Aku gak tahu berada dititik mana apa aku berada dititik antara cinta atau kebencian atau mungkin aku bisa menjadi apa yang aku inginkan, sebenarnya aku gak mau bersikap seolah-olah aku terlalu sok tahu atau sok polos, hanya saja aku tak bisa berkata-kata aku tak mampu membohongi perasaanku dan juga tak bisa membodohi akal dan juga fikiranku.
Aku rindu Jakarta dan juga aku rindu Arsya, tapi bagaimana dengan Jordhi?
"Nasya, kamu lagi apa?" Tanya Riki
Sosok cowok yang berbadan tinggi dan bermata sipit dia sangat baik dan tampan. Tetapi dia berbeda dua tahun denganku, dia memang selalu dekat denganku apalagi waktu kami SD dulu.
Kini aku sedang di Bandung menikmati hari-hari ku supaya aku bisa belajar arti kehidupan dan juga kerinduan, tapi aku juga tak menampik bahwa aku juga sayang sekali sama Riki dia juga merupakan sahabat sejati ku, dulu kami selalu bermain sepeda di dekat danau samping rumahku. Riki termasuk anak orang kaya dan terkenal di Bandung ayahnya seorang pemilik resort dan juga tempat penginapan beserta tempat liburan di Bandung. Dan ayahnya bersama ayahku juga mempunyai hubungan kerjasama, sedangkan ibunya adalah pemilik butik dan seorang desainer.
Aku gak tahu kenapa aku bisa dekat dengan Riki dia sangat baik dan juga dia adalah satu-satunya temanku. Karena semasa kecil aku mendapatkan perlakuan tak pantas aku selalu di bully karena aku anak orang kaya, mungkin karena aku merasa aku dan Riki memiliki persamaan akhirnya aku dan Riki menjadi sahabat hingga kini, meski sekarang aku sudah tinggal di Jakarta dan sementara Riki tinggal di Bandung.
"Enggak aku lagi..."Jawabku
"Jangan bengong ajah, nanti kesambet lebih baik kita main di dekat bibir danau sana aja yuk" Ujar Riki
"Owh .ok" Jawab ku
Rasanya semua berubah sejak kedatangannya
Aku gak tahu kenapa tiba-tiba Nasya kembali ke Bandung apa dia hanya menginap beberapa malam saja atau akan tinggal di Bandung lagi seperti dulu tapi kenapa dia hanya sendiri kenapa tidak dengan papa mamanya. Rasanya aku ingin terus bersamanya karna aku rindu senyum manis Nasya seorang teman dan sekaligus sahabat, tetapi perasaan apa yang muncul dalam hatiku kenapa rasanya aneh?.
Persahabatan itu seperti permen kapas rasanya manis banget, ada rasa cinta, kenangan dan juga kerinduan bahkan ada juga rasa cemburu penghianatan dan hal-hal konyol. Ya itulah persahabatan, kadang terasa garing kayak renjinang, dan seperti kacang asin yang baru dikupas. Kalau Sahabat kamu? Punya rasa apa?
Aku hanya ingin kamu tahu meski dalam kejauhan aku selalu ada untukmu, meski semua cinta yang ku beri mungkin tak sebesar dengan pengorbanan yang kau beri untukku.
Ketika hujan datang, aku tidak akan bisa bermain ditaman. Taman ini adalah taman yang paling indah aku paling suka saat bisa bermain dengan Nasya dia adalah sahabatku kami sejak dahulu sering bermain bersama bermain layang-layang. Entah kenapa meski padahal tadi cuacanya cerah tapi kenapa tiba-tiba jadi hujan begini, aku dan Nasya pun basah kuyup dan kami mulai berteduh di bawah rindang pohon yang besar. Saat aku berteduh aku sangat kedinginan dan kemudian aku memberikan jaketku untuk Nasya.
"Pakai ini biar kamu gak kedinginan" Ujarku
Sembari tersenyum aku memakai jaket yang dipinjamkan Riki.
Entah kenapa sore ini langit tak mendukung kami berdua, aku dan Nasya sangat dekat kami berdua sering bermain bersama sampai dikira berpacaran padahal aku dan Nasya hanya sebatas teman. Hujan gemercik hampir reda, dan tinggal tetes demi tetes, kemudian tiba-tiba ada suara dari kejauhan memanggil nama Nasya. Ternyata Bi Mira yang membawakan payung untuk kami berdua, untung saja Bi Mira cepat datang aku gak tahu harus bagaimana karena rasanya seperti sudah masuk angin di tambah aku flu.
Tak terasa hari sudah menjelang malam aku pun beranjak pulang, kemudian kami pulang ke rumah masing-masing. Lelah rasanya karna dari tadi sore kami sudah main di tepi sungai dekat sekolah. Biasanya kami hanya jalan-jalan saja karna biasanya di area dekat sekolah kami belum banyak anak-anak yang main di daerah sana, tapi sekarang sudah mulai banyak pemukimannya. Hampir setahun semuanya berubah di area dekat tepi sungai yang dahulu masih asri, sekarang sudah banyak pemukimannya. Awalnya aku merasa sedih karna sudah tak dapat lagi main di area dekat tepi sungai itu tapi karna sudah banyak pemukimannya, jadi kami jarang main disana lagi. Lagi pula ditambah dengan dijadikan area bermain anak-anak di desa tersebut jadi tambah ramai serta limbah rumah tangga juga ikut menambah ketidak nyamanan kami saat melihatnya.
Saat ini aku bertanya pada kerumunan bintang dibawah heningnya malam, didasar langit yang sejuk bersama diterangnya sinar rembulan. Saat ini cahaya sangat indah namun bintang tak kunjung datang dan begitu pula sinarnya yang meredup. Saat itu aku bertanya padamu "kamu mau kemana?" Rasa-rasanya sudah tiada kata lagi yg bisa kau ucapkan sejak datangnya pagi dimusim semi.
Selagi sunyi begini mendengarkan musik adalah hal yang paling mengasikan apalagi dengan lagu akustik di MP3 ponsel ku, saat itu aku gak sadar kalau itu lagu yang kamu ciptakan buat aku, lagunya indah dan enak didengarkan tapi kenapa makna dari cerita dilagu itu seperti kau menceritakan tentang diriku. Kala itu aku sembari tertidur dan diam hingga aku mengingat saat masa itu kau dan aku bersama.
Kala rembulan bersinar terdiam aku dibawah sinarnya, terbenam bersama dikegelapan sinar rembulan, tak terpikirkan mengapa tiba-tiba aku terus terdiam menatapi sinarnya rembulan kala malam itu. Lagi-lagi hanya terdiam dan tidak tahu harus berbicara apa, pada siapa dan dengan siapa.
Kemudian aku bertanya mengapa? Mengapa semua terjadi bagaikan teori fisika yang tak aku mengerti, bersama dengan rumusan matematika yang rumit untuk ku hitung. Seperti itu katanya seperti itu guraunya, semuanya bagaikan burung merpati putih yang terbang kemudian hinggap entah kemana dia berpindah dari tempat satu ketempat lainnya, ya seperti itulah dirimu yang tak ku kenal dan tak begitu pula ku rindukan.
"Sini aku bantu" Ujar Ardhi
"Gak usah biar aku ajah" Ucap Aqila
Sepertinya aku dan kawan-kawan akan berjalan dengan perjalanan panjang ditambah kami akan jalan-jalan ke Bandung.
Perjalanan Ke Bandung
"Jo, Lo duduk sini ajah!" Ujar Ardhi
"Gue kira Lo mau duduk sama Aqila" Ujar Jordhi
"Entah kenapa Arsya lagi pengen duduk sendiri kayaknya" Ucap Jordhi
Kenapa hari ini tanya aku bingung ada acara untuk jalan-jalan ke Bandung sementara itu perasaan galau.
Ujar Arsya dalam hati.
Kala rembulan bersinar terdiam aku dibawah sinarnya, terbenam bersama dikegelapan sinar rembulan, tak terpikirkan mengapa tiba-tiba aku terus terdiam menatapi sinarnya rembulan kala malam itu. Lagi-lagi hanya terdiam dan tidak tahu harus berbicara apa, pada siapa dan dengan siapa.
Kemudian aku bertanya mengapa? Mengapa semua terjadi bagaikan teori fisika yang tak aku mengerti, bersama dengan rumusan matematika yang rumit untuk ku hitung. Seperti itu katanya seperti itu guraunya, semuanya bagaikan burung merpati putih yang terbang kemudian hinggap entah kemana dia berpindah dari tempat satu ketempat lainnya, ya seperti itulah dirimu yang tak ku kenal dan tak begitu pula ku rindukan.
Rumit bagai alunan melodi yang terpampang terdengar dengan jelas tapi berkonotasikan sedikit negatif. Aku terus bertanya pada sang rembulan malam, "Rembulan akan kah sinarmu mampu menyaingi matahari?" Itu aku gak ngerti seberapa nyenyak tidurku pada malam itu. Andai kamu tau saat itu ya saat itu seperti gurauan belaka.
Biarlah mungkin sang bintang tak mau berkedip apa dia malu karna terlalu kecil diantara satu rembulan, kenapa rembulan hanya satu kalau rembulan gak ada apa masih bisa menyinari malam berarti malam akan gelap tanpa bintang dan juga tak akan bersinar dengan sang rembulan.
Di awal bahagia disaat aku bertemu dengannya disaat dia bersandiwara dengan suara lantangnya, saat itu hari berdesik sakit sungguh sakit meski dalam hati sungguh aku gak kuat menghadapi segala cobaan yang ada, cukup sudah mungkinkah aku mau memaafkan kau kembali meski kau. Kemudian kau terus ucapkan kata bujuk rayumu pada diriku, sementara bibir ini tak mudah berucap dan tak mudah bergumam hanya ini satu-satunya melodi indah dalam kenangan seperti harmoni cinta kala pagi menyapa. Cukup sudah, mungkinkah semua hanya ucapmu belaka atau hanya aku bergurau. Saat itu langitpun menangis seraya menetes di kejauhan aku melihat tetes demi tetes air hujan turun, mengiringi kesedihanku sajak demi sajak irama demi irama melodi demi melodi. Nyanyian apa ini? Aku tidak mengerti? Apakah ini kepedihan? Atau kebahagiaan?
Awalnya kau katakan padaku bahwa aku jahat, bukankah kau tak melihat bahwa kau terlalu membesar-besarkan ego, karna kamu lebih perduli dirimu dibanding diriku. Masa itu saat musim semi apa kau perduli saat deretan butiran bahwa daun berguguran. Detik demi detik nestapa yang kurasa begitu ungkapmu pada diriku. Hentika egomu kembalilah dan dengarkan kata hatimu.
Saat itu aku tak mengerti harus ke arah mana, antara tujuan, harapan, mungkin semua terasa sederhana tapi merumitkan seperti tugas dan soal yang sulit tuk dikerjakan membutuhkan konsentrasi lebih mendalam dalam mengisi jawaban dalam persoalan cinta.
Apa suara hati itu bagai melodi, atau nada-nada yang bersenandung dengan kelopak bahagia atau dengan penuh canda tawa, mungkin kau tak terlihat bahagia namun senyuman itu sungguh menimbulkan pertanyaan antara kebaikan dan kejahatan. Entahlah kamu tidak membiarkan ego mu supaya aku memiliki jawaban, apa sih? Terserah? Apa menurutmu aku tak punya perasaan? Apa menurutmu aku ...
Berhenti berbicara yang tidak-tidak terkadang kamu cerewet bawel ya begitulah kamu.
Seharusnya kamu jangan mendongak ke atas tapi lihat lah yang di bawah tapi jangan murung juga, sejajarkan antara yang di atas dan yg dibawah selaraskan antara yang dikanan dan yang dikiri. Biasakan meneropong ke vertikal dan horizontal, saat kau meratapi rasanya mungkin seperti tersayat hati, begitu saat kau resapi.
Siur semiring angin di awal bulan, tidak nampak burung dibawah rindangnya pepohonan. Begitupun mentari yang terbit memberi cahyanya tuk Sunari bumi, begitu pula angin semilir yg memberi warna terhadap senyuman di pagi hari. Bisarkan bintang nampak walau dia tak sebesar rembulan tapi ia cukup pula memberi kenangan manis dihati setiap orang, hari itu kami bernyanyi bersama tentang cinta suara sang burung yg berkicau menambah syahduhnya aroma hangat teh di pagi hari, tetapi kenapa sinar bintang ada di pagi hari? "Siapa dia?" Tanyanya sang pujaan hati di semilir angin langit pagi. Bagaimana aku tak bahagia jika mendengar suara merdu dari bibirnya yg merah merona itu, cinta apa? Ya hanya sebuah cerita cinta. Alunan melodi gitar di pagi hari menambah sejuknya udara di pagi itu, kala itu kau menyanyikan lagu "Terimakasih Cinta" seperti lagu yang tak asing di telingaku. Mengapa? Begitu tanyanya pada sang bidadari "ya, ini lagu yang khusus ku ciptakan untuk dirimu".
Pertemuan
"Eh lagunya yang enak dong" Ucap Jordhi
Entah kenapa Jordhi entah dikelas atau dimanapun dia selalu yang paling rame sedangkan Ardhi sibuk amin geger dan aku sibuk melihat jalan dan mendengarkan MP3, ditambah aku juga bingung dengan sikap Aqila yang ternyata dia duduk di bangku depan, dekat bangkuku.
Entah kenapa pak supir membawa mobil bus seperti membawa mobil balap karena cepat sekali, baru sampai Bogor dan tak kira sudah sampai Bandung sajah.
"Baik anak-anak siapkan diri kalian kita akan sampai Bandung" Ujar Bu guru seraya memberitahu muridnya supaya siap agar tak tertinggal.
Maklum saat pemberhentian di dekat rest area, Ardhi yang kebelet pipis hampir saja tertinggal bus, mungkin karna tampangnya yang absurd dia jadi gak kelihatan.
"Eh di lo kencing apa ngapain sih? Lama amat" Ujar Jordhi
Akhirnya teman-teman semua pada jadi rame dan ribut karena Ardhi jadi korban, dan di tertawakan teman-teman.
Rasanya kayak aneh gini meski galau, tapi masih bisa ketawa.
"Ye untung aja hmgue gak ketinggalan" Ujar Ardhi
Ketika ku jatuh hati pada seseorang alunan suara indah dengan senyuman, membuat cinta di tengah rembulan bersama mentari yang kan terus bersinar. Cinta yang memberi kesejukan di keheningan malam dan sayap-sayap merpati putih yang terbang beri sebuah tanda akan kehidupan, jangan biarkan sang hati berdusta kala ego menepis rasa cinta. Cukup sudah bahasa kalbu biarkan sang fajar menertawai rembulan malam kala sang mentari bercahaya meski sinarnya tak kau rasa, setetes embun pagi yang kala itu kau lihat biarkan saja dia membasahi pagi biarkan jangan berikan keraguan pada sang mimpi kala ku inginkan seseorang pengisi hati di jiwa yang sepi. Lantunan not demi not dengan penuh bahagia ku rangkai meski tak jua ku mengerti dan ku kenal kenapa? Ada apa dengan sepasang merpati putih yang hinggap di jendela kamar ini? Ada cerita apa yang akan ku petik ataukah ini hanya mimpi belaka? Biarlah sang merpati berterbangan. Mungkin sang fajar dan sayap-sayap burung patah melihat kita berseteru sehingga tak ada cinta. Biarkan sang Melodi menyanyikan lagu cinta dengan syahdunya, meratapi hati yang dengan elok di rasa, entahlah? Mungkin nyanyian tentang cinta atau tentang luka.
Biarkan api asmara menyemangati sang bidadari, biarkan sang fajar di ufuk timur berikan kehangatan di ujung senja. Cinta adalah rasa sempurna tidak semua orang memilikinya setiap rasa dan kisah dalam cinta baik dalam pengorbanan maupun kebahagiaan yang muncul, biarlah sang fenomena berikan kekayaan kemegahan dalam pesta cinta kala jantung ini berdebar berdegup kencang ingin ku pandang wajahnya dikeheningan malam dan ku bayangkan sebuah cincin melingkar di jari manisnya sang bidadari. Kala malam yang sunyi sepi dingin kau peluk aku dan beri kehangatan di malam itu dan kesejukan dengan tetap memandang indah wajah mu saat itu kau bisikkan kata cinta kau buat aku merajuk bahagia sambil merajut kebersamaan atas nama cinta, sungguh benih-benih cinta yang kau tumbuhkan setiap menit detik kau beri aku rasa itu dengan penuh ketulusan hati dengan siap memberi dan kau beri aku kesempatan meskipun aku tidak mengerti mengapa? Apa? Dan siapa diriku? Mengapa aku begitu mencintai? Mengapa aku begitu menginginkanmu. Lalu pandanganmu penuh liar menggodaku dengan tatapan polos namun dengan senyuman manis kau bakar hatiku dengan penuh kemewahan hati, terimakasih cinta atas apa yang kau beri.
Cinta Pertama
"Riki kamu tunggu disini ajah aku mau ngambil jaket dulu" Ujar Nasya
"Cuacanya sangat dingin aku gak kuat" tambahnya
Sepertinya apa ini waktu yang tepat untuk mengutarakan perasaanku ke pada Nasya terutama aku gak tahan dan kuat dengan rasa yang selalu aku pendam dan penantianku apakah akan berakhir bahagia.
Sementara itu tiba-tiba
"Nasya, bukannya itu Nasya ya?" Tanya Ardhi
"Eh iya itukan Nasya" Ujar Jordhi
Aku gak tahu kenapa Nasya ada di.... Tanya Arsya dalam hati
Aku gak tahu kenapa tiba-tiba Riki jadi bersikap aneh padaku dan aku benci ini kenapa aku tiba-tiba bertemu dengan Ardhi, Jordhi dan terutama Arsya dan teman-teman lainnya di tempat dan waktu yang seperti ini padahal aku sudah berniat untuk pergi jauh tapi malah ketemu di sini. Rasanya seperti berlari tapi akhirnya ketangkep juga.
"Kamu ngapain di sini?" Tanya Arsya
"Aku...."
Aku gak tahu harus bagaimana kini ada Riki dan juga Arsya di depanku mereka berdua bertemu dan aku harus bersikap bagaimana aku gak tahu harus bagaimana.
"Aku .....
Pertemuanku dengan dia, berawal dari kisah dibawah rindang pohon, saat itu kau mengajakku ke taman itu sore hari. Saat itu kau pandangi aku, dengan merah merona aku pun tersipu malu. Jauh dalam lubuk hatiku aku masih mencintaimu, disisi manapun kau memandang ku seperti kau mengajakku kedalam hatimu sambil melihat serpihan hati itu. Tak jua aku menangkap gambarnya "seperti membisu" begitu kata hatiku.
Dibawah rindangnya pohon itu sambil kau tuntun aku ke arah dedaunan disana banyak sekali daun yang berguguran, aku tak mengerti mengapa dia begitu lelap tertidur di bawah pohon itu. Kemudian aku melihat ke atas ya sang pohon yg begitu tinggi kekar dan besar seolah melindunginya dari sinar mentari sore kala itu.
"Ada apa?" Tanya dia sambil melihatku, aku hendak berbicara namun suaranya pelan sekali seakan-akan dia menyuruhku supaya tidak berisik. Seyogyanya janganlah berharap terlalu lebih nanti sang matahari tenggelam "bukankah sang malam akan datang?" Tetapi jangan tertekan olehnya karna kesejukan sore itu akan memberikan ke unikkan tersendiri jika sunset muncul. Sembari menunggu sunset muncul, kami pun bercengkrama bersama entah kenapa canda tawanya menimbulkan rasa bahagia aku begitu antusias mendengarkan ceritanya, mulai dari cerita yg seru lucu sampai ada juga cerita sedih. Ya banyak sudah yang ki lewati bersama meski begitu terkadang ada saja keributan yang kami lakukan tapi terkadang itu hanya sebuah bumbu dari kehidupan. Kala itu sunset muncul aku paling suka saat momen itu, karena saat itu aku bisa melihat indahnya matahari sore yang tenggelam dan timbulnya rembulan malam, sejuk hening dan indah cahyanya bagaikan fatamorgana. Cahyanya kala itu menutupi sang sore hingga akhirnya terbitlah malam.
Tak terasa hari sudah menjelang malam aku pun beranjak pulang, kemudian kami pulang ke rumah masing-masing. Lelah rasanya karna dari tadi sore kami sudah main di tepi sungai dekat sekolah. Biasanya kami hanya jalan-jalan saja karna biasanya di area dekat sekolah kami belum banyak anak-anak yang main di daerah sana, tapi sekarang sudah mulai banyak pemukimannya. Hampir setahun semuanya berubah di area dekat tepi sungai yang dahulu masih asri, sekarang sudah banyak pemukimannya. Awalnya aku merasa sedih karna sudah tak dapat lagi main di area dekat tepi sungai itu tapi karna sudah banyak pemukimannya, jadi kami jarang main disana lagi. Lagi pula ditambah dengan dijadikan area bermain anak-anak di desa tersebut jadi tambah ramai serta limbah rumah tangga juga ikut menambah ketidak nyamanan kami saat melihatnya.
Awalnya dia tersenyum saat menyapaku tetapi tiba-tiba dia menangis dia mengatakan padaku bahwa dia akan pindah sekolah di Jakarta. Aku pun merasa sedih, yang biasanya bisa sekolah dengan mengendarai sepeda bersama-sama kini aku hanya sendirian. Dia bilang katanya ayahnya di mutasi dan dia juga ikut, sementara itu dia sambil sedih menceritakan bahwa dia sebenarnya tidak mau ikut pindah ke Jakarta karna katanya dia mengkin tidak akan kembali lagi ke Bandung.
Bagaimana ini aku gak ngerti dan gak faham sama cinta ini?
Padahal baru waktu itu kita berjumpa dan berkenalan, kala itu aku sedang bersepeda ke taman dekat komplek rumah ku saat itu aku melihatnya main basket dekat lapangan komplek kemudian tidak sengaja bola basketnya mengenai aku dan aku pun terjatuh dari sepeda. Kemudian dia menolongku. Seperti nya wajahnya tak asing lagi, oh iya dia kan anak yang waktu itu menolongku di sungai. Ketika itu dia bingung sedang mencari anjing peliharaannya kemudian aku menemukannya, hari itu kami berkenalan dan kami sambil jalan-jalan di ketepian sungai dekat area taman sekolah. Tidak terasa sudah lama kami berkenalan dan menjadi sahabat kala itu.
Entahlah waktu seakan berjalan cepat dan kini dia akan segera pindah ke Jakarta.
Saat ini aku bertanya pada kerumunan bintang dibawah heningnya malam, didasar langit yang sejuk bersama diterangnya sinar rembulan. Saat ini cahaya sangat indah namun bintang tak kunjung datang dan begitu pula sinarnya yang meredup. Saat itu aku bertanya padamu "kamu mau kemana?" Rasa-rasanya sudah tiada kata lagi yg bisa kau ucapkan sejak datangnya pagi dimusim semi.
Selagi sunyi begini mendengarkan musik adalah hal yang paling mengasikan apalagi dengan lagu akustik di MP3 ponsel ku, saat itu aku gak sadar kalau itu lagu yang kamu ciptakan buat aku, lagunya indah dan enak didengarkan tapi kenapa makna dari cerita dilagu itu seperti kau menceritakan tentang diriku. Kala itu aku sembari tertidur dan diam hingga aku mengingat saat masa itu kau dan aku bersama.
Arsya aku gak kenal dia?
"Riki ini Arsya temanku di SMK" Ucap Nasya polos
Sepertinya aku gak asing dengan Arsya apa dia yang membuat Nasya menangis.
Jalan-Jalan
"Ye Bandung hu..hu..hu" Ujar Diana
Dia adalah sosok cewek yang aneh bawel dan cerewet teman sebangkunya Nasya meski begitu dia yang paling sering ribut sama Nasya sikapnya aneh dan juga unyu.
Aku gak ngerti kenapa bisa ketemu Nasya disini..
"Nasya ih kok kamu ada disini sih?" Tanya Diana
"Iya Diana aku lagi liburan aja kok" Jawab Nasya
Meski dibilang liburan ajah aku masih berasa khawatir karena tiba-tiba Nasya gak masuk sekolah tanpa sepengetahuanku ditambah nomornya gak aktif, dan aku telpon mamanya juga gak dijawab aku jadi bingung. Ditambah lagi dengan tiga cowok rese yang selalu deketin Nasya jadi ngajak ribut aku mulu, rasanya males banget aku kan gak bisa diginiin.
"Eh dia siapa?" Tanya Diana
"Ini Riki" Jawab Nasya
Aku gak tahu harus ngomong gimana ke temen-temen aku gak masuk sekolah lagi dan sekarang mereka sedang liburan di Bandung tapi ya sudahlah dari pada bikin aku es mosi.
Setiap orang memiliki impian dan cita-citanya masing-masing, begitu pula dengan Nasya gadis manis yang sederhana yang ceria dia memiliki sahabat dan teman-teman yang sangat baik dan mendukungnya dalam keadaan suka maupun duka. Bersama dengan tulisan sang bidadari bersayap dengan penuh tinta dia bersolek seperti sajak yang melingkar di jari manis. Cinta sang merpati putih di tengah malam beri siulan hangat bahagia, meski saat ini aku tak bisa tidur karnanya. Namun akan kah esok aku akan bahagia.
Nasya bersama Arsya antara cinta dalam kehidupan sajak, ditemani dengan Diana dan juga Aqila teman baru dan sekarang menjadi sang sahabat dengan penuh ketulusan cinta yang bersahaja namun penuh makna, biarka sang bidadari bertanya pada suara indah rintik hujan di heningnya malam antara cinta di pertengahan musik kala petikan gitar mu dengan penuh cerita kau alunkan nada-nada cinta. Apa yang kau rasa bagai sebuah pohon padi yang beraroma di musim panas kala semua petani siap untuk memanen begitu pula Cahya matahari yang akan memberi kesejukannya di pertengahan cerita, biarkan sajak demi sajak berkata biarkan indahnya manisnya senyumnya membuat aku bahagia.
Hari ini kami berkumpul bersama di sebuah cottage tempat yang sudah disewakan oleh pihak sekolah untuk kami menginap dan juga untuk beristirahat bersantai selama kami berada di Bandung, ditambah aku menjadi awkward banget karena bertemu Nasya yang cantik dengan temannya yang aneh dan sok keren maklum lebih kerenan aku dibanding dia. Aku gak tahu niatnya mau bersikap jaim dan cool seperti biasanya supaya kayak aktor-aktor Korea yang ganteng-ganteng itu tapi entah kenapa sekarang perasaanku jadi aneh gini dan ditambah aku jadi sedikit bodoh, btw males juga ngeliat Nasya sama tu cowok karena bikin hatiku nyeri gak karuan kayak toples Khongguan yang isinya Rengginang.
"Woy Arsya ngapain Lo bengong ajah?" Tanya Ardhi sampai ngagetin, entah dari mana datangnya Abang tukang siomay yang satu ini.
"Pasti Lo lagi mikirin cowok yang lagi deket sama Nasya ya?" Tanya Ardhi #NambahPertanyaan lagi udah kayak mau ngajak ribut ni bocah. Entah kenapa pertanyaan Ardhi udah kayak pertanyaan matematika yang di buat oleh Pak Gumara yang sulit ku jawab antara rumus logaritma, aritmatika, dan aljabar sedangkan pertanyaannya mengkhawatirkan dan membuatku gugup, maklum gak pinter MTK.
Sebenarnya aku juga rindu sama Nasya yang cantik sikapnya yang baik padaku dan juga dia adalah cewek yang selalu membuatku terhibur dikelas apalagi karena tingkah lakunya yang konyol dan lucu meski dia cantik tapi dia sangat polos.
"Gue gak tau kenapa gue bisa kangen sama Nasya, padahal..." Jawab Arsya ceplas-ceplos
"Udahlah bro kalo jodoh gak akan kemana" Ucap Ardhi entah kenapa Ardhi ngomongnya kayak orang dewasa ajah.
"Gue gak tau Dhi apa gue utarain ajah perasaan cinta gue ke Nasya atau...." Lah tanpa sengaja omongan gue ini berasa kayak lagi curhat ke mamah Dedeh # mamah dan AA curhat dong.
Sebenarnya ini situasi yang sangat merumitkan karena aku gak tahu sama sekali harus bersikap bagaimana ke Nasya dan ditambah lagi dengan ke bucinan yang meningkat bagaikan dewa. Entah harus berkata apa mau ngomong takut salah, mau bilang cinta tapi takut salah bilang tidak ya bilang tidak ya mau bilang cinta tapi bukan pacar bilang tidak ya bilang tidak ya, ya tanpa gue sadari hidup gue bagaikan simalakama.
"Eh Ardhi Arsya kalian lagi ngapain berduaan? Kayak lagi pacaran ajah Lo berduaan!" Ujar Ardhi gak jelas datang dari mana ni bocah satu bentar bentar ngulang bentar bentar ada udah kayak kuda Nil kelelep, dan akhirnya gue dan Arsya yang tadinya duduk deketan jadi jauhan.
"Apaan sih Lo Jo gue masih normal" Ucap Arsya
"Aku Lo udah kayak setan aje tiba-tiba nongol" ujar Ardhi
"Tau nih bikin kaget ajah" Ujar Arsya
Seperti biasa Jordhi selalu dateng paling belakangan maklum lagi punya hp baru jadi foto-foto mulu, gayanya udah kayak selebgram ajah.
Rupanya sejak tadi ada Jordhi sedang memperhatikan Arsya dan Ardhi yang sedang ngobrol berduaan.
"Lain kali kalo Lo muncul ngagetin lagi gue timpuk pake sepatu!" Ucap Arsya
Seperti biasa mereka bertiga sangat akrab seperti tak kehilangan waktu bercanda meski di kelas di sekolah ataupun dimanapun mereka bertiga berada pasti memberikan keceriaan sendiri di tambah mereka bertiga memang terkenal ganteng, keren dan konyol. Selama mereka melewatkan momen di Bandung, meski dalam keadaan penuh misteri dan tanda tanya karena tiba-tiba mereka bertemu Nasya di Bandung.
"Gak kerasa udah sampai di Bandung rasanya gak kuat juga kalau di bus terus habis pantatku capek juga" Ujar Aqila
"Owh kamu ikut juga Aqila" Ujar Nasya
Aku gak tahu kenapa meski aku sebenarnya gak merasa berbuat masalah dengan Aqila tapi rasanya mungkin aku ha
harus jaga jarak sama dia tetapi kelihatannya Aqila anak yang baik meski aku masih merasa cemburu juga dengan dia.
"Iya Nasya, btw kamu kok ada di Bandung?" Tanya Aqila
"Owhh aku..."
Aku gak mungkin cerita ke siapapun tentang masalah ku, tapi kepalang basah juga udah ketemu di Bandung dan lagi ada Guru.
Nasya menyapa dikejauhan malam bersama Diana sahabatnya yang kini sedang menginap di Villanya. bersama mereka melewati malam dengan cahaya bintang. Mereka berdua bercerita tentang lelaki tampan bernama Arsya dan ditambah lagi dengan cowok teman kecil Nasya bernama Riki. Mereka berdua bersahabat tetapi nampaknya ada sesuatu yang aneh antara mereka berdua "Ada apa ya?".
Hati Yang Memilih
Sesungguhnya aku gak sanggup dan gak mampu bila harus memilih dianta satu hati aku bukan wanita yang memiliki seribu sayap dan juga hati yang bila kau rayu dengan begitu saja hatiku lenyap dan hancur berkeping-keping, aku juga punya ego tapi aku juga tidak bisa mengharapkan takdir berubah atau harus memilih jalan yang mana, bibirku tak mampu mengucap dan aku juga tidak bisa mengatakan cinta bahkan tak mampu untuk menyatakannya aku keliru dan aku tidak tega. Bila aku harus memilih akankah kedua bola mataku sanggup tuk melihatnya aku gak tahu apa aku ini terlihat seperti seorang gadis manja yang terlalu egois, aku tahu bahwa segala sesuatunya tak mudah untuk dirubah dan tak mudah pula untuk aku memilih antara cinta ataupun benci.
Setiap tetesan darah setiap tetesan tinta yang tertulis seperti getaran piano yang alunannya merdu nan indah bagaimana aku bisa menjalaninya dan bagaimana bisa aku bahagia dengan apa yang telah ku perbuat, aku seperti menghancurkan egoku sendiri apa ini wajar atau penantian semata andai saja aku bisa berbisik dalam hati bahwa aku bisa aku mampu aku sanggup tapi aku hanya manusia biasa aku tidak bisa apa-apa. Aku tak mampu menjangkau di teriknya Matahari dan juga tak mampu berjalan di atas Rembulan malam. Aku sendiri aku tak tahu harus bagaimana apa ini cinta mungkin rasa ini apa harus aku pupuk aku tak sebijak ini dalam cinta tapi apa aku adalah orang yang mampu bertanggung jawab dan mampu menjaga perasaan orang lain. Dan mungkin kamu bukan orang satu-satunya yang ingin aku miliki.
"Kamu ngapain sih Nasy?" Tanya Riki
"Pasti kamu ke Bandung pasti karna ada masalah, gak mungkin kamu ke Bandung dan sementara teman-teman kamu juga.. " Riki belum banyak bertanya panjang lebar tapi dengan melihat wajah Nasya sepertinya dia memang butuh istirahat.
Dan kala itu pertemuan Diana dengan Riki
"Eh kamu temannya Nasya ya?" Tanya Riki
"Iya" kamu?" Tanya Diana
"Aku teman kecilnya Nasya" Ujar Riki
Sebenarnya kenapa Nasya punya temen di Bandung tapi gak cerita sama Gue malah orangnya ganteng lagi, eh apaan sih ni fikiran udah kayak hamster ajah jalannya bikin orang jadi katro ajah. Ujar Diana dalam hati
Aku gak tahu sepertinya Nasya memang banyak perubahan di tambah dia sudah punya banyak teman di Jakarta, syukurlah aku jadi bisa tenang dan nyaman jika dia sudah bisa menjaga dirinya, dan tinggal aku bagaimana bisa menjaga perasaan semoga gak kelewat baper, karna aku gak mau kalau Nasya kenapa-kenapa karena dia anak yang manis dan juga baik meski terkadang banyak yang memusuhi untung saja sudah ada Diana. Aku gak tahu apa aku harus bersikap sebagai adiknya atau sebagai sahabat karna Nasya di sangat baik aku gak tega jika harus melihatnya sakit hati, karna aku juga akan merasakannya. Mungkin karena aku merasa seperti sudah bersaudara dengan Nasya.
"Hai" Ucap Arsya
Hmmm dia lagi dia lagi, padahal lagi gak niat buat ngeliat cowok absurd kayak dia tapi kenapa tiba-tiba ketemu di sini sih.
"Ngapain sih?" Tanya Nasya
"Kamu kenapa kok kayaknya menghindar dari aku?" Tanya Arsya
"Gak tau ah" Jawab Nasya
Ini cewek kenapa aneh banget ya di kejar malah begitu di deketin malah bikin ngangenin rasanya bikin aku penasaran.
"Udah deh Arsya jauh-jauh dari aku aku males sama kamu, lagian ngapain sih ikut-ikutan ke sini" Ucap Nasya
"Deh gue juga mana tau kali ada Lo di Bandung" Ujar Arsya
"Bilang aja kalau kamu kangen sama aku" Ucap Nasya
"Deh PD banget Lo" Ucap Arsya
Entah kenapa jantungku kenapa bergetar gini.
Entah apa gue masih waras atau harus masuk ke RS.Jiwa kayaknya banyak hal yang belum gue kenal dari Nasya tapi masa gue harus ngasih perhatian begitu ke dia. Males banget hilang harga diri gue sebagai cowok populer.
"Eh Saya ngapain Lo?" Tanya Jordhi
Entah kenapa kedua sahabatku seperti biasa selalu mengagetkanku dalam setiap situasi maklum mereka memang selalu bisa bikin suasana jadi rame.
"Apaan sih Lo berdua, tuh kan Nasya nya jadi pergi deh" Ucap Arsya
Ketika aku sedang berkhayal...
Halu
"Ku berandai kau disini mengobati rindu ruai, dalam sunyi ku sendiri meratapi perasaan yang tak jua di dengar."
"Tak kenapa bila rasa ini tumbuh sendirinya, tak berdaya diri bila diantara walau itu hanya bayang-bayang mu."
"Senyumanmu yang indah bagaikan candu. Ingin terus ku lihat walau dari jauh. Sekarang aku pun sadari semua hanya mimpi ku yang berkhayal akan bisa bersamamu."
"Di hampiri seribu ragu hanya membisu...."
"Ku berkhyal...."
Saat itu kau buat sebuah lagu khusus untuk diriku kenangan tentang lagu itu memuncaki dan membuatku bahagia, indah dan merdu suaramu ditambah dengan suara petikan gitar itu membuat aku bahagia, kau buat lagu dengan penuh makna dengan alunan nada dan melodi yang penuh makna, tak ketinggalan dengan senyuman indah di bibirmu memberikan cahaya indah yang terlukis di kedua bola matamu. Kau buat cerita tentang cinta dan kau agungkan perasaan tentang cinta itu, bagaimana aku tak bisa mengerti karna sesungguhnya rautan dan goresan serta petikan gitar itu memberikan energi kebahagiaan bahkan misteri tentang ada apa dibalik isi hati. "Cinta yang dengan dahulu kau rangkai bersama Nasya akankah Bersajak dan bersua untukku pula?" Dengan hampa hati ini merasa terabaikan tapi juga merasa terharu biru entahlah apa ini untukku jua? Aku merasa tersipu malu. Mungkin dengannya?.
Dilain hati lewat percakapan antara Nasya dan Arsya akankah bisa bersama atau akan justru menghancurkan, semenjak kedatangan Aqila di kelas kini memberi kehidupan baru di dalam kelas kami dan kami juga bercengkrama bersamanya. Meski banyak hal yang terjadi situasinya seperti cinta segita tapi yang lebih berwarna.
Awal minggu ini Aqila mengajak kami main ke rumahnya, dengan gembira Nasya dan Diana main ke rumah Aqiala, entah kenapa hubungan Nasya, Diana dan Aqila jadi semakin dekat ditambah mereka bertiga seperti sudah membuat geng bucin.
"Eh guys gimana kalau kita bertiga bikin geng?" Tanya Diana
"Eh iya tuh seru juga" Ujar Aqila
"Betul aku setuju" ucap Nasya
Aku gak tau kenapa sekarang aku jadi bersahabat dengan Nasya dan juga Diana padahal Nasya dan Diana yang awalnya memusuhi dan juga membully aku kini kita bertiga jadi bersahabat.
"Owh iya ini kenalin kakak aku namaya Egi" Ucap Aqila seraya sambil memperkenalkan kakaknya Egi.
Owh ini yang namanya Nasya? Cantik
Entah kenapa waktu itu aku sempat berkenalan dengan cewek bernama Nasya yang dikenalkan oleh adikku. Ya aku Egi kakak dari Aqila aku dan Aqila berbeda empat tahun sedangkan sekarang usiaku sudah menginjak 28 tahun aku awalnya tidak tertarik tapi kenapa aku bisa kenalan sama Nasya. Btw aku sekarang kuliah sambil bekerja di salah satu perusahaan di kota Jakarta, hari ini aku berniat untuk menjemput Aqila.
"Aqila!" Panggil Egi kakak Aqila
"Nah kok kakak ada disini?" Tanya Aqila
"Kebetulan aku lagi ada kelas siang jadi aku pengen jemput kamu ajah" Ujar Egi
Sebenarnya aku bingung harus bagaimana habis kenapa kakak ku muncul dengan tiba-tiba sih aku jadi malu sendiri, kakak Egi adalah kakakku yang paling aku sayangi dan dia selalu ada saat aku membutuhkannya sementara itu dia juga mengenal Arsya karna dulu juga dia sempat tinggal di Yogya walaupun dia harus pindah lagi ke luar negri karna melanjutkan studinya.
"Aku gak tahu kenapa aku jadi rindu kamu" Ujar Egi
Entah kenapa semua berubah sejak kedua orang tua kami hampir saja bercerai semua membutakan mata kami berdua, tanpa aku dan kakak ku sadari segalanya berubah aku gak tahu apa harus ikut dengan papa atau mama sedangkan kakakku dia memang terkenal arogan dan juga sikapnya sedikit seperti anak bandel maka dari itu ayak selalu menjauhkan aku darinya karna takut aku kenapa-kenapa, tetapi lambat lain kami berdua berusaha untuk menyadarkan perasaan masing-masing terlebih di situasi yang sangat rumit seperti ini aku dan kakakku harus bersikap lebih dewasa, meski terkadang pertengkaran kedua orang tua kami membuat kami menjadi sakit hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments