Mata Rizal terus mengikuti langkah kaki Aya yang pergi meninggalkannya sampai matanya tidak lagi dapat menjangkau bayangan Aya.
Ketika Rizal hendak melanjutkan pekerjaannya matanya tertuju pada sebuah dompet di meja tempat Aya duduk tadi. Rizal mengambil dompet itu dan membukanya untuk memastikan siapa pemilik dompet tersebut. Benar saja sesuai dugaannya dompet itu benar milik Aya karena di dalam dompet itu terdapat foto Aya.
Rasanya tidak mungkin kalau Rizal mengejar Aya untuk mengembalikan dompet itu, pasti Aya sudah pergi jauh. Akhirnya Rizal memutuskan untuk mengamankan dompet itu, nanti dia akan mengantarkan langsung ke alamat yang ada di Kartu Tanda Penduduk milik Aya. Begitu pikirnya.
Aya pun sampai di tempat parkir Rest Area, di sana ada dua orang yang tengah menunggunya yaitu Lia dan Hendi. Mereka adalah karyawan Aya.
"Yuk, berangkat!" ucap Aya kepada kedua orang itu.
"Teteh udah makan siang?" tanya Lia.
"Nanti saja teteh belum lapar," jawab Aya datar.
"Makan atuh Teh nanti sakit loh kalo telat makan!" seru Lia mengingatkan.
"Iya, tadi kan teteh sarapannya siang jam sepuluhan jadi sekarang belum lapar. Tenang saja nanti kalo lapar kan kita bisa turun sebentar," jawab Aya diakhiri dengan sebuah senyuman.
Beberapa hari ini Aya memang jarang makan, mungkin karena stres dan patah hati nafsu makannya jadi menurun. Menurut para ahli, ketika stres terjadi, bagian otak yang disebut hipotalamus melepaskan hormon kortikotropin, yang berfungsi untuk menekan nafsu makan. Sebenarnya ketika stres, reaksi tubuh setiap orang berbeda-beda ada yang nafsu makannya naik dan ada yang nafsu makannya turun seperti Aya.
Kemudian Aya dan Lia masuk ke dalam mobil sementara Hendi sedari tadi sudah duduk di belakang kemudi mobil. Aya duduk di belakang sementara Lia duduk di depan bersama Hendi.
"Jalan sekarang teh?" tanya Hendi.
"Tahun depan," jawab Lia spontan.
"Oh, kirain tahun monyet," canda Hendi.
"Eh, lo ngomong monyetnya jangan liat gue dong!" jawab Lia sambil memukul tangan kiri Hendi.
"Ih siapa yang liatin elo, elo nya aja yang merasa mirip hahaha...."
"Heh! sembarangan mana mungkin monyet cantiknya paripurna kaya gini," sungut Lia.
"Cantik kalau dilihat dari Gunung Everest terus lihatnya pake sedotan," jawab Hendi.
"What? Gunung Everest mah gunung tertinggi di dunia. Ah, emang gue cantik dasar elo aja yg sirik... weeee... " Lia menjulurkan lidahnya.
"Hadeuh, pasti yang bilang lo cantik itu matanya katarak deh!" Hendi berkata pelan sambil melengos tapi tentu saja Lia bisa mendengarnya kemudian dibalas oleh Lia dengan sebuah jitakan di kepala Hendi.
"Sudah sudah kalian berdua nih ribut aja, ngeributin monyet segala itu pasti monyet sekarang lagi keselek pisang karena lagi digibahin sama kalian!" Aya menengahi keributan keduanya dan kemudian mereka bertiga tertawa.
Aya memang menjalin hubungan yang baik dan santai dengan para karyawannya tapi tetap dengan mengedepankan sopan santun serta mematuhi aturan-aturan yang ada. Baginya seorang bos atau pemimpin tidak harus bersikap otoriter. Dia justru menganggap para karyawan nya seperti keluarga sehingga terciptalah keterbukaan dan hubungan yang harmonis antara pimpinan dan karyawan. Jika hubungannya baik tentu saja akan mempengaruhi pekerjaan sehingga mendapat hasil yang baik juga.
Agenda hari ini Aya akan ke Jakarta menghadiri undangan dari GAPOPIN pusat (Gabungan Pengusaha Optik Indonesia). Aya adalah pengusaha optik di kotanya. Sekarang optiknya sudah mempunyai empat cabang. Ketika ada keperluan ke luar kota Aya selalu mengajak satu atau dua orang karyawannya untuk menemani.
Tadi mereka berangkat siang hari sekitar pukul 11.45 kemudian mobilnya berhenti di Rest Area SPBU untuk mengisi bahan bakar dan sekalian menyuruh Lia dan Hendi untuk makan siang dan salat zuhur. Sementara Aya memutuskan untuk jalan-jalan di sekitar Rest Area karena sedang datang bulan serta perutnya belum terasa lapar. Sehingga tadi terjadilah insiden pertemuan Aya dengan pria bernama Rizal.
"OMG... itu cowok ganteng bingit," tiba-tiba Lia berseru ketika mobil melaju, matanya menangkap seorang pria yang sedang berjalan berpapasan dengan mobil yang ditumpanginya.
"Yang mana?" gumam Aya sambil celingak celinguk.
"Itu Teh yang lagi jalan," jawab Lia. Aya menoleh dan matanya menuju orang yang ditunjuk oleh Lia.
Itu kan cowok yang tadi. Eh tapi memang dia ganteng sih. Aya bergumam dalam hati..
"Iya kan Teh ganteng... iya kan, iya dong, bener kan, bener dong!" ujar Lia bersemangat yang hanya dibalas senyuman oleh Aya dan sebuah jitakan oleh Hendi.
"Mata elo tuh harus diruqyah, ga bisa liat cowok bagusan dikit!" seru Hendi.
"Eh itu tadi emang ganteng kaleee. Emangnya elo tiang listrik di pakein bedak dan lipstik juga pasti di bilang cantik... Hahaha..." Lia tertawa dengan sangat keras dibalas oleh Hendi dengan melotot.
"Tom n Jerry nih ribut aja nanti kalian berdua tak kawinin nih," Aya menggoda keduanya.
"Ih ogah!" sungut Lia.
"Gua juga ogah kali," balas Hendi. Aya hanya tersenyum melihat tingkah keduanya.
Ketika suasana hatinya sedang terluka seperti ini Aya sengaja menyibukkan diri dengan kegiatan pekerjaannya. Daripada di rumah malah akan stres karena terus memikirkan masalahnya. Ketika bertemu dengan para karyawannya ada saja hal yang bisa membuat Aya tersenyum dan tertawa. Aya adalah anak bungsu jadi tidak memiliki adik sehingga dia menganggap para karyawannya sudah seperti adik sendiri.
"Oya nanti kita sekalian belanja frame ya, mudah-mudahan waktunya sempat... yang sudah mulai kosong frame model apa ya?" tanya Aya.
"Frame anak Teh yang sudah mulai kosong, kemarin ada customer anak-anak untung jadi padahal pilihannya udah tinggal sedikit," jawab Lia.
"Ok, semoga nanti sempat ya, kalau tidak sempat biar kita lihat-lihat dulu modelnya biar kita pesan saja, nanti suppliernya saja yang suruh datang ke toko," sahut Aya sambil membuka tas miliknya dan mencari-cari sesuatu di dalam tas. Aya terus merogoh tas karena belum menemukan yang dicarinya, sampai akhirnya dia mengeluarkan isi tasnya dan tetap saja dia tidak menemukan dompetnya.
"Ya Allah dompet ke mana nih... kok ga ada!" Aya berkata dengan nada cemas.
"Di tas ga ada, Teh?" tanya Lia.
"Ga ada, tuh coba lihat geh!" Aya menunjukkan tas dan isinya yang sudah berserakan di samping tempat Aya duduk.
"Coba Teh, cari di bawah takut jatuh ke bawah," Hendi menimpali.
"Ga ada juga."
"Coba Teteh ingat-ingat lagi, tadi Teteh sebelum berangkat dibawa ga dompetnya, apa jangan-jangan tertinggal di rumah," ujar Lia.
Aya mencoba mengingat dan dia ingat bahwa tadi dia memberikan uang kepada pria yang ia temui di Rest Area tadi.
"Ini mah teteh yakin dompetnya tertinggal atau jatuh di Rest Area tadi... ya sudahlah kalau masih rezeki pasti nanti dompetnya balik lagi, kalau ga balik lagi berarti memang bukan rezeki."
"Teh di dompet ada ATM-nya kan, langsung hubungi Bank Teh biar kartunya segera diblokir," Lia mengingatkan.
"Oh iya terima kasih ya, sudah mengingatkan." Aya langsung menghubungi pihak Bank. Ada tiga kartu ATM di dompetnya sehingga Aya harus menghubungi tiga Bank. Aya adalah nasabah prioritas di ketiga Bank tersebut.
Mobil terus melaju membelah jalanan menuju Jakarta.
*************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Nurcahaya Sebayang
tor.....masa kartu ATM hilang di blokir????? mana lah bisa org ngambil nya klo gak tau PIN nya tor.....?
2021-10-02
0
Nurcahaya Sebayang
tor.....masa kartu ATM hilang di blokir????? mana lah bisa org ngambil nya klo gak tau PIN nya tor.....?
2021-10-02
1
Reyns
yeeeeee ada logat serangnya "geh" hehhehee
2021-08-31
0