Kini Aeleasha tengah didandani para perias, tubuhnya berbalut gaun pernikahan. Aeleasha tampak sangat cantik menggunakan gaun yang berwarna putih itu, dengan perpaduan make up yang sedikit dewasa membuat dirinya terlihat sangat dewasa.
Aeleasha keluar dari kamarnya, Jiko, Bea, dan Fika tengah menunggunya diruang tamu. Jiko tersenyum hangat menatap Aeleasha, Aeleasha jadi sedikit salah tingkah.
"Kamu pergilah dulu, kami akan menyusul." Kata Jiko menutup pintu mobil itu, dia hanya bisa mengantar sampai sini.
Aeleasha menganggukkan kepalanya paham, Jiko menyuruh supir itu menjalankan mobilnya. Mobil itu bergerak meninggalkan rumah yang banyak sekali kenangan bagi Aeleasha.
Aeleasha menatap keluar jendela, pohon-pohon yang tertanam ditengah jalan seperti tengah berlari melewatinya. Mobil itu berhenti disebuah gereja besar dan megah.
Para repoter tengah berbaris disana, membuat jantung Aeleasha berdegup sangat kencang. Aeleasha dikejutkan dengan seorang pria membuka pintu mobil mengulurkan tanganya.
Aeleasha menatap tangan itu, lalu menatap pemilik tangan itu. Aeleasha meraih tangan pria itu. Dia tersenyum kaku, mereka berdua berjalan bersama memasuki gereja. Para wartawan memotret foto mereka berdua.
Jantung Aelesha makin berdegup kencang saat mereka sudah berada diatas altar pernikahan. Pendeta melangkah maju berdiri ditengah mereka. Aeleasha melirik kebangku yang biasa digunakan untuk para umat duduk.
Tidak ada seseorang pun yang datang dipihak pria, Aeleasha melirik kebangku yang satunya. Dan tidak ada, Papa Jiko, Ibu Fika,dan Bea tidak ada disana. Mereka tidak datang, hanya Aeleasha sendiri.
"Apa tadi katanya? Hah... tidak bisa dipercaya." Kata Aeleasha dalam hatinya, dia mengigit bibir bawahnya. Pendeta memulai acara, sumpah pengantin wanita dan pria tengah diucapkan, hanya tinggal bertukar cincin.
Seorang gadis kecil datang menghampiri Aeleasha dia membawa cincin kedua mempelai, Aeleasha mengambil cincin itu dan dikuti Pria itu yang tidak lain adalah Aciel Aarava Carnier.
Aciel memasangkan cincin dijari manis Aeleasha dan begitu juga sebaliknya dengan Aeleasha. Selesai bertukar cincin Aciel mencium kening Aeleasha, tentu saja para wartawan juga memotret.
Aciel dan Aeleasha meninggalkan gereja menuju apertemen milik Aciel. Jantung Aeleasha masih berdegup kencang, suaminya sangat tampan dan murah senyum, Aeleasha tidak berani menatap Aciel jadi dia menundukkan kepala sampai apartemen milik Aciel.
Ceklek
Pintu Aparetemen terbuka sendiri, para pelayan berhamburan keluar melayani majikannya. Aciel berjalan masuk dengan muka datar, senyuman yang tadi berada digereja hanyalah senyuman palsu. Aciel megeluarkan sifat aslinya sekarang.
"Kenapa kamu mengikutiku?" Kata Aciel dengan dingin, dia menatap Aeleasha sinis.
"La-lalu dimana kamarku?" Tanya Aeleasha dengan nada yang pelan, "Kamu bilang apa?" Aciel sedikit menaikan intonasi suaranya.
Seketika membuat Aeleasha sedikit terkejut, kemana sifatnya yang ramah tadi, dan senyumannya itu. Muka Aciel sekarang tidak ada senyuman hanya ada tatapan sinis dan muka datar.
"Itu kamarmu." Kata Aciel menunjuk pintu gudang, dia masuk kedalam kamarnya.
Aeleasha membuka pintu yang ditunjuk Aciel, banyak debu berterbangan saat Aeleasha membukanya. Aeleasha menekan tombol lampu tapi lampunya tidak menyala.
Disana sangat gelap, Aeleasha hanya melihat sebuah lemari besar, beberapa kardus, dan beberapa barang yang tidak lagi digunakan disana. Tidak ada kasur ataupun karpet yang bisa dia gunakan.
Aeleasha hanya bisa menghela napas panjang dan dia sangat lelah sekarang. Aeleasha duduk diujung tempat, dia menyandarkan kepalanya dilemari, meringkuk memeluk lututnya.
"Lupakanlah keluargamu Aeleasha, kamu sekarang memiliki suami jadi kamu harus merawatnya." Tekad Aeleasha, dia tertidur dalam keadaan duduk.
...****************...
Aeleasha terbangun dari tidurnya, karena teriakan Aciel yang sangat nyaring. Aeleasha keluar dari sana menghampiri Aciel yang tengah marah-marah.
"Gadis bodoh, kenapa kamu menaruh kopermu disini apa kamu tidak bisa memindahkannya." Bentak Aciel, memaki Aeleasha. Para Pelayan hanya bisa menuduk mereka tidak punya kekuasaan untuk melawan Aciel.
"Ma- Maaf aku akan segera memindahkannya." Kata Aeleasha gelagapan, dia takut dengan Aciel.
"Mulai saat ini kamu yang akan mengurus rumah ini dari bersih-bersih hingga memasak, jadi para pelayan ini sudah tidak perlu lagi." Kata Aciel menyeringai sinis.
"Ta-Tapi aku..."
"Tidak ada tapian, disini hanya ada Bi Rami dan Pak Zito sisanya dipecat." Teriak Aciel, lalu melangkah masuk kedalam kamarnya.
Aeleasha mengigit bibir bawahnya, dia hruas sabar menghadapi suami yang emosinal itu. Para pelayan bersambut riang, mereka tidak perlu repot-repot mengurus tuan muda yang dingin dan arogan ini lagi.
"Nona..." Panggil Bi Rami, dia menepuk pundak Aeleasha karena Aeleasha tampak sangat cemas.
"Tidak Bi jangan panggil Nona panggil aku Aeleasha, tapi apa boleh aku memanggil Bi Rami dengan sebutan Ibu?" Tanya Aeleasha dengan hati-hati.
"Tentu No.. Aeleasha, Ibu senang sekali." Kata Bi Rani tersenyum bahagia.
"Ibu akan memberikan daftar apa yang makanan yang disukai tuan muda besok. Aeleasha, sekarang kamu bisa tidur." Jelas Bi Rami.
"Em.. Bu Aeleasha boleh minta satu batang lilin gak?" Tanya Aeleasha, Bi Rami menyernitkan keningnya bingung, tapi dia tetap memberikan Aeleasha satu batang lilin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Ayu Juni
benci jadi cinta
2024-06-04
0
panty sari
ga pnya perasaan masa di kasih kamar gudang tanpa kasur pula dasar orkay pelit
2024-06-03
0
Jamilah milah
ntar jg bucin itu laki y
2024-05-16
5