🌻 Happy reading 🌻
Gracia Bella, seorang gadis berwajah baby face. Parasnya sangat cantik. Tidak terlalu gendut dan tidak terlalu kurus. Kulitnya putih berseri. Rambutnya lurus dengan keriting di rambut bagian bawah saja. Matanya bulat dan coklat. Hidungnya tidak terlalu mancung. Dia manja dan polos.
Bella adalah siswi baru di SMA Nusa Bangsa. Sekolah itu, adalah sekolah terfavorit di Jakarta. Tak heran, jika banyak artis artis yang sekolah di sana. Bahkan, anak-anak para pejabat pun juga belajar di sana.
Tepat pukul 06:45. Bella dan Arinda berlarian memasuki kelas.
Hari ini memang hari pertama masuk sekolah, di tahun ke duanya. Dan Bella hampir saja terlambat. Beruntungnya, ada Arinda yang menjemputnya.
Arinda adalah sahabatnya sejak SMP. Berbanding terbalik dengan Bella. Arinda mempunyai tubuh yang gendut. Pipinya chubby lebih dikatakan dia itu Bombom. Hobinya adalah menonton film drakor dan halu. Dan hobi kedua pastilah makan.
"Kesiangan?" tanya Arinda.
"Hmm."
"Pasti gara-gara Aldo," omel Arinda. Saat itu, Bella menoleh dan menatap Arinda dengan tatapan tidak senang.
"Kau pasti bermimpi lagi. Iya kan? Oh, Bella. Sampai kapan kau terus memikirkan mantanmu yang sudah meninggal itu!" omel Arinda. Saat itu, mereka tengah berjalan menuju kelas.
Bella memalingkan wajahnya dari Arinda. Dia tidak ingin meladeni omongan itu.
"Haduh. Aku lelah terus menasehatimu Bella. Lihatlah di depan matamu! Lihat! Di SMA ini banyak sekali Pria Tampan kan?" Tangan Arinda menunjuk beberapa lelaki tampan yang tengah melintas.
Gadis berpipi chubby itu memperlihatkan senyuman lebarnya. Lalu matanya menghilang. Begitulah saat Arinda tersenyum. Semua daging di wajahnya tertarik oleh pipi.
Bella tidak tertarik sama sekali dengan pria yang ditunjuk Arinda. Semuanya terlihat biasa saja. Jelas, Aldo lebih baik dari siapapun.
"Eh, aku dikacangin. Kacang itu mahal, Woy!" teriak Arinda.
"Iya, iya. Tapi, hatiku tetap untuk Aldo, Rin."
"Ah, kau ini. Hey, itu dia kelas kita. Kelas XI IPA," ucap Arinda seraya menunjuk papan yang bergantung di atas pintu kelas.
Bella tetap dengan muka malasnya. Kaki mereka terus menelusuri lorong itu. "Astaga! Pria itu benar-benar tampan! Oh, aku ingin jadi istrinya!" ucap Arinda bersemangat.
Seketika, Bella menoleh padanya. Ini masih pagi, kenapa Arinda sudah menghalu sangat tinggi. Heuh. Bahkan dia tidak merasakan jika pulpen dari tasnya terjatuh.
Akhirnya, Bella membalikkan badan lalu mengambil pulpen itu yang tak jauh dari posisi mereka. Saat itu, Arinda masih terpesona dan terus melihat pria pujaannya di sana.
Gadis gendut itu terus melangkah menuju kelas. Dan dia tidak merasakan jika Bella sudah tidak di sampingnya.
"Harusnya, di sini tidak boleh ada Pria Tampan. Oh, itu hanya akan membuat Arinda semakin gendut!" kesalnya yang sudah tau, jika Arinda merasa senang, makanannya akan bertambah dua kali lipat dari biasanya.
Bella pun mengambil pulpen itu lalu membalikkan badan.
BRUK.
Bella menabrak seorang Pria Tampan. Gayanya saat itu memasukkan kedua tangan ke saku celana. Wajahnya terlihat dingin dan garang. Dari matanya, sudah bisa dikatakan jika dia adalah lelaki arogant. Juga terlihat dari alisnya. Oh, sepertinya dia lelaki angkuh dan seenaknya.
"Ma, maf. Aku tidak sengaja," ucap Bella gugup. Kemudian dia membungkuk dan melangkah pergi.
SRET.
Tangan lelaki itu menahan Bella. Seketika, Bella tersentak dan matanya terbelalak. Jantungnya berdebar kencang. Entah apa yang akan dilakukan pria itu padanya.
"Bersihkan sepatuku!" pintanya dengan nada dingin.
Benar saja. Lelaki itu tidak sebaik rupanya. Bella perlahan menelan salivanya gugup. Kemudian dia mundur dua langkah dari tempatnya.
Tatapan Bella memelas di depan mata pria itu, yang bahkan tidak melihat ke arahnya.
"Kau sudah menginjak sepatu mahalku yang baru saja aku beli dari Prancis," pinta pria itu kembali. Kemudian, dia menatap Bella dengan tajamnya.
Deg!
Ah, benar saja dugaan Bella. Pria itu ternyata memang sombong. Tatapan itu benar-benar membunuh. Hem, siapa sih lelaki itu. Sepertinya tidak asing di sekolah ini.
"Enak saja, dia menyuruhku membersihkan sepatu jelek itu. Aku bahkan tidak menginjaknya sama sekali. Yah ... hanya tersenggol saja sih ...." batin Bella tidak terima.
"Cepat, bersihkan! Jangan diam saja!" tagasnya.
Bella, lagi-lagi tersentak dan kembali menatap pria yang mendekap kedua tangannya itu. "Ah, iya, iya." Bella terkesiap dan duduk mengahadapi kaki pria itu yang entah kelas berapa. Yang jelas, seragam mereka terlihat sama.
Tiba-tiba pria itu tersenyum sinis, lalu membungkuk. Melihat betapa polosnya wanita yang menabraknya itu.
"Eh, tunggu. Kenapa aku menurutinya. Sepatu ini sama sekali tidak ada bekas injakanku!" kesalnya dalam hati.
Bella pun berdiri tanpa ada aba-aba. Alhasil, kepala kembali menabrak pria itu. Dan kali ini mungkin dagunya sangat keram. "Aw!" teriak pria itu sembari memegangi dagunya.
"Aaaarrrgghhh! Beraninya kau!!!!" geramnya dengan wajah melotot ke arah Bella.
Wajah Bella ketakutan dan.
"KABUUURRR!" Bella dengan cepat lari menjauh dari pria itu.
Dia pun masuk ke kelas dengan wajah tersenyum geli. Dalam hatinya berkata, "Rasain tuh! Makannya, jadi orang jangan angkuh! Huh! Sepatu beli di Prancis saja, pamer!"
"Bella!" teriak Arinda yang duduk di pojok sana.
Arinda duduk sendiri di sana. Pastinya, Arinda sudah menyiapkan kursi di sampingnya itu untuknya. Dengan wajah manisnya dia melewati siswa-siswi lainnya di sana. Melangkah lurus mendekati Arinda.
Otak Bella masih setengah mengejek pria angkuh itu. Dia sampai tidak curiga dengan raut wajah Arinda yang tidak bersahabat.
"Eh, eh, eh." Arinda menghalangi Bella duduk di sampingnya.
"Kenapa? Apa aku tidak boleh duduk di sampingmu?"
"Tidak, Bella. Ini untuk pangeranku!"
Oh, tidak. Arinda mulai mengeluarkan hobinya. Halu. Iya, dia sering sekali membayangkan pria-pria tampan menyamar jadi idolanya di film drakor.
"Lalu aku duduk di mana, Rin? Wah kacau nih! Masa kau tega melihat sahabatmu duduk sendirian!" omel Bella. Kemudian, dia memalingkan wajahnya. Seolah setelah ini sudah bisa ditebak Arinda akan berbuat apa.
"Bell, please, Bell. Kau tahu kan. Sudah beberapa menit terakhir aku berusaha menggiring pria idolaku untuk duduk di sini. Hiks hiks. Apa kau tidak senang jika aku memiliki pacar? Ah, duduklah di sana. Cepat! Sebelum pria itu masuk kembali," ucap Arinda dengan penuh sandiwara. Jarinya menunjuk kursi kosong di sana.
Bella menoleh dan wajahnya ragu. Dia masih takut jika jauh dari Arinda.
Semasa SMP, Bella sudah terbiasa dimanjakan Aldo. Apapun masalah Bella di Sekolah. Aldo pasti mengurusinya sampai tuntas. Tapi, sekarang, semua hanya tinggal kenangan saja.
TENG TENG TENG TENG.
Bel masuk berbunyi. Arinda buru-buru mengarahkan Bella agar duduk di kursi lain. Tempatnya tidak jauh dari Arinda. Hanya saja, tempat itu berada di barisan tengah belakang.
"Duduk di sini ya, Sayang," ucap Arinda yang sudah mendudukan Bella di sana. Kemudian, dengan wajah gembira gadis gendut itu kembali ke tempatnya.
"E ...." Tangan Bella hendak menahan Arinda pergi. Tapi, langkah Arinda lebih cepat dari biasanya.
Seketika, siswa lain berlarian masuk. Bella tidak perduli dengan itu. Yang dipikirannya sekarang adalah, meja di hadapannya itu berbentuk persegi panjang. Bella menoleh dan mendapati kursi kosong di sebelahnya. "OMG. Aku akan duduk dengan siapa?" benaknya.
Pandangannya langsung beralih ke arah pintu kelas. Seolah melihat siapa saja yang belum mendapatkan kursi di kelas ini.
Deg!
Seketika, semangatnya sirnah saat melihat pria angkuh itu memasuki kelas yang sama.
Bella terus menatap pria itu ketakutan. Sepertinya, pria itu ingin menghajarnya. Terlihat dari langkahnya yang terus mendekati.
JEDER.
Hati Bella terasa seperti tersambar petir. Ternyata, pria angkuh itu menjadi teman sebangkunya.
TO BE CONTINUE ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments