"Kenapa mendadak seperti ini, Jer?" Tanya Maura ketika Jericho memberitahukan tentang undangan acara makan malam yang dirancang oleh ayah dan ibunya.
"Aku juga baru mengetahuinya, kau siap-siaplah, nanti sore pulang kerja aku jemput ke kantor ya."
Tapi, Jer..."
Belum sempat Maura meneruskan kalimatnya, Jericho sudah memutuskan sambungan teleponnya. Maura menghela napas kasar, dia meletakkan ponselnya di meja kerjanya. Sebenarnya ini adalah undangan makan malam biasa, tapi yang membuatnya luar biasa adalah kali pertamanya dia akan bertemu dengan kedua orang tua kekasihnya, calon mertuanya. Hal ini membuat Maura tidak nyaman, dia takut orang tua Jericho tidak bisa menerima kehadirannya.
Empat tahun menjalin hubungan dengan Jericho memang belum pernah diperkenalkan secara resmi pada orang tuanya, bukan tidak pernah diusahakan pertemuan itu, akan tetapi berkali-kali mereka selalu saja gagal menemukan waktu yang tepat. Kesibukan orang tua Jericho di dunia bisnis yang mengharuskan mereka bolak-balik ke luar negeri, menyebabkan pertemuan ini selalu terkendala. Jangankan untuk menemui Maura, menemui anak kandungnya sendiri kemungkinan sangat langka waktunya. alias sangat jarang terjadi. Jericho adalah anak laki-laki tunggal keluarga Pratama, kesibukan orang tuanya yang berimbas pada kurangnya kasih sayang yang tercurah tidak lantas membuat Jericho menjadi anak yang liar, mungkin karena dia seorang laki-laki jadi tidak terlalu memikirkan hal itu sebagai alasan untuk melakukan hal negatif. Jericho justru menjadi seorang anak yang bertanggung jawab, di usianya yang belum genap 30 tahun, dia sudah bisa membantu menjalankan perusahaan milik ayahnya.
Akhirnya Maura memilih menenangkan dirinya dengan memikirkan pakaian apa yang akan dikenakannya nanti malam, dia berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa pertemuan dengan calon mertuanya nanti akan berjalan dengan baik.
"Maura, kau sudah menyelesaikan gambar desain untuk proyek yang baru? Jika sudah segera serahkan ke ruangan pak Kenneth ya, beliau sudah menunggu gambar itu," Alvian wakil kepala divisinya membuyarkan lamunan Maura.
"Pak, saya sudah menyelesaikannya. Bisakah bapak saja yang menyerahkannya pada pak Kenneth?" Pinta Maura sedikit memelas.
Alvian adalah seniornya yang juga menjabat sebagai wakil kepala di divisinya, sebenarnya perbedaan usia mereka tidak terlalu terpaut jauh, akan tetapi untuk menjaga keprofesionalan dalam bekerja, Maura memanggilnya dengan sebutan bapak. Tapi di luar pekerjaan, mereka sudah seperti sahabat pada umumnya. Oleh sebab itu, Maura tak segan jika meminta bantuan padanya.
"Aku rasa tetap kau yang harus menyerahkannya, jika ada hal-hal yang tidak disetujui oleh pak Kenneth, kau bisa langsung merevisinya."
Maura memutar bola matanya malas, dia enggan menemui laki-laki hidung belang yang sudah berhasil dua kali mencuri ciuman darinya. Dia tak sudi bertemu ataupun berdebat dengan laki-laki kurang ajar itu.
"Sebenarnya pak Kenneth baik kok, Ra. Waktu itu kan beliau marah karena kau sudah berlaku tak sopan padanya, dan mengganggu jalannya rapat karena dering ponselmu itu, jadi ya kau terima saja konsekuensinya. Lagipula jika pekerjaanmu benar, pasti semua akan baik-baik saja."
Nasehat Alvian pada Maura seolah-olah dia mengetahui kejadian sebenarnya saja, Maura mencibir. Mereka tidak tahu saja kelakuan laki-laki mesum itu, semua orang memujanya sebagai pimpinan yang baik.
"Iya, Ra. Aku saja mencari-cari kesempatan supaya bisa ke ruangan pak Kenneth, lumayan cuci mata," seloroh Maya dari balik kubikelnya di samping Maura.
"Kalau begitu kau saja yang menyerahkan gambar ini, May. Jika dia menanyakan aku, bilang saja aku sedang buang air besar," timpal Maura tanpa dipikir dulu.
"Tidak bisa, Ra. Jangan mencari gara-gara, nanti kau akan mendapat masalah lagi," tegas Alvian tanpa bisa dibantah lagi.
Sambil menghembuskan napas dengan kesal, Maura meraih gambar yang telah diselesaikannya tadi. Dengan berat dia melangkah menuju ruangan pimpinan perusahaan ini. Terselip ide di kepalanya, dia hanya akan menitipkan gambar ini pada Chintya, sekretaris CEO yang selalu siap sedia di luar ruangan seorang Kenneth Tanujaya. Dia akan berpura-pura ingin ke kamar kecil saja, jadi dia tak perlu bertatap muka dengan laki-laki itu.
***
"Kau sudah cantik, Ra. Sudahlah jangan terlalu tegang, ini hanya makan malam biasa."
Jericho berusaha menenangkan Maura ketika mereka sudah dalam perjalanan menuju sebuah rumah makan tempat pertemuan akan dilangsungkan. Tadi sesuai janjinya Jericho menjemput Maura di kantornya, mengantarkannya pulang ke rumah untuk mandi dan berganti pakaian, kemudian segera meluncur menemui orang tuanya. Tampilan Jericho nampak santai, dia masih mengenakan pakaian yang sama yang dipakainya ketika berangkat ke kantor tadi pagi, dia hanya melepas jasnya saja. Kemeja berwarna biru mudah menempel sempurna di tubuhnya yang memang sangat proporsional itu, dia juga nampak menggulung kedua lengan kemejanya. Tampilannya yang santai tidak mengurangi sedikitpun ketampanannya, justru terlihat lebih gagah.
"Aku gugup, Jer. Kau tentu tahu alasannya," Maura mencoba tersenyum walau terkesan dipaksakan.
"Santai saja, sayang. Sekarang tarik napas perlahan, kemudian hembuskan. Semua akan berjalan dengan baik," Jericho mengelus tangan kanan Maura sementara tangan satunya tetap fokus pada kemudi.
Maura menuruti perkataan Jericho, dia merasa sedikit lebih tenang sekarang. Terlebih setelah Jericho mengecup punggung tangannya dan menyalurkan kehangatan yang membuat rasa percaya dirinya meningkat dengan baik. Mobil berhenti tepat di parkiran sebuah rumah makan yang terbilang mewah, Maura menyebutnya mewah karena ini salah satu rumah makan yang kerap kali dikunjungi oleh kalangan kelas atas dan mungkin artis-artis terkenal. Untuk orang-orang sekelas Maura, satu kali satu tahun saja mungkin tidak akan mereka realisasikan. Karena untuk menikmati makanan disana akan sangat menguras uangnya.
"Kau sudah siap?" Tanya Jericho setelah membukakan pintu mobil untuknya.
Maura mengangguk kecil, sekali lagi dia menghela napas membuang semua kegelisahannya. Memasuki sebuah ruang makan VIP, Jericho mantap menggenggam tangan Maura. Ketika pintu itu terbuka, Maura melihat sepasang suami istri yang nampak tersenyum menyambut kehadiran mereka, ayah dan ibu Jericho masih terlihat sangat muda sekalipun mungkin usianya sudah lebih dari 50 tahun. Di samping mereka nampak seorang gadis muda, mungkin seusia dengan Maura. Entah siapa gadis itu, setahu Maura Jericho adalah anak tunggal.
"Ma, Pa, maaf membuat kalian menunggu," Jericho menghampiri orang tuanya. "Perkenalkan ini Maura, kekasihku," lanjutnya lagi.
Maura mengangguk sopan pada pasangan suami istri tersebut, dia mengulurkan tangan kanannya pada ayah Jericho terlebih dahulu, disambut dengan baik oleh ayahnya. Kemudian dia menghampiri ibunya Jericho dan mengulurkan tangannya, sekian detik Maura tidak mendapatkan uluran tangannya disambut oleh ibunya Jericho.
"Jangan terlalu banyak basa basinya, Jer. Mama dan papa mengundangmu untuk mempertemukanmu degan Kiara, calon istrimu. Mengapa kau bawa gadis ini?" Ibunya Jericho berkata tajam.
Maura segera menurunkan uluran tangannya yang tak berbalas, matanya menatap tajam pada Jericho. Dia tidak sebodoh itu untuk tidak bisa mencerna perkataan ibunya Jericho dengan baik. Jadi Jericho akan dijodohkan dengan gadis cantik yang sedari tadi duduk manis bersama-sama dengan mereka, lalu apa maksudnya Jericho menyeretnya dalam pertemuan ini?
"Ma, aku kan sudah bilang tidak mau dijodohkan dengan Kiara atau gadis manapun. Aku sudah punya kekasih, dialah calon istriku kelak, Maura Anastasia."
Jericho melingkarkan tangannya dipinggang Maura, membuat Maura sedikit berjengit karena merasa tidak nyaman dengan tatapan sinis dari ibunya Jericho dan gadis yang bernama Kiara itlu.
"Mama tidak mau tahu, kau harus menikah dengan Kiara. Tidak bisa diganggu gugat lagi," tegas ibunya lagi. "Dan kau gadis, jangan coba-coba mempengaruhi Jericho lagi. Silakan keluar dari sini karena namamu tidak ada dalam list makan malam hari ini."
"Ma, sudahlah. Maura maaf ya, tapi ini sungguh tidak direncanakan sama sekali. Jericho tidak memberi tahu kami sebelumnya kalau dia akan membawamu kesini," ayahnya menengahi dengan bijak.
"Kenapa papa membelanya? Jelas-jelas gadis ini pengacau," ibunya meradang.
"Tante, sabar ya. Kiara tidak apa-apa kok," Kiara mencoba mencairkan suasana dengan menenangkan ibunya Jericho.
Suasana sudah sangat tidak kondusif, Maura menghela napas dan memejamkan matanya sesaat.
"Maaf apabila kehadiran saya sudah mengganggu, silakan dilanjutkan, saya pamit."
Dengan langkah lebar Maura pergi dari ruangan tersebut, dia tidak mempedulikan panggilan Jericho. Entah mengapa Maura merasa hal ini adalah awal yang tidak baik untuk sebuah hubungan, rasanya percuma juga tetap bertahan di dalam ruangan itu.
***
From author :
Konflik dimulai ya gengs, please jangan lupa supportnya. Vote, rate, like, comment, n share yuah. Ramaikanlah..
Tq guys, happy reading, luv u always...
Lanny Tan
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments
itin
ya ya ya lagi² perjodohan bla bla bla...... next 🤗
2021-09-22
0
elisabeth sembiring
para camer, jaga hati dan lisan memang agak sulit ya kalau sudah tidak suka
2021-03-26
2
Dinda Natalisa
Hai author aku mampir nih kasih like jangan lupa mampir di novel ku "menyimpan perasaan" mari saling mendukung.
2021-03-12
2