Chapter 2

Gengsi

Gue gak tau kenapa gue jadi berubah sejak pacaran dengan Nasya ditambah lagi dengan Arsya yang juga bersikap apa adanya seperti dia ngasih kebebasan ke gue buat deketin Nasya tapi gimana caranya ya padahal awalnya gue berniat buat deketin Nasya ke Arsya tapi malah Nasya jadi deket ke gue malahan di sekolah jadi bahan Bullyan kalau gue dan Nasya sudah saling berpacaran.

"Jo, btw Lo beneran pacaran sama Nasya?" Tanya Ardhi

"Gagak tau gue bingung" Ucap Jordhi

Entah apa yang sebenarnya terjadi apa semua ini menjadi penyebab sebuah pertengkaran dan apa ini juga yang menyebabkan semua kisah diantara kita menjadi berubah menjadi saling membenci dan apakah ini menjadi penyebab keretakan hubungan kita, apa yang sebenarnya terjadi apa yang terjadi sulit aku memahami dan menjaga perasaan satu sama lain. Sementara apa ini sebuah kisah klasik yang ujung-ujungnya hanya akan menjadi boomerang.

Aku mencoba mengikhlaskan segalanya pengkhianatan harga diri dan juga segala yang berkecamuk dalam jiwaku aku emosi tapi tak pula aku fahami apa yang sebenarnya yang Tuhan ciptakan dan rahasiakan dariku, apakah aku boleh tahu segalanya apa aku boleh menitipkan rasa perhatianku dan mencoba belajar bertang8 atas segala hal yang sulit aku pahami ini.

Awalnya perasaanku hancur berkeping-keping aku tak tahu harus berjalan kemana apa ini hanya sebuah melodi atau hanya sebuah pelampiasan saja, rasanya banyak ego yang bertebaran layaknya khayalan seorang anak-anak yang ingin mendapatkan permen, cinta itu memang rasanya manis banget tapi aku gak tahu kenapa aku harus jatuh sedalam ini, dan aku juga tak tahu mengapa aku harus menjaga perasaanku supaya tak jauh masuk lebih dalam ke dalam bintang hatimu. Aku sadar tak mudah untuk mengungkapkan rasa sayang dan cinta begitu juga dengan pengorbanan yang pernah aku lakukan selama ini. Rasanya ku ingin berhasrat untuk mendapatkan apa yang aku inginkan meski aku mencoba untuk meraihnya dan juga menjangkau nya rasanya itu mustahil untuk ku raih. Dan sementara itu dengan persahabatan yang pernah aku lalui bersama sahabat setia ku yang selalu menjagaku membantuku dan selalu senantiasa bersamaku dalam suka maupun duka.

Aku gak mungkin bersikap kekanak-kanakan dan begitu saja meninggalkan bahkan melupakan bayangan mereka semua yang ada dalam hidupku, aku sadar aku bukan siapa-siapa tanpa adanya mereka dan begitu pula dengan adanya diriku apakah aku pantas mendapatkan nya dan meraihnya sesungguhnya segala pengorbanan yang mereka lakukan kepadaku apa itu tidak ada harganya sama sekali di hatiku. Ya aku gak tahu bagaimana mungkin aku terus terdiam dan sementara aku bingung untuk melepaskan cinta yang pernah ku miliki untuk Nasya.

"Dhi, menurut Lo gue harus gimana nih?" Tanya Jordhi

Dia masih galau dengan perasaannya pada Nasya

"Emang kenapa Jo?" Tanya Ardhi

"Gue bingung gimana bisa gue begitu jahat sama Arsya, padahal gue tau kalau Arsya suka sama Nasya tapi..." Ujar Jordhi

"Ye kalau begitu Lo sama aja nikung bro!" Ucap Ardhi

Tanpa disadari Arsya mengintip dan mendengar percakapan Jordhi dan Ardhi, ketika di dalam kelas belum banyak murid yang datang. Dan tiba-tiba Arsya masuk ke kelas, Jordhi dan Ardhi pura-pura tak tahu dan berhenti mengobrol.

"Eh Arsya, baru dateng?" Tanya Ardhi

"Iya," jawab Arsya

Kemudian Arsya keluar dari kelas berhubung belum bel masuk.

"Kayaknya dia marah sama gue" ujar Jordhi

"Ye elo lagian udah tau Arsya suka sama Nasya Lo malah deketin dia" Ucap Ardhi

Gue gak tau kenapa perasaan gue jadi amburadul pas ngeliat Jordhi sama Ardhi ngomongin gue, sebenarnya sakit juga sih tapi gak berdarah kenapa ya hidup gue gini amat.

Arsya dalam hati cuma jengkel dan ngomong sendiri.

"Terkadang aku membenci semuanya, ingin hidup sendiri saja. atau mungkin ingin berlari dari setiap masalah yang pernah aku alami".

"Zaman sekarang banyak medsos dan segalanya yang berbau tekhnologi, dan banyak juga informasi bertebaran. ingin rasanya bercerita dan juga berbagi kisah tapi pada siapa?, ingin bermakna tapi pada siapa?, hanya saja segala sesuatu tak mudah. Apa ini ego atau hanya sekedar rasa tak percaya diri atau takut?"

Tanpa di sadari Ardhi dan Jordhi mengikuti Arsya.

"Woh ngapain Lo? Sendirian ajah?" Tanya Jordhi

Iya Lo kalo ada apa-apa cerita aja ma kita!" Ucap Ardhi

"Aku udah kayak orang Laen ajah" Ujar Jordhi

Lagi BT begini ni dua bocah absurd malah ngikutin gue ajah.

"Apaan sih Lo !" Ucap Arsya

"Ya udahlah Pisa kita kan temenan bro" Ucap Ardhi

"Iya bro, gue gak bermaksud buat ngambil Nasya dari Lo dan begitu juga perasaan gue ke Nasya gue .." Ujar Jordhi

"Tapi..." Ujar Arsya

Aku gak tahu kenapa persahabatan kami seperti lengket kayak perangko tapi kenapa bisa hancur cuma gara-gara cewek, dan ditambah lagi gue gak tahu harus bagaimana menjaga perasaanku.

Dan tiba-tiba malah ada Aqila yang melihat ke tiga cowok populer sedang mengobrol bersama di dekat taman sekolah.

"Kenapa sih mereka kayaknya deket banget kayak udah sahabatan lama banget" Ujar Aqila ya masa sih aku cemburu sama dua cowok temennya Arsya yang absurd bin gak jelas itu.

Hatiku Untuk Siapa?

Kenapa sih bisa kayak gini aku bingung sebenarnya hatiku ini untuk siapa aku gak tahu, dari pada aku bingung dan membuatku sakit lebih baik aku gak sekolah aja dulu. Ujar Nasya

Sebenarnya perasaan yang membuatku membisu adalah ketika harus memilih diantara dua hati apakah harus dengan Jordhi atau untuk Arsya, dan sementara itu Arsya dan Jordhi adalah sahabat itu sama aja aku yang menyebabkan keretakan hubungan mereka berdua, aku bingung aku harus bagaimana.

Kini aku lebih memilih untuk menenangkan diriku di sebuah villa di Bandung milik mamaku kebetulan mamaku adalah orang Bandung, rasanya aku sudah lama sekali gak ke Bandung suaranya sepi dan juga asri. Aku gak tahu aku merasa ingin sendiri dulu aku juga gak tahu kenapa tiba-tiba Aqila juga hadir sosok cewek temannya Arsya waktu dia masih kecil kenapa ya sejak ada dia aku jadi merasa ada jurang pemisah antara aku dan Arsya dan terlebih ada pertanyaan di benakku apa aku adalah orang ketiga dan apa mungkin Arsya dan Aqila juga pernah punya hubungan, entah kenapa rasanya sakit banget kayak ketusuk duri lebam tapi gak berasa terkoyak hancur dan lebur.

Aku bingung kisah cinta apa ini kok aneh ya?

"Eh non Nasya, baru dateng?" Tanya Bi Mira yang selalu mengurus Villa Mamaku di Bandung

"Iya Bu kebetulan lagi libur sekolah jadi pengen main aja" Ujarku

Padahal aku sebenarnya kabur dari rumah, udah gak ngomong sama mama dan papa ditambah lagi aku juga cerita sama Diana

Btw gimana ya

Pertemuanku dengan dia, berawal dari kisah dibawah rindang pohon, saat itu kau mengajakku ke taman itu sore hari. Saat itu kau pandangi aku, dengan merah merona aku pun tersipu malu. Jauh dalam lubuk hatiku aku masih mencintaimu, disisi manapun kau memandang ku seperti kau mengajakku kedalam hatimu sambil melihat serpihan hati itu. Tak jua aku menangkap gambarnya "seperti membisu" begitu kata hatiku.

Dibawah rindangnya pohon itu sambil kau tuntun aku ke arah dedaunan disana banyak sekali daun yang berguguran, aku tak mengerti mengapa dia begitu lelap tertidur di bawah pohon itu. Kemudian aku melihat ke atas ya sang pohon yg begitu tinggi kekar dan besar seolah melindunginya dari sinar mentari sore kala itu.

"Ada apa?" Tanya dia sambil melihatku, aku hendak berbicara namun suaranya pelan sekali seakan-akan dia menyuruhku supaya tidak berisik. Seyogyanya janganlah berharap terlalu lebih nanti sang matahari tenggelam "bukankah sang malam akan datang?" Tetapi jangan tertekan olehnya karna kesejukan sore itu akan memberikan ke unikkan tersendiri jika sunset muncul. Sembari menunggu sunset muncul, kami pun bercengkrama bersama entah kenapa canda tawanya menimbulkan rasa bahagia aku begitu antusias mendengarkan ceritanya, mulai dari cerita yg seru lucu sampai ada juga cerita sedih. Ya banyak sudah yang ki lewati bersama meski begitu terkadang ada saja keributan yang kami lakukan tapi terkadang itu hanya sebuah bumbu dari kehidupan. Kala itu sunset muncul aku paling suka saat momen itu, karena saat itu aku bisa melihat indahnya matahari sore yang tenggelam dan timbulnya rembulan malam, sejuk hening dan indah cahyanya bagaikan fatamorgana. Cahyanya kala itu menutupi sang sore hingga akhirnya terbitlah malam.

Tak terasa hari sudah menjelang malam aku pun beranjak pulang, kemudian kami pulang ke rumah masing-masing. Lelah rasanya karna dari tadi sore kami sudah main di tepi sungai dekat sekolah. Biasanya kami hanya jalan-jalan saja karna biasanya di area dekat sekolah kami belum banyak anak-anak yang main di daerah sana, tapi sekarang sudah mulai banyak pemukimannya. Hampir setahun semuanya berubah di area dekat tepi sungai yang dahulu masih asri, sekarang sudah banyak pemukimannya. Awalnya aku merasa sedih karna sudah tak dapat lagi main di area dekat tepi sungai itu tapi karna sudah banyak pemukimannya, jadi kami jarang main disana lagi. Lagi pula ditambah dengan dijadikan area bermain anak-anak di desa tersebut jadi tambah ramai serta limbah rumah tangga juga ikut menambah ketidak nyamanan kami saat melihatnya.

Awalnya dia tersenyum saat menyapaku tetapi tiba-tiba dia menangis dia mengatakan padaku bahwa dia akan pindah sekolah di Jakarta. Aku pun merasa sedih, yang biasanya bisa sekolah dengan mengendarai sepeda bersama-sama kini aku hanya sendirian. Dia bilang katanya ayahnya di mutasi dan dia juga ikut, sementara itu dia sambil sedih menceritakan bahwa dia sebenarnya tidak mau ikut pindah ke Jakarta karna katanya dia mengkin tidak akan kembali lagi ke Bandung.

Padahal baru waktu itu kita berjumpa dan berkenalan, kala itu aku sedang bersepeda ke taman dekat komplek rumah ku saat itu aku melihatnya main basket dekat lapangan komplek kemudian tidak sengaja bola basketnya mengenai aku dan aku pun terjatuh dari sepeda. Kemudian dia menolongku. Seperti nya wajahnya tak asing lagi, oh iya dia kan anak yang waktu itu menolongku di sungai. Ketika itu dia bingung sedang mencari anjing peliharaannya kemudian aku menemukannya, hari itu kami berkenalan dan kami sambil jalan-jalan di ketepian sungai dekat area taman sekolah. Tidak terasa sudah lama kami berkenalan dan menjadi sahabat kala itu.

Entahlah waktu seakan berjalan cepat dan kini dia akan segera pindah ke Jakarta.

Rasanya udah lama banget kenapa bisa aku mengingat kejadian itu, kenapa sekarang Riki sudah besar ajah. Padahal dulu dia masih kecil. Dulu aku sekolah di SDN Bandung 01 dan dulu aku sempat punya teman yang bernama Riki dia kebetulan berbeda dua tahun umurnya dengan ku tapi dia sangat dewasa sifatnya. Dan dia sudah aku anggap seperti adikku sendiri, tapi meski begitu kenapa sekarang dia berbeda Riki sekarang sudah beranjak dewasa dan juga dia sangat tinggi dan tampan.

"Kamu Nasya kan?" Tanya Riki

"Kamu...?"

Entah pertemuan itu

Saat ini aku bertanya pada kerumunan bintang dibawah heningnya malam, didasar langit yang sejuk bersama diterangnya sinar rembulan. Saat ini cahaya sangat indah namun bintang tak kunjung datang dan begitu pula sinarnya yang meredup. Saat itu aku bertanya padamu "kamu mau kemana?" Rasa-rasanya sudah tiada kata lagi yg bisa kau ucapkan sejak datangnya pagi dimusim semi.

Selagi sunyi begini mendengarkan musik adalah hal yang paling mengasikan apalagi dengan lagu akustik di MP3 ponsel ku, saat itu aku gak sadar kalau itu lagu yang kamu ciptakan buat aku, lagunya indah dan enak didengarkan tapi kenapa makna dari cerita dilagu itu seperti kau menceritakan tentang diriku. Kala itu aku sembari tertidur dan diam hingga aku mengingat saat masa itu kau dan aku bersama.

Riki menyelaraskan dalam hati Nasya bersajak dengan penuh kata cinta, dia bilang Nasya adalah teman satu-satunya dalam hidupnya. Riki sangat bahagia saat bisa bersama Nasya, seolah-olah Nasya adalah perempuan satu-satunya yang membuat hati Riki bahagia.

Kala rembulan bersinar terdiam aku dibawah sinarnya, terbenam bersama dikegelapan sinar rembulan, tak terpikirkan mengapa tiba-tiba aku terus terdiam menatapi sinarnya rembulan kala malam itu. Lagi-lagi hanya terdiam dan tidak tahu harus berbicara apa, pada siapa dan dengan siapa.

Kemudian aku bertanya mengapa? Mengapa semua terjadi bagaikan teori fisika yang tak aku mengerti, bersama dengan rumusan matematika yang rumit untuk ku hitung. Seperti itu katanya seperti itu guraunya, semuanya bagaikan burung merpati putih yang terbang kemudian hinggap entah kemana dia berpindah dari tempat satu ketempat lainnya, ya seperti itulah dirimu yang tak ku kenal dan tak begitu pula ku rindukan.

Rumit bagai alunan melodi yang terpampang terdengar dengan jelas tapi berkonotasikan sedikit negatif. Aku terus bertanya pada sang rembulan malam, "Rembulan akan kah sinarmu mampu menyaingi matahari?" Itu aku gak ngerti seberapa nyenyak tidurku pada malam itu. Andai kamu tau saat itu ya saat itu seperti gurauan belaka.

Biarlah mungkin sang bintang tak mau berkedip apa dia malu karna terlalu kecil diantara satu rembulan, kenapa rembulan hanya satu kalau rembulan gak ada apa masih bisa menyinari malam berarti malam akan gelap tanpa bintang dan juga tak akan bersinar dengan sang rembulan.

Sahabat

Hari ini aku mendengarkan musik ditemani dengan gitarku. Pertemuan ku dengan gadis Cantik itu adalah sebuah bagian dari kebahagiaan bagi ku, selama ini aku tak bisa berteman dengan cewek karna aku tipe cowok yang pendiam dan gak banyak bicara. Tapi kenapa saat dekat dengan Nasya dia sangat berbeda dia sangat cantik, entah kenapa pertemuan ku di taman waktu lalu membuat aku jatuh hati padanya. Kala itu aku tak sengaja menyerempet dia dan karna itu kakinya berdarah dan sempat aku ingin bawa ke rumah sakit tapi dia tak mau entah kenapa saat itu aku sangat merasa bersalah, oleh sebab itu sebagai rasa bersalah aku selalu menemani dia. Sampai semua anak-anak di sekolah bilang aku seperti body guardnya, akhirnya karna sering di ejek, Nasya pun kesal dan dia bilang tak usah terlalu perhatian padanya tapi ya mau bagaimana aku tak kuat jika hidup tanpa dia.

Apa aku jatuh cinta? Entahlah padahal gak mungkin banget aku suka sama dia karna aku hanya menganggap dia seperti adikku sendiri.

Singkat cerita aku sering hampir mencium Nasya aku gak sanggup jika kehilangan dia. Tapi aku juga sering memberi perhatian pada Nasya, hubungan kami sempat berantakan karna kami semua saling berantem dan cemburuan satu sama lain.

Meski begitu aku tetap dekat dengan Nasya, yang awalnya aku bingung karena ada Aqila juga yang merupakan teman kecilku tapi Nasya yang awalnya suka dengan aku kini dia seperti dekat dengan Jordhi entahlah hubungan apa ini?.

Malam ini kenapa gelap sekali, lampu di rumah tiba-tiba padam sepertinya listriknya turun karna tadi aku habis membetulkan komputer. Kayaknya ini malam Jum'at rasanya sepi sekali, tiba-tiba ada suara yang mengagetkan aku, sekelibat aku melihat ada yang bergerak di luar seperti bayangan, tiba-tiba ada suara petir malam itu sangat mencekam. Aku gemetar ketakutan saat mau melihat ke luar rumah, dan ada suara orang ketuk pintu, belum sempat ku buka ternyata itu adalah suara Jordhi. Aku sempat takut hampir saja jantungku mau copot gara-gara dia, rasanya aku pengen kabur saja saat lihat dia pakai baju hitam-hitam, sudah gelap pakai baju hitam buat aku kaget saja.

"Gue rasa rumah Lo angker dan Lo musti pindah dari sini" ungkap Jordhi

"Apaan sih Lo malam-malam begini ganggu orang aja tau" ucapku

Aku sangat kaget melihat kedatangan Jordhi yang saat itu mau numpang menginap, dia bilang dia terpaksa menginap di rumahku karna saat itu di rumah Jordhi sedang ada keramaian yaitu para ponakannya, sementara Jordhi tipe orang yang tidak suka berisik alhasil dia menginap di rumahku. Untung saja ayah ibuku sedang tak ada di rumah, tapi kenapa saat malam itu aku dan Jordhi jadi awkward gini padahal kita lagi berantem gara-gara berebut Nasya.

Entah kenapa yang biasanya berantem jadi main bareng gini, awalnya aku menyuruh dia untuk pulang, aku males kalau ada dia. Tapi dia malah masuk saja memang dia anak yang tak sopan, sudah menginap dia juga minta makan, alhasil aku pun membuatkan mie instan untuk kami berdua.

Lalu aku hendak tidur kemudian Jordhi malah menyambar tempat tidurku.

"Dasar kau teman yang tak ada akhlak" ujarku

"Gue ini kan tamu jadi Gue adalah raja di sini" ucapnya polos

Aku sebal kenapa rumahku jadi di kuasai Jirdhi, baru menginap semalam tapi kenapa aku merasa dia seperti menginap setahun lebih. Malam itu, hujan turun sangat reda aku pun meminjamkan baju ku untuk Jordhi karna bajunya sudah basah terkena air hujan. Awalnya aku merasa kesepian tapi malam ini jadi ramai dengan kehadiran Jordhi, meski dia seperti tamu yang tak ku undang.

Tapi kemudian ditambah sama kehadiran Ardhi yang juga numpang nginep karena dia sedang kabur dari rumah.

"Nah lo ngapain Dhi?" Tanya Arsya

"Eh gue numpang nginep ye" ujar Ardhi

Entah kenapa rumahku istanaku malah jadi banyak orang pada numpang, hadeuh kayaknya gue harus ekstra hati-hati sama ni dua bocah, biar gak ngerjain gue terus.

"Eh Lo bisa main gitar Saya? Tanya Jordhi

"Iya kenapa?" Jawab Arsya tapi nanya balik

"Nge-band yok!" Ujar Ardhi

"Yoi" ucap Jordhi

"Iya nih mumpung suara gue lagi serak-serak banjir" ucap Jordhi tancap gas

Suatu hari adalah sebuah masa di mana kita dapat berkumpul bersama bernostalgia dengan cerita dan bercurhat bersama, bercanda ria dengan tangis dan tawa. Ada rasa suka maupun duka, ada rasa bahagia dan ingin memberi serta diberi. Saat matahari dengan cerah menerpa di tengahnya sang fajar ingin aku bersemi di bawah rindangnya sang pagi. Sayup merdu sang burung beri kenangan pagi untuk menyapa, biarkan ombak pantai memberikan kehangatan di jiwa sembari memberikan perhatian terhadap sang hati. Di mana semua berasal ya mungkin memang Tuhan yang telah membuat skenarionya.

Entah kenapa semua terjadi seperti sebuah peristiwa sulit tuk di ceritakan, tapi paling asyik untuk di ingatkan karena kenangan perjalanan hidup seperti sebuah perjalanan di situasi yang membuat hati aku menjadi tak karuan.

Aku gak tahu kenapa semuanya cepat berlalu sementara gitar akustik yang aku mainkan memberikan isyarat dan tanda akan ke gundahan dan juga suasana hati yang rumit untuk aku ucapkan dan aku juga tak mengerti dan tak sadar akan situasi yang aneh seperti ini malah ada sahabat-sahabatku yang paling absurd yaitu Ardhi dan juga Jordhi.

Dan sementara itu aku bingung kenapa nomor Nasya tidak aktif dan juga notifikasi dan pesan yang ku kirimkan sepertinya belum dibaca oleh Nasya. Aku bingung apa dia sedang sakit kenapa dia tidak masuk sekolah?.

"Diana kok Nasya gak masuk?" Tanyaku

"Gak tau" Jawabnya

Sepertinya ada yang disembunyikan Diana dariku, aku gak ngerti kenapa sikap Diana seperti seolah-olah membenciku dan ditambah dia seperti menjauhi aku. Dan ditambah lagi dengan Ardhi yang juga tidak masuk karena sakit, alhasil sebagai ketua kelas aku dan teman-teman yang lain memutuskan untuk menjenguk Ardhi yang padahal baru saja kemarin main dan menumpang nginap di rumahku tapi sekarang dia malah ngilang dan ternyata sakit.

Entah kenapa aku jadi galau padahal udah jengukin Ardhi tapi liat Aqila yang juga ikut nimbrung untuk jengukin Ardhi kenapa aku jadi berasa baper ya ngeliat kedekatan Ardhi dan Aqila.

"Owh iya Ardhi semoga cepet sembuh ya!" Ujar Aqila

"Iya makasih" Jawab Ardhi

Padahal waktu itu Aqila juga sempat terserempet dan di tolong Ardhi dan kini hubungan Ardhi dan Aqila lumayan dekat walau mereka tak menunjukkan kedekatan yang spesial.

Pertanyaan Aqila

Entah waktu itu aku rasanya gak kuat menahan sakit yang aku alami apalagi saat aku tahu kalau Arsya dekat dengan Nasya, aku bisa apa aku kan juga udah lama gak dekat dengan Arsya lagi. Ditambah aku juga gak tau sekarang Nasya gak masuk karena apa, untung ajah teman sebangkunya Nasya yaitu Diana dia sangat baik padaku, meski dia juga mengambil jarak karena takut mengkhianati Nasya.

Aku gak tahu kenapa pas mau pulang dari rumah Ardhi tiba-tiba

"Qila" Panggil Arsya

"Maaf, aku..." Ujar Arsya

Melihat Arsya aku jadi gak tahu musti bersikap apa ke dia karna aku sudah menganggap dia seperti kakakku sendiri di tambah dia sangat baik, dan lagi aku jadi teringat Joko.

"Hai, apakabar? Apakah ku masih ingat denganku seseorang yang selalu memujamu di kala malam hari?" Suara berdesit sayup terdengar di dekat jendela samping kamarku.

Entah suara itu berasal dari mana aku gemetar dan kaget tetapi suara itu seperti tak asing di telinga ku, sayup gemetar nan merdu di malam hari beri tawa dan canda serta pertanyaan tentang cinta.

"Siapa kau?" Jawabku kaget sambil mengeluarkan dua bolah mataku yang besar.

Aku mencari kau kesana kemari ...

Disini aku kesepian saat terdiam dan mencari mentari, cemburu, gelisah mungkin pernah ku rasa. Tetapi akankah aku bisa sembuh dari setiap kegelepan malam yang selalu ku derita.

Hanya mencari tempat untuk berteduh, tapi apa aku bisa tidur dengan nyenyak, kala itu dunia bergetar seolah mendengar sebuah kata dan teriakan bahwa sesungguhnya aku selalu merindukanmu. Meski hanya mampu terpendam dan tak mampu ku jelaskan dengan kata-kata, seorang bidadari manis yang kecil dan imut yang selalu terjaga di malam hari tetapi mulai sadar saat pagi menjemput. Dimanakah kamu berada aku selalu mencari mu, dalam diam aku selalu berusaha menutupi rasa takutku pada dirimu. Sebenarnya apa yang aku cari dan apa yang ingin aku temui, apa kamu hanya sepintas hadir dalam hidupku, bertemu berjumpa hanya sementara kemudian menghilang, dan sementara bibirku keluh tak mampu berucap seperti berkata bahwa aku tak sanggup bila selalu bertengkar dengan dirimu, berhentilah memandang ku cukup sudah bujuk dan rayu mu.

Semuanya seperti akhir dalam penantian meski pahit ku rasa apa kaau akan menjemput ku?

Atau kau akan selalu mengajakku bertengkar?

Aku kecewa?

Tapi terus berusaha untuk bisa memaafkan segala kesalahan yang pernah ku perbuat begitu pula dengan segala kesalahan yang pernah kau 0erbuat untuk ku mungkin akan aku anggap sebagai pelajaran bagi diriku. Apa arti penantian bila suatu hari cinta hanya bertepuk sebelah tangan, apa ini cinta? Apa aku bisa? Aku hanya menantang ketidakmampuan ku meski aku sendiri menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang ku punya.

Sebenarnya antara aku dan dia apakah sama saling mencintai?

Dan apakah rasa sayang itu adalah sebuah hal yang membuatku dilema atau merasa patah hati. Di lain sisi apakah aku mampu berjalan dengan benar dan tepat sementara aku tak tahu apa ini saat yang tepat untuk mengutarakan perasaan ku kepadanya meski ku tahu itu hanya sebab bahwa rasanya tak mungkin aku melupakan semua yang telah dia berikan untukku tetapi bagaimana bisa aku tenggelam dan hanyut dengan semua yang ku alami. Mungkin suatu saat nanti akan tiba saatnya aku menemukan yang aku inginkan, meski terkadang sesuatu hal yang kau inginkan bel tentu sama seperti yang kau harapkan.

Biarkan waktu yangkan mengubahmu meski sesungguhnya kau mungkin bukan orang yang tepat untukku namun aku tak bisa mengalahkan keadaan ataupun hatiku..

Apa aku yang selalu menyalahkan fikiran sendiri, kenapa ada rasa dan pemikiran untuk jauh dari semua yang tak ku mengerti tentang rasa cinta dan bagaimana rasa itu tumbuh sedangkan belajar untuk sederhana saja aku belum mampu.

Sebenarnya aku tak mengerti dan mengenal akan yang namanya cinta pertama, entahlah aku dapat kata-kata itu dari mana, atau mungkin apa aku bisa sejajar dengan orang-orang yang mengerti dan faham akan nama cinta, arti cinta, dan juga rasa cinta. Sungguh semuanya betapa ku merasa berat dan tak tahu harus bagaimana lagi untuk mendapatkan dan mengerti akan rasa cinta itu, awalnya aku merasa apatis acuh dan terkadang cuek bahkan menurut ku ya sudahlah masa bodi dengan apa kata mereka di luar sana yang berfikiran apa pun tentang diriku baik positif ataupun negatif. Aku pun tak menampik bahwa semakin kehidupan semakin dewasa semakin terasa rumit dan menegangkan bahkan penuh dengan rintangan dan juga emosi hanya saja rasanya kurang stabil dalam memenuhi hajat hidup dan bahkan juga untuk memenuhi hasrat pribadi.

Bagaimana caranya untuk bisa memisahkan hati yang tak bisa memiliki, ingin rasanya bersembunyi dara rasa malu yang terus berkecamuk dalam hati, aku tak sadar bahwa semua terasa gelap dan terbakar. Teriak dan terkadang tidak bisa aku atasi setiap dendam dan juga penderitaan yang pernah aku alami.

Terkadang rasanya aku tak sanggup menghadapi setiap cobaan yang menerpa hidupku, rasanya ingin lari dari setiap masalah dan musibah, rasanya hati ini hancur tapi tak berbekas, rasanya segala sesuatu seperti emosi yang berkecamuk, apa semua seperti kewajaran dalam hati dan diri mungkin juga hanya suatu hal yang membuat ku tak sadar, ke hancuran dan ke gagalan seolah-olah mengajarkan aku untuk belajar dewasa dan juga menepi dari setiap ke egoisan diri, lemah dan tak berdaya. Dan seolah-olah belajar dari setiap kehampaan yang sudah ku rajut dalam setiap asa.

Hari ini aku sedang melamun sambil mendengarkan musik di tepi sore di bawah rindangnya pepohonan, entah apa yang sedang aku filirkan seolah-olah ada sesuatu merasuki diriku, seperti hal yang tidak wajar tapi belajar dari setiap kesalahan mungkin aku yang terlalu jatuh cinta terhadap musik dan lagu yang sedang aku dengarkan di MP3 ku atau mungkin hanya aku yang sedang mengkhayal sesuatu yang membuatku menangis.

Hanya saja aku merasakan merindukan seseorang yang jauh dari mataku tapi dekat dalam lubuk hatiku, andai saja dia menepi dan sedik saja mau menoleh untuk melihat diriku tapi bagaimana aku bisa bertanggung jawab terhadap hati yang sesungguhnya tidak bisa menghindar dari rasa takut dan malu terhadap masa lalu yang selalu menyakiti hati dan perasaan ku. Andai saja waktu dapat terulang kembali, ingin rasanya ku membayar segala kesalahan yang pernah ku lakukan, dan memcoba memperbaiki diriku dari setiap pengorbanan dan juga rasa yang pernah menyakiti hari ku.

Aku bertanya pada sang pencipta apa ini adalah suatu kenyataan dan apa mungkin aku bisa menggapai matahari dan juga rembulan yang jauh di langit sana, sedangkan aku sadar bahwa aku bukanlah siapa-siapa, dan apakah aku pantas menyalahkan keadaan bahkan diriku sendiri. Aku tak sanggup aku rapuh bahkan untuk meneteskan air mata seperti hilang sebuah perasaan dan dapatkah aku melakukan perubahan dan mencoba berbicara setiap keluh kesah yang pernah aku alami. Terkadang aku tak sadar atas setiap ke egoisan diri yang pernah aku alami, alhasil diri ini seperti Hana berekspektasi yang terlalu berlebihan tanpa adanya pengorbanan dan juga pengakuan.

Aku bertanya di bawah indahnya langit, apakah aku pantas untuk dirinya atau kah ini menjadi sebab perpisahan antara aku dan dirinya, aku selalu bertanya pada daun yang berguguran danenciba mengasihi di.ri sendiri walaupun ku sadari sedari dulu, aku mencoba bertanya bukankah sedari dulu kau berjanji untuk setia padaku, kini aku bertanya kemana janji itu kau buat. Perih tapi tak berdarah, jika memang kau bagi cintamu kemana janji itu kau buang kau buat aku menangis tanpa air mata. Karena pernah sakit tapi tak pernah sesakit ini karna pernah cinta tapi tak pernah sedalam ini, jujur untuk melepas itu sulit tapi bagaimana rasanya dan bagaimana caranya supaya bisa bahagiakan kamu.

Kamu itu kayak magnet gak di suruh deketin tapi selalu membuatku merasa selalu ingin dekat denganmu, rasanya rumit untuk menjalani hidup dengan sebuah perbedaan. Aku gak ngerti mengapa semua bisa terjadi, kamu tau gak terkadang perasaan ku suka berbunga-bunga jika dekat dengan mu, gimana sih rasanya jika menjadi orang yang selalu menjadi pusat perhatian sementara kamu sendiri merasa tidak ingin diperhatikan atau takut mendapat masalah.

Hidup seperti burung di dalam sangkar yang hanya berbunyi dan sulit tuk lepaskan, yang hanya mencoba vmbersembunyi namun tak tahu harus berlari dan hanya murung seorang diri, hanya bersiul dan juga makan dan minum. Mencari simpati di atas dedaunan pohon yang klise dan tak tahu, tapi suara kicauan merdunya mampu memberikan kehangatan dan juga kerinduan, andai saja sebuah kecambah bisa manjadi sebuah kacang yang tumbuh serta tidak berdaun dan juga tak berbuih. Seperti menanam pohon di atas pisau belati yang ujungnya lancip dan juga berhenti memberikan patahan demi patahan yang membuatku membisu dan haru. Terlepas dari setiap hal dan juga setiap rintangan yang menerpa serta menggodaku, seperti membuatku terkhianati dengan sang fajar dan juga sang waktu, aku tak bisa begitu saja terus berhenti dan diam saja, tapi aku pun tak jua bisa bersautan dan juga terus mendengar suara dan juga bisikan hati yang merdu nan syahdu.

Aku tahu segalanya seperti jendela yang menerpa dan membeku seperti es dan karang di lautan tapi tak jua bisa terkoyak seperti api yang menghanguskan kayu, andai saja aku bisa berhenti dari setiap tangisan yang menodai hati itu seperti jeruji besi yang merampas dan menodai sebuah kertas kosong yang bersih nan putih. Semua nampak seperti benang emas yang menyatukan dan juga menguatkan tapi tak ada kata pula yang membuat ku harus mengatakan bahwa mungkin aku belum bisa menjadi apa yang aku inginkan, sedari dulu mungkin ini jalan hidupku dan mungkin ini pula yang harus aku alami dan jalani. Semuanya tak mudah dan tak mungkin, terlalu serius tapi juga membuatku pusing, apa yang harus dilakukan apa harus tetap terdiam dan hanya meratapi saja.

Aku mencari cinta sejati yang mampu menahkodai dan mampu membawaku mengarungi luasnya lautan dan juga seramnya ombak diluar sana, aku tak menampik mungkin saja semua seperti cobaan yang kuat dan juga tak mudah untuk bergerak Lues dan memberikan setiap kenangan satu demi satu yang luas dan juga memberikan aku sejuta cinta dan kasih, setiap asa yang ku lalui semua seperti misteri dalam kehidupan yang membuatku tak mengerti dan sulit untuk mahaminya. Angin sepoi-sepoi di tengah sejuknya perjalananku kala itu membawaku ke sebuah pulau harapan. Entahlah apakah aku mampu dan mungkinkah sang nahkoda mampu melindungi aku dari setiap terpaan dan godaan yang terus melanda hatiku. Aku tak mampu merayu dan jua tak mampu memberikan rasa cinta sesuai seperti yang di harapkannya namun tak seperti yang lainnya mungkin aku adalah satu-satunya orang yang bisa menjadi teman dalam hidupmu, meski kamu belum tentu memahami diriku dan juga mengenal siapa aku. Dan itu seperti problema dal hidup yang mematikan setiap peradaban yang muncul demi untuk memberikan teori kehidupan, tapi akankah cahaya akan terus muncul?.

Ya beginilah hidupku mencoba sadar sedari dulu untuk melintasi waktu dan menjadi seorang pemimpi yang hanya belajar dari setiap kesalahan, aku sadar tapi aku juga tak mampu berkata bahwa ini mungkin belum cukup dan tak nyaman bagi diriku, aku mencoba menghentikan setiap kenangan masa lalu yang membuat aku takut dan sakit dalam hatiku, rasa kekecewaan adalah bagian penting untuk bisa menjadi seseorang yang ku inginkan. Aku tak memiliki dan bahkan juga tak harap untuk bisa memiliki, aku yakin tapi juaga berusaha untuk terus berlari meski jatuh aku mencoba untuk bangkit dan mencoba melanjutkan perjalanan hidupku. Meski mencoba berpura-pura seolah-olah tak terjadi apa-apa, tetapi apa mau di kata semua pasti penuh dengan resiko yang harus aku alami dan derita tapi biarlah waktu yang akan menjawab setiap penantian hidup yang aku alami.

Aku masih meramu setiap kata-kata cinta, menawar setiap belenggu dalam jiwa dan mencoba mencari hati dan melup6 setiap ego yang pernah ku perbuat, biarlah ini resiko kehidupan yang mungkin akan di alami oleh setiap orang. Aku hanya bisa menitipkan salam rinduku kepada semua orang yang pernah datang dan hadir di kehidupan ku meski terkadang tak mudah dan mungkin akan membuatku semakin merasa sedih dan tak nyaman dengan belenggu yang pernah aku alami. Aku memang terkadang tak sadar dan tak mengerti harus bagaimana lagi menghadapi semua ini, tapi ya sudahlah kita hanya manusia biasa yang tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Aku ingin mencintaimu dengan sederhana dengan kata yang tak sempat di ucapkan, kayu dan api menjadikan abu. Aku ingin mencintaimu dengan sederhana dengan isyarat yang tak sempat disampaikan kepada awan kepada hujan yang menjadikannya tiada"

Apakah cinta itu ada teorinya?

Aku tidak mengerti? dan aku tak faham?

Aku mencari kau kesana kemari ...

Disini aku kesepian saat terdiam dan mencari mentari, cemburu, gelisah mungkin pernah ku rasa. Tetapi akankah aku bisa sembuh dari setiap kegelepan malam yang selalu ku derita.

Hanya mencari tempat untuk berteduh, tapi apa aku bisa tidur dengan nyenyak, kala itu dunia bergetar seolah mendengar sebuah kata dan teriakan bahwa sesungguhnya aku selalu merindukanmu. Meski hanya mampu terpendam dan tak mampu ku jelaskan dengan kata-kata, seorang bidadari manis yang kecil dan imut yang selalu terjaga di malam hari tetapi mulai sadar saat pagi menjemput. Dimanakah kamu berada aku selalu mencari mu, dalam diam aku selalu berusaha menutupi rasa takutku pada dirimu. Sebenarnya apa yang aku cari dan apa yang ingin aku temui, apa kamu hanya sepintas hadir dalam hidupku, bertemu berjumpa hanya sementara kemudian menghilang, dan sementara bibirku keluh tak mampu berucap seperti berkata bahwa aku tak sanggup bila selalu bertengkar dengan dirimu, berhentilah memandang ku cukup sudah bujuk dan rayu mu.

Semuanya seperti akhir dalam penantian meski pahit ku rasa apa kau akan menjemput ku?

Atau kau akan selalu mengajakku bertengkar?

Aku kecewa?

Tapi terus berusaha untuk bisa memaafkan segala kesalahan yang pernah ku perbuat begitu pula dengan segala kesalahan yang pernah kau 0erbuat untuk ku mungkin akan aku anggap sebagai pelajaran bagi diriku. Apa arti penantian bila suatu hari cinta hanya bertepuk sebelah tangan, apa ini cinta? Apa aku bisa? Aku hanya menantang ketidakmampuan ku meski aku sendiri menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang ku punya.

Sebenarnya antara aku dan dia apakah sama saling mencintai?

Dan apakah rasa sayang itu adalah sebuah hal yang membuatku dilema atau merasa patah hati. Di lain sisi apakah aku mampu berjalan dengan benar dan tepat sementara aku tak tahu apa ini saat yang tepat untuk mengutarakan perasaan ku kepadanya meski ku tahu itu hanya sebab bahwa rasanya tak mungkin aku melupakan semua yang telah dia berikan untukku tetapi bagaimana bisa aku tenggelam dan hanyut dengan semua yang ku alami. Mungkin suatu saat nanti akan tiba saatnya aku menemukan yang aku inginkan, meski terkadang sesuatu hal yang kau inginkan bel tentu sama seperti yang kau harapkan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!