Suasana malam dihiasi sinar bulan dan kerlip bintang di sebuah rumah yang sederhana. Rizal sedang berada di kamarnya, dia baru saja pulang dari masjid melaksanakan salat Isya berjamaah.
Rizal duduk di kursi kamarnya, tangannya sedang memeriksa dompet yang ia temukan tadi siang. Di dalam dompet itu terdapat KTP, tiga kartu ATM, beberapa kartu nama, foto serta sejumlah uang. Rizal menghitung uang yang ada di dompet itu, ada banyak uang ratusan ribu dan beberapa uang pecahan kecil lainnya. Jumlah semuanya, Empat Juta Delapan Ratus Dua Puluh Sembilan Ribu Rupiah.
*Kenapa dia membawa uang banyak sekali, bukannya di zaman sekarang semuanya lebih mudah, ketika membeli sesuatu kita tinggal menggesek kartu tidak perlu membawa banyak uang*. Gumam Rizal. Kemudian dia membaca KTP untuk mengetahui alamat pemilik dompet tersebut.
"Namanya Cahaya... Hmmm... nama yang indah."
"Hah! kelahiran tahun 19XX berarti usianya 30 tahun. Aku pikir tadi usianya di bawah aku." Rizal tercengang melihat tahun lahir Aya.
"Tapi kok sudah umur segitu belum menikah." Rizal membaca status perkawinan di KTP Aya.
Rizal tersenyum sendiri mengingat kejadian tadi siang, dia mengira Aya adalah anak remaja yang sedang putus cinta lalu nekat mau bunuh diri. Harusnya tadi dia memanggil "Teteh" karena usianya tujuh tahun di atas Rizal, begitu pikirnya.
Sebenarnya Rizal ingin mengantarkan dompet itu malam ini tapi karena motornya sedang dipinjam oleh kakak iparnya, maka ia memutuskan untuk mengembalikan dompet itu besok pagi saja sekalian mengantar adiknya berangkat kerja. \=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Keesokan harinya Aya bangun dari tidurnya, seperti biasa dia bangun ketika suara azan berkumandang. Aya langsung pergi ke kamar mandi untuk mandi wajib karena telah selesai dari haid. Setelahnya Aya berwudu dan melaksanakan salat Subuh. Selepas salat dia ingin merebahkan badannya sebentar karena badannya terasa lelah, semalam dia pulang sampai rumah sekitar jam sebelas malam.
Hari ini Aya memutuskan untuk di rumah saja, dia tidak akan pergi bekerja karena badannya terasa sangat lelah. Sejurus kemudian Aya teringat akan dompetnya yang hilang. Rencana hari ini untuk diam di rumah sepertinya dibatalkan, nanti siang Aya harus pergi ke kantor polisi untuk membuat surat laporan kehilangan. Matanya tidak bisa ditahan, rasa kantuk yang hebat dan rasa letih yang sangat membuat Aya langsung tertidur kembali.
“Nong... bangun ada yang nyariin Nong tuh!" Bu Aisyah membangunkan Aya. Bu Aisyah selalu memanggil Aya dengan panggilan "Nong". Nong adalah sebutan sayang untuk anak perempuan. Biasanya anak perempuan paling kecil di keluarga dipanggil "Nong".
"Hmmmm...." Aya hanya bergumam dengan mata masih terpejam.
"Lagian ini anak perawan ga baik loh pagi-pagi tidur," ucap ibu sambil membelai rambut Aya.
"Pasti takut rezekinya dipatok ayam yah Bu... tapi kan anak ibu yang manis ini alhamdulillah rezekinya bagus kan, Bu, " jawab Aya sambil mengucek-ngucek matanya. Dilihatnya jam dinding di kamarnya ternyata masih jam tujuh pagi.
"Siapa yang nyari aku sepagi ini sih!" Aya mendengus sembari bangun lalu duduk.
“Ibu juga ga tahu, ibu baru kali ini melihatnya."
Aya melangkah keluar kamar dan hendak ke ruang tamu.
"Nong mau ke mana?" ibu menarik tangan Aya dan menghentikan langkah Aya.
"Cuci muka dulu sana atau mandi dulu sana nanti kamu akan menyesal kalau kamu langsung menemuinya dengan keadaan kucel seperti ini," ucap ibu memberi saran.
"Memangnya siapa sih tamunya, kok ibu ngomongnya gitu." Aya berbalik arah ke kamar mandi.
"Tapi jangan lama-lama mandinya kasihan tamunya kalau kelamaan nunggu."
“Iya Bu... nong udah mandi kok tadi subuh."
Sepuluh menit kemudian Aya sudah rapi, tadi dia hanya mencuci muka untuk menghilangkan muka bantalnya. Aya tidak berlama-lama di kamar mandi karena dia merasa penasaran dengan tamu yang mencarinya pagi-pagi begini. Aya bergegas ke ruang tamu. Rupanya ibu sedang menemani tamunya. Saat Aya di kamar mandi, ibu menyuguhkan teh hangat dan cemilan untuk Rizal.
Dan Aya terkejut ketika melihat tamunya.
"Loh, kamu kan yang kemarin ketemu di Rest Area!" Rizal yang sedang meminum teh yang di suguhkan ibu jadi tersedak karena kaget.
"Uhuk.. Uhuk... Uhuk" Rizal terbatuk karena tersedak minuman.
"Nong kamu itu ngagetin aja, kasian tuh Nak Rizal sampai tersedak," ibu berkata sambil berdiri bangun dari duduknya.
"Hehe... Iya maaf ga sengaja," jawab Aya sambil nyengir.
"Ya sudah ibu tinggal dulu ya Nak Rizal, mau ke tukang sayur dulu." Ibu melangkah meninggalkan ruang tamu.
"Iya Bu... terima kasih tehnya," jawab Rizal sopan.
Kemudian Aya duduk di tempat tadi ibunya duduk.
"Teh, saya mau mengembalikan ini. Dompet Teteh tertinggal di meja tempat duduk Rest Area kemarin." Rizal menyerahkan dompet milik Aya.
"Ya Allah alhamdulillah... kamu yang menemukan dompet aku ya. Terima kasih banyak ya." Aya senang sekali dompetnya kembali, karena dia membayangkan kerepotan yang akan dia jalani kalau sampai dompet itu hilang. Mulai dari mengurus ke kantor polisi, mengurus ke Bank, membuat KTP baru dan sebagainya.
"Iya Teh, maaf baru sempat dikembalikan sekarang, tadinya mau tadi malam diantarkan ke sini tapi ga ada motor," ucap Rizal
"Gak papa, aku malah berterima kasih banyak, tadinya aku pikir kalaupun ada yang menemukan dompet aku pasti ga akan dibalikin sama orangnya." Sebenarnya Aya tadi sudah pasrah kehilangan dompet.
"Diperiksa dulu Teh isinya takut ada yang hilang, uangnya juga dihitung dulu takut ada yang kurang!"
"Aku ga masalah kok sama uangnya, yang aku khawatirkan justru yang lainnya seperti KTP dan ATM ribet ngurus-ngurusnya."
"Oya nama Mas siapa tuh?” Aya ingat bawa mereka sudah berkenalan tapi ia lupa dengan nama Rizal.
"Saya Rizal, Teh.”
"Mas Rizal, terima kasih banyak ya, aku ga menyangka dompetnya bakal kembali sama aku."
“Iya sama-sama Teh... panggil Rizal saja Teh biar enak, lagi pula usia saya di bawah Teteh.”
"Oh gitu, baiklah... Oya Rizal tunggu sebentar ya!" Aya berdiri dan melangkah ke kamarnya. Dia mengambil beberapa lembar uang ratusan ribu dan memasukkannya ke dalam amplop putih. Aya kembali ke ruang tamu menemui Rizal.
“Rizal, ini sebagai ucapan terima kasih aku tolong diterima ya." Aya menyodorkan amplop putih berisi uang yang tadi disiapkan.
"Tidak usah, Teh... maaf bukannya ga sopan tapi saya ga bisa menerimanya, saya ikhlas Teh. " Tolak Rizal dengan halus.
"Ya sudah Teh saya permisi pulang, titip salam buat ibu." Rizal berpamitan pulang.
“Sekali lagi terima kasih ya Rizal, aku berhutang nih sama kamu."
"Iya teh, nyantai aja," ucap Rizal sambil berjalan keluar.
Aya mengantar Rizal keluar hingga Rizal menyalakan motornya dan pergi menjauh bersama motornya.
“Memang tadi itu siapa nong?" tiba-tiba Bu Aisyah sudah ada di belakang Aya.
“Jadi gini bu, kemarin dompet nong hilang sepertinya ketinggalan atau terjatuh di Rest Area... nah laki-laki tadi ke sini mengembalikan dompet nong... Dia yang menemukan dompet nong." Aya menjelaskan pada ibunya.
"Wah, untung yang menemukan dompet kamu itu orang baik ya... jarang loh ada orang baik seperti itu udah gitu ganteng lagi."
"Ih ibu ini tau ganteng segala, jangan-jangan ibu naksir ya." Aya malah menggoda ibunya.
"Ih kamu ini ya malah menggoda ibu. Sudah sana sarapan dulu"
"Siap, Bu!" seru Aya tangannya memeragakan gerakan hormat. Aya langsung melangkah ke dapur hendak sarapan. Menikmati nasi uduk dengan toping tempe orek, kerupuk dan sambal goreng ditambah gorengan bontot kesukaannya. Bontot adalah gorengan berbahan dasar tepung sagu, masih saudara dengan cireng.
Bangun tidur kedatangan tamu pria tampan dan dompetnya kembali. Aya tersenyum sendiri. Pagi yang sangat indah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
haka🐾
suka thor..
apalagi sama yang ganteng, eh🤭
2022-02-12
1
Ram ram imoet
duluan baca gadis Berkerudung Merah walau masih up. Ternyata novelmu yg satu ini juga enak dibaca thor
2021-11-01
0
Reyns
Natural....sederhana dan mangandung syi'ar kerrren....
2021-08-31
0