Maura menuju kubikelnya dengan napas terengah-engah, dia nyaris saja terlambat pagi ini. Pimpinan divisinya yang terkenal dingin menghunuskan tatapan tajamnya ketika mereka berada dalam satu lift tadi, nyaris saja aku ditelannya, batin Maura seraya menarik napas lega.
"Telat bangun lagi kan, Ra? Kebiasaan deh," tegur Airin yang satu divisi dengannya. "Hari ini ada meeting untuk proyek baru di Bali, bos besar langsung yang akan memimpin meeting kali ini."
"What?" Maura setengah berteriak. "Kok aku tidak diberitahu tentang meeting hari ini? Pak Kenneth yang akan memimpin meeting? Astaga, bagaimana ini?" Maura panik.
Dia sama sekali tidak diberitahu mengenai meeting hari ini, jadi dia tidak punya persiapan sama sekali. Yang membuatnya lebih panik, bos pimpinan pusat yang akan langsung memimpin meeting ini. Kenneth Tanujaya, pemilik perusahaan yang memegang posisi sebagai CEO di perusahaan ini. Selama enam bulan bekerja di perusahaan ini, Maura belum pernah bertemu langsung dengan pemilik perusahaan, dia hanya sering mendengar desas desus tentang kepopuleran sang pimpinan. Pria berkharisma yang mampu melelehkan hati setiap karyawan wanita yang bekerja di perusahaan ini, baik yang masih single maupun sudah menikah, berlomba-lomba mencari perhatian sang pemimpin perusahaan.
Mungkin hanya Maura yang tak tertarik dengan kharisma yang ditebarkan oleh pimpinannya itu, karena dalam hatinya dia hanya memuja Jericho kekasihnya sebagai pria kharismatik satu-satunya. Karena itu pula Maura tak berminat mencari tahu lebih lanjut mengenai profil sang pemilik perusahaan. Yang ada dalam benaknya hanyalah seorang pria setengah baya, berperut buncit, berkepala botak, dengan tampilan lemak berminyak-minyak. Senyum terukir di bibir tipisnya membayangkan profil yang baru saja melintas dalam benaknya.
"Ini rapat dadakan, Ra. Tidak ada persiaapn sama sekali, jadi bersiaplah untuk berimprovisasi menghadapi pak Kenneth yang berkharisma itu. Pria tampan tapi killer dalam hal pekerjaan," Airin menampilkan wajah sumringah sekaligus sekelebat kengerian.
Maura mengernyitkan dahinya, pria tampan tapi killer? Apa pendengaranku masih normal ya? Setampan apakah sang owner sehingga banyak yang memujanya? Ah sudahlah, Jericho paling tamapn sedunia pokoknya.
"Mari semua ke ruang meeting, sesaat lagi pak Kenneth akan tiba, beliau tidak menyukai jika ada yang terlambat datang," seruan pak Gatot sebagai ketua divisi membuat semua segera bergegas ke ruang meeting.
Maura melirik jam di tangan kirinya, sudah 10 menit berlalu sejak mereka tiba di ruang rapat menunggu kedatangan sang CEO. Tidak menyukai jika ada karyawan yang terlambat datang, tapi dia sendiri membuat kami menunggu seperti ini? Pimpinan macam apa? Gumam Maura dalam hatinya.
"Pak, saya permisi ke toilet sebentar ya. Kebelet mau buang air kecil nih," Maura meminta ijin dari pak Gatot yang tak mengalihkan tatapannya dari laptop sejak tiba di ruangan ini.
"Jangan terlalu lama, nanti keburu pak Kenneth datang, habis kamu," ancam pak Gatot tanpa melihat Maura sedikitpun.
"Baik, pak."
Dengan gerakan cepat Maura bergegas keluar ruangan menuju toilet, sebenatnya dia tak terlalu ingin buang air kecil. Dia hanya merasa bosan menunggu dalam hening, dia perlu menghirup udara segar.
Tiba di toilet, Maura menyempatkan diri melihat ponsel pintarnya, dia sedikit kecewa karena sampai jam ini Jericho belum juga menghubunginya untuk sekedar memberikan kabar. Dia mencoba melakukan panggilan berkali-kali ke nomor Jericho, akan tetapi tidak ada sambutan. Akhirnya dia memutuskan mengirim pesan whatsapp padanya : jika kau sudah sempat, tolong hubungi aku ya. Tulisnya singkat dan segera menekan tombol send. Dia mengembalikan ponselnya ke dalam saku blazer yang sedang dipakainya saat ini.
Segera Maura masuk ke dalam salah satu bilik toilet, menuntaskan hasrat ingin buang air kecilnya. Tak sampai lima menit dia sudah menyelesaikan ritualnya dan segera bergegas untuk kembali ke ruang rapat.
Setelah mengetuk pintu dan dipersilakan masuk, dengan semangat Maura membuka dan seketika matanya terbelalak.
"Kau...," Maura mengarahkan telunjuknya pada seseorang dalam ruangan itu.
Semua mata tertuju padanya yang dinilai bersikap tidak sopan pada pimpinannya, tapi dia tak peduli. Bukan karena pimpinannya yang saat ini sudah menempati kursinya dan sedang memimpin rapat, tapi lebih kepada sosok dan penampilan pimpinannya yang jauh dari bayangannya sama sekali. Tidak botak dan berperut buncit, memang agak matang, mungkin usianya belum mencapai 50 tahun. Wajahnya tampan, bentuk tubuhnya atletis, dan benar dia sangat berkharisma. Tapi lebih dari semua itu, wajah itu mengingatkan Maura pada peristiwa beberapa hari lalu di sebuah club malam ketika dia menghadiri perayaan ulang tahun Nadia sahabatnya.
Emosi memenuhi kepalanya, rasanya dia siap meledak saat itu juga, jadi pria kurang ajar yang mencuri ciumannya waktu itu adalah pemilik perusahaan tempat dia bekerja.
"Singkirkan jarimu yang tidak sopan itu, silakan duduk hingga rapat ini selesai," suara berat itu masih terdengar sama menurut Maura, meninggalkan kesan sexy seperti malam itu.
Dengan kesal Maura menurunkan jari telunjuknya, dia mengutuki kekonyolannya yang masih sempat memikirkan suara sexy pria kurang ajar itu.
"Maaf, saya tidak bisa mengikuti rapat ini," kalimat yang diucapkan Maura membuat seisi ruangan kembali menatap padanya.
"Duduk," perintah pria itu tegas.
Dengan dada bergemuruh Maura menuju tempat duduknya, dia tahu teman-temannya sedang menatap kasihan padanya, kemungkinan ini adalah hari terakhirnya bekerja di kantor ini.
Rapat kembali dilanjutkan, Maura tidak menyimak sama sekali, pikirannya berkecamuk ingin menghajar pria kurang ajar yang ternyata adalah CEO pemilik perusahaan tempatnya bekerja. Miris sekali, mimpi apa dia semalam membayangkan hari ini adalah hari terakhirnta bekerja di perusahaan ini. Entahlah, Maura tak ingin berpikir terllau berat. Setelah rapat dia akan menemui Kenneth di ruangannya, dia sudah merancang akan melakukan apa pada pria sialan itu. Kau tunggu saja kejutan dariku, dasar laki-laki hidung belang.
Di tengah rapat sedang berlangsung, tiba-tiba ponsel milik Maura berdering. Shit, aku lupa menonaktifkannya. Kini semua mata kembali tertuju padanya, Maura menarik napas. Dia tahu pasti itu adalah panggilan dari Jericho, dia memiliki nada dering khusus untuk panggilan telepon dari kekasihnya.
"Mana ponselnya?" Tanpa Maura sadari Kenneth sudah berdiri di sampingnya dan mengulurkan tangannya.
"Apa maksudnya, pak?" Tanya Maura spontan.
Dia tak terima dengan perlakuan bos kurang ajarnya ini, memang kesalahan fatal karena dia tidak menonaktifkan ponselnya atau sekedar menyetel silent mode. Tapi dia benar-benar lupa akan hal itu, bukan kesengajaannya mengganggu berjalannya rapat ini. Tapi memberikan ponselnya pada Kenneth juga bukan tindakan yang diwajibkan menurutnya.
"Maaf, pak. Saya akan segera menonaktifkannya," akhirnya Maura memilih berkata lirih ketimbang mendebat bosnya ini.
"No, berikan pada saya sekarang juga. Dan saya tidak suka dibantah," ujar Kenneth tegas.
Maura menatap tajam mata elang Kenneth, dengan kesal dia menyerahkan ponselnya yang masih terus berdering. Kenneth segera menolak panggilan tersebut dan memasukkan ponsel itu ke saku jasnya.
"Kamu bisa mengambilnya kembali di ruangan saya setelah rapat ini selesai," ujar Kenneth sambil berlalu kembali menuju kursi pimpinannya.
***
From author :
Nah... mulai seru ya kan? Cuzz kepoin kisahnya ya.
Jangan lupa vote, rate, like, comment, n share.
Tq all, luv u,
Lanny Tan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments
Deni Hamdani
lanjut
2021-04-09
0
Yora
ceritanya ga jauh beda dgn secret love
2021-03-28
2
Zaimah
kaya keren nih ceritanya
2021-03-28
2