ANNA-05

...🍁🍁🍁...

Saat bangun keesokan harinya. Aku segera membersihkan diri dari bau obat-obatan yang masih sengat membaui tubuh ku. Aku masih ingat apa yang telah terjadi padaku di hari sebelumnya. Karena itulah, pagi ini aku berniat untuk meminta maaf kepada mom dan juga Dad. Orang-orang yang selalu menjagaku dan juga memberikan cinta serta kasih sayang yang tidak aku dapatkan dari keluarga ku.

Setelah keluar dari kamar di lantai dua, aku berniat mendatangi mom. Di jam seperti ini, biasanya mom akan berada di dapur dan membuat sarapan untuk ku dan juga Dad. Namun belum lagi aku menuruni tangga, samar-samar aku telah mendengar sedikit percakapan mereka.

Mom dan Dad lagi-lagi mencemaskan aku.

Aku selalu merasa tak enak hati karena telah membuat mereka mencemaskan diriku seperti ini. Selama ini, mereka telah melakukan yang terbaik untuk kepulihan dan juga untuk kebaikan ku.

Mereka hanya menginginkan yang terbaik dan juga selalu memberikan yang terbaik yang bisa mereka lakukan untuk menunjukkan ketulusan mereka. Tapi dengan egoisnya, aku hanya memikirkan kesedihan dan juga penyesalan yang telah ku alami. Aku hanya terus terpuruk dalam luka-luka ku. Aku telah membuat orang lain menderita karena diriku. Betapa lemahnya diriku. Aku sungguh ingin membalas kebaikan mereka.

Dan memang sudah seharusnya lah aku membalas semua kebaikan yang mereka berikan kepada ku. Atau setidaknya, aku tidak lagi harus membuat mereka terus-menerus mencemaskan diriku seperti saat ini.

Tapi selama ini yang aku lakukan justru sebaliknya, aku hanya bisa lari sebagai seorang pengecut ketika di hadapkan dengan semua pahitnya kenyataan yang telah ku terima.

Seharusnya aku bersyukur atas kesempatan kedua yang aku terima untuk tetap hidup dalam keluarga ini. Seharusnya aku menjalani kehidupan ku dengan lebih baik. Tapi kenapa rasanya begitu sulit.

Aku tidak tau takdir seperti apa yang akan ku jalani nanti. Aku pun takut untuk membayangkannya. Sempat terlintas di pikiran ku, ketika aku ingin mengakhiri hidupku sebelumnya, bahwa itulah satu-satunya cara untuk mengakhiri semua kepahitan dalam hidup ku, tapi nyatanya takdir justru membuat ku berada di dalam kehidupan yang jauh berbeda.

Tapi apapun itu, seharusnya aku tidak menjadi seorang pengecut. Seharusnya aku bisa melihat betapa tulusnya semua perhatian dan juga cinta yang Fred dan Maria berikan kepada ku.

Aku tidak bisa selalu lari dan lari dari semua ini. Aku harus menghadapinya. Aku harus berubah. Aku harus membalas semua kebaikan yang ku terima dengan hidup ku.

Tujuan ku saat ini adalah kebahagiaan Fred dan Maria, orang yang ku panggil sebagai mom dan Daddy ku. Bukan orang lain. Tapi mereka. Aku harusnya memikirkan perasaan mereka sebelum menjadi diriku yang egois.

Maafkan aku mom, Dad. Seharusnya aku tidak membuat kalian seperti ini.

Di dorong oleh rasa bersalahku, dan juga keinginan ku untuk berubah, aku kembali melangkahkan kaki dengan menimbulkan sedikit suara agar mereka menyadari keberadaan ku. Aku tidak tahu bagaimana harus menyela atau memulai percakapan. Ini masih terasa asing bagiku.

Dan benar saja, saat mengetahui aku berada di dekat mereka, raut wajah mom dan Dad seketika berbinar bahagia. Aku sedikit lega melihatnya. Meskipun tahu mereka berusaha menunjukkan wajah itu.

"Sayang, kau sudah bangun? bagaimana perasaan mu pagi ini?" Dad menyambut ku dengan hangat. Dad juga membiarkan aku untuk duduk di sebelahnya.

"Aku baik-baik saja Dad, mom." Ku lihat wajah mom yang masih menunjukan kegelisahan. Ah, baiknya wanita ini. Andai saja, mom ku dulu seperti dirinya.

"Maafkan aku karena membuat kalian khawatir." kataku dengan tulus. Saat itu aku melihat wajah Dad dan Mom sama-sama tersenyum maklum atas apa yang sudah menimpaku..

"Jangan katakan itu sayang, kami mencintaimu. Kau tidak melakukan sesuatu yang Salah." tangannya yang hangat menyentuh wajah ku lembut.

Aku merasa sangat bahagia atas perlakuan yang aku terima dari kedua orang di hadapan ku ini. Kini saatnya aku lah yang membuat mereka bahagia.

"Dad, aku punya permintaan." kataku dengan berani. Ah, atau tak tahu malu tepatnya. "Apa itu sayang? katakan lah. Dad akan lakukan apapun untuk mu." kata-kata Daddy membuat ku semakin berani mengatakan apa yang ku pikirkan sebelumnyanya. Meskipun ini pemikiran yang asal-asalan, tapi aku sudah bertekad.

Dengan hati-hati, aku bicara sambil melihat kepada mom dan Daddy yang juga memberikan perhatian kepadaku. "Bolehkah aku mengikuti sekolah bisnis? jika boleh, aku juga ingin bekerja di perusahaan Dad.-

"Aku tidak ingin posisi khusus, aku akan belajar dari awal. Aku hanya ingin memulai kehidupan ku, dan aku pikir.." Kenapa begitu sulit mengatakan isi hatiku. Rasanya mulutku begitu sulit untuk di ajak bekerja sama.

"Anna. Anna, sayang. Dengarkan Dad." Daddy menyentuh tanganku, dan ah, mata itu. Mata Dad sangat menenangkan. Tak ada apapun di dalamnya selain cinta dan ketulusan.

"Kau bisa melakukan apa saja yang kau inginkan, termasuk bekerja di perusahaan Dad. Kau bisa melakukan itu. Kami akan senang jika kau mau keluar dari rumah dan menikmati kehidupan mu seperti yang seharusnya." Saat itu Dad memeluk ku dengan perasaan yang aneh, dan hatiku pun merasakan hal yang sama. Aku merasa hangat dan bahagia.

"Asalkan kau berjanji untuk menjaga dirimu dengan baik, maka kau boleh bekerja bersama Daddy. Bagaimana sayang, kau setuju dengan itu?" Dady beralih ke mom untuk menanyakan pendapatnya.

Aku dan Daddy sama-sama mengalihkan perhatian kepada mom dan menunggu jawaban darinya, karena apapun yang Daddy katakan, jika mom tidak menyetujuinya, maka semua itu tidak akan terjadi.

Aku sempat melihat binar kecemasan di mata mom saat aku dan Dad menunggu persetujuannya. Aku bisa mengerti jika mom mengkhawatirkan ku sampai seperti ini.

Selama ini, mom lah yang paling di susahkan saat mengurus diriku yang terus sakit-sakitan. "Lakukan saja sayang. Lakukan apa yang kau inginkan jika memang itu akan membuat mu bahagia. Mom akan mendukung mu." Aku hampir menangis saat menatap mata mom yang berbinar,

''Tapi ingat, jika kau tidak bisa menjaga kesehatan mu dengan baik, maka berjanjilah bahwa kau akan menjalani pengobatan mu dengan rutin termasuk terapi mu." kata mommy, memperingati ku.

Mom sangat tahu jika aku tidak menyukai sesi pengobatan terapi itu. Aku tidak gila. Mental ku tidak terganggu. Aku hanya merasa terluka dan juga terlalu pengecut untuk mengakui betapa malangnya diriku saat ini.

Tapi aku tidak bisa membantah mom. Akan ada konsekuensi yang harus ku tanggung dari keputusan ku. Aku tidak bisa takut sekarang. Aku hanya perlu menjaga diriku, dan juga jantung yang berdetak di dalam dadaku dengan baik.

Dengan begitu, aku akan bisa membahagiakan mom dan Daddy, serta membalas semua kebaikan yang telah ku terima.

Aku memeluk Mom dan Dad secara bersamaan. Perasaan ku menjadi lebih baik dan hatiku berubah hangat saat mendapatkan kepercayaan mereka.

"Terima kasih Dad, Mom. Aku akan menepati janji ku. Aku akan menjaga diriku dengan baik dan juga rutin menjalani pengobatan ku. Aku janji akan melakukan yang terbaik." Janji ku pada keduanya.

"Kami akan mendukung mu sayang."

Saat itu, untuk pertama kalinya aku bisa melihat tawa lepas dari Mom dan Dad. Dan aku berniat akan terus mempertahankan tawa mereka yang seperti ini. Akan ku lakukan sebaik mungkin.

"Nah, jadi, kapan kau ingin mulai dengan belajar yang kau maksud tadi?"

"Secepatnya Dad. Kau tau, sebenarnya aku adalah murid yang cukup pintar saat disekolah. Jadi aku rasa aku akan belajar dengan cepat." ucapku sedikit menonjolkan kelebihanku.

"Kalau begitu baiklah, Dad akan panggilkan seseorang yang bisa mengajari mu tentang ini dengan benar."

"Terima kasih Dad. Akan ku lakukan yang terbaik."

"Eeeiittss, Sebelum itu, bagaimana jika kau dan Daddy lebih dulu memulai sarapan kalian. Kau akan telat sayang." Kata Mom kepada ku dan Daddy.

"Kau benar sayang. Aku ada meeting penting hari ini. Sebaiknya aku bergegas."Binar bahagia di wajah Daddy membuat hatiku merasa begitu lega. Apakah aku sudah melakukan hal yang benar?

"Itulah yang ku maksud sayang.- Dan Kau gadis kecilku, habiskan juga sarapan mu. Setelah ini kita harus menemui dokter Raka."

"Yes Mom, laksanakan."

...🍁🍁🍁...

...Rumah Sakit...

Pukul sepuluh pagi, aku dan Mom sudah berada dirumah sakit. Sebelumnya mom sudah membuat janji temu dengan dokter Raka.

Dokter yang akan merawat ku sekarang. Sebelumnya aku di rawat di rumah sakit yang berbeda, tapi karena rumah sakit itu berada cukup jauh dari rumah ku, mom dan Dad memilih untuk memindahkan aku kerumah sakit yang baru.

Dan disinilah aku sekarang, akan bertemu dengan dokter jantung yang mengambil alih peran untuk menangani serta mengawasi pemulihan tubuh ku.

Aku berharap agar hasil pemeriksaan hari ini berjalan dengan baik. Dengan begitu, aku bisa memulai kegiatan baru secepatnya. "Tuhan, ku mohon sehatkan jantung ini."

"Miss Hanna Grace. Sekarang giliran anda."

Pemberitahuan dari perawat membuat aku dan mom segera beranjak untuk menemui dokter baru ku. "Hati-hati sayang, biarkan mom yang membawa semua ini."

Aku hanya tersenyum, enggan menolak perhatian yang mom berikan padaku. "Baiklah mom."

Ditemani oleh perawat, aku dan mom memasuki ruang pemeriksaan milik dokter Raka. "Semoga bukan dokter tua yang cerewet." doaku dalam hati.

"Dokter, pasien anda disini. Miss Hanna Grace." perawat itu lagi-lagi menyebutkan namaku sembari tersenyum.

"Persilahkan mereka masuk." Perawat itu kembali melihat kepadaku dan juga mom kemudian berkata; "Silahkan Miss." kami pun masuk.

Ruangan dokter Raka, tidak jauh berbeda dari ruangan dokter yang sebelumnya sering ku temui. Bau antiseptik dan juga kaporit yang cukup menyengat langsung menusuk hidung begitu kami memasuki ruangannya.

Tapi tidak hanya itu, ada sesuatu yang berbeda dan juga familiar. Wangi maskulin dari tubuh pria dewasa, bukan orang tua. Apa ini hanya perasaan ku saja?

"Silahkan duduk." Kata dokter yang menyambut kami dengan ramah. Seorang dokter muda, dengan rahang kokoh namun terlihat lembut. Tampan, dan juga sangat maskulin.

Tunggu! apa yang ku pikirkan?

"Aunty, bagaimana kabar mu?" Aunty? Apa mom mengenal dokter Raka?

Mom sepertinya sama terkejutnya dengan ku saat dokter Raka tidak bicara kepada kami dengan bahasa formal; "Kabar? Kabar ku baik-baik saja Nak. Seperti yang kau lihat sekarang. Aku membawa putri ku pagi ini seperti yang kau minta. Kau bisa memeriksanya sekarang." Mom tersenyum canggung sambil melirik kepadaku. Apa ada yang tidak aku ketahui?

Ah, tentu saja aku tidak tau apapun. Aku terlalu sering mengurung diri dari pada menghabiskan waktu bersama mom meskipun hanya untuk berbincang-bincang tentang hal kecil. Terutama membicarakan diriku. Kau terlalu takut di diskriminasi.

Seakan menyadari kebingungan ku, dokter Raka tersenyum ramah dengan tatapan yang tak bisa ku artikan.

"Aku adalah teman baik mendiang putri Aunty saat di universitas. Kami cukup dekat saat itu. Kau sedikit mengingatkan aku tentangnya." jelas dokter Raka, lalu tersenyum. Apa artinya senyum itu. Apa dia tahu semuanya?

Deg..

Deg..

Carmella..

Apa dokter Raka juga tahu jika jantung Carmella ada padaku? apakah karena ini sebelumnya mom terlihat terkejut saat dokter Raka justru bicara dengan bahasa sebagai seorang kenalan di bandingkan dengan dokter dan pasien,

"Bisa ku lihat laporan pemeriksaan pasien sebelumnya Aunty?" kata dokter Raka, memutuskan sedikit ketegangan yang ku rasakan. Masih dengan kecanggungan yang sama mom juga menyerahkan semua hasil pemeriksaan ku yang terbungkus rapi di dalam paper bag dari rumah sakit sebelumnya.

"Tenanglah Anna. Tenanglah!"

Setelah melakukan beberapa pemeriksaan bersama dokter Raka, akhirnya aku bisa segera meninggalkan ruangan yang penuh atmosfer aneh itu. Berada di tempat yang sama dengan seseorang yang mengenal pemilik jantung yang ada di tubuh ku, sungguh membuat nyali ku menciut dan merasa terintimidasi.

Di tambah lagi dengan sikap dokter Raka yang terlihat bersahabat namun seperti menyimpan sesuatu yang bisa menjungkirbalikkan perasaan ku. Jujur, aku merasa tak nyaman berada di ruangan yang sama dengannya.

"Kau baik-baik saja sayang? Apa kau lelah, wajahmu terlihat pucat." tanya Mom menyentuh pelan pundak ku. Seperti nya lagi-lagi aku membuat mom cemas.

Aku mencoba menarik bibirku agar mengeluarkan senyuman seraya berkata untuk meyakinkan mom, "Aku tidak apa-apa mom, bisa kita kembali sekarang?" pintaku mencoba bersikap setenang mungkin.

Oh God. Tolong jangan pertemukan aku dengan dokter Raka lagi.

Meskipun terlihat pengecut, tapi sungguh. Aku belum siap siapa pun mengetahui rahasia ku selain dari Mom dan Dad.

"Sus, tolong sambungkan panggilan ku pada rumah sakit pasien sebelumnya. Aku ingin bicara pada dokter Jantung yang merawat gadis itu." perintah Raka pada suster pendampingnya.

"Baik dokter."

..."Apa Hanna adalah adik Carmella? kenapa aku tidak mengetahui tentang hal ini? jika di lihat dari usianya, wajar saja jika aku tidak mengenalnya. Tapi apakah mungkin?''...

Terpopuler

Comments

@ Teh iim🍒🍒😘

@ Teh iim🍒🍒😘

Anna ma author semangat 💪💪🥰😍

2021-01-03

1

👑 Mellysa 💣

👑 Mellysa 💣

Akhirnya Anna sudah mau keluar dari keterpurukkan & kesedihannya. Dan juga dapat menerima nasibnya saat ini. Mudah2an kedepannya akan selalu ada hal baik yg menghampiri hidup Anna. 😊😊😊😊😊

2021-01-03

8

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!