dan suaminya, tengah duduk di ruang tunggu. wajahnya yang panik, serta tangan yang saling menggenggam erat, seolah sedang menunggu jawaban dari dalam sana.

Perlahan pintu di sebuah ruangan terbuka. sontak, kaki yang sudah lama menunggu itu kemudian berlari kecil.

"Dok? gimana keadaan anak saya?" ucap wanita paruh baya itu.

"Kondisinya lemah, namun tidak ada yang perlu dikhawatirkan." Sepasang suami istri itu seketika saling menatap ketika mendengar penjelasan Dokter.

"Pasien sudah boleh dijenguk, saya permisi dulu." Mereka mengangguk dan Dokter itu pergi.

"Tante Rina! Om Tio!" Seseorang memanggil mereka dari belakang.

"Eh Arinda?"

"Gimana keadaan Bella, om? Tante?," ucapnya khawatir.

"Kita lihat saja yuk," ucap Ibu Rina.

Bella terbaring lemah dan tak sadarkan diri. semua yang melihatnya seolah ikut merasakan apa yang di rasa oleh wanita berparas cantik itu.

"Aldo tunggu!"

Aldo dengan jas berwarna hitam itu, berjalan menjauh dari Bella.

"Aldo kamu mau kemana?" Langkah Bella terus mengikuti kekasihnya itu.

Dress cantik berwarna putih serta high heels, yang saat itu membuatnya tidak bisa melangkah dengan cepat. Bella akhirnya kehilangan jejak.

Pandangannya terus mengelilingi taman yang indah itu. tak lama, ia merasakan tetesan air yang turun dari langit.

Putusan itu kemudian semakin lama semakin deras, Bella pun berniat untuk berteduh. namun tangan Aldo dengan cepat menariknya.

(suasana menjadi hening)

Jarak mereka saat itu hanya satu jari saja. Aldo bahkan bisa merasakan hembusan nafas Bella, dan sebaliknya. mereka memejamkan mata sambil menikmati turunnya hujan.

Perlahan Aldo membuka matanya, dan menatap lekat kekasih di depannya itu.

"Bel, kamu inget kan tempat ini?."

"Aku selalu ingat tempat ini Do! Tempat pertama kali kita ketemu," ucapnya lembut.

Aldo tersenyum bahagia, begitupun Bella. perlahan tangan Aldo membelai rambut indah Bella.

Hujan terus membasahi mereka.

"Aku akan bilang ke orang tuaku agar kita di jodohkan saja!, mereka sudah tau dengan hubungan kita, aku rasa mereka akan menyetujuinya," ucapnya lembut meresapi suasana.

"Hehehehe," tertawa kecil Bella.

"Aku sangat beruntung bisa mendapatkanmu," ucap Aldo, yang sedari tadi tak sedetikpun melepaskan pandangannya dari Bella.

"Emm ... Apa yang kau pikirkan?" Seketika wajah Bella merona.

"Aku sedang memikirkan betapa cantiknya kekasihku ini," ucap Aldo yang semakin mendekat.

"Benarkah?" ucap manja Bella, seraya memonyongkan bibir kecilnya.

"Emmm," Aldo mengangguk dan langsung memeluk Bella.

Hati bila terus berbunga-bunga, tubuhnya yang lebih kecil dari Aldo, perlahan membalas pelukan itu.

"Aku kangen kamu," ucap Aldo, membuat pelukan itu semakin nyaman.

Bella sangat mencintai cinta pertamanya itu. begitupun Aldo. Mereka selalu saling menguatkan agar cinta itu selalu bersemi selama-lamanya. Mereka tak menghiraukan kematian yang bisa saja datang saat itu.

Aldo dan Bella berlari selayaknya anak-anak yang baru mengenal indahnya taman.

Aldo benar-benar sudah di hadapan Bella dan berlutut pada wanitanya.

Tangan Aldo perlahan menyentuh tangan yang sudah di hiasi cincin permata itu.

Bella hanya pasrah dan terus memperhatikan Aldo.

Inilah kebiasaan Bella, ia selalu lemah dalam hal asmara.

"Lihatlah cincin ini," pinta Aldo. Bella kemudian melihat cincin permata di jari manisnya itu.

"Cincin ini akan menjadi saksi cinta kita yang abadi," ucapan Aldo yang berhasil meyakinkan pasangan nya itu.

Aldo kemudian mencium tangan putih Bella. perlahan pandangan Bella mengikuti gerakan kepala Aldo yang kembali ke posisi tegak.

Tiba tiba ia menemukan sebuah keganjalan yang nyata.

"Di mana cincinku?" ucapnya, setengah tidak percaya.

Seketika dunia itu menjadi dua. satu sisi dengan cepat menarik mundur Bella, dan sisi yang lain menarik Aldo yang perlahan menjauh darinya.

Apa ini?

Jantung Bella berdetak sangat kencang, nafasnya sudah tidak tahu arah, seolah ia tak bisa berbuat apapun saat itu.

SRET.

Bayangan putih membawa semua kenangan itu. Dan Aldo pergi. Benar-benar pergi meninggalkan Bella di dunia yang berbeda.

"Aldo ...." Suara lirih Bella yang saat itu mengagetkan kedua orang tuanya.

"Bella?" ucap bahagia ibunya.

"Sayang ... ini mamah," ucap lembut sang ibu. lalu perlahan membelai rambut anaknya.

"Bella," panggil Arinda.

Perlahan Bella membuka matanya. "Arinda?"

"Mamah?" Bella yang masih setengah sadar.

"Akhirnya kamu sadar juga nak."

"Papah?"

TO BE CONTINUE ...

Terpopuler

Comments

Ayu andira

Ayu andira

sedih

2021-04-10

1

Vivie29

Vivie29

Hiks!

2021-03-19

1

ccmillarssa

ccmillarssa

yah sedih deh..

2021-03-19

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!