Rencana di dalam rencana-1

Rio merasa amat bangga dengan dirinya. Saat ini Ia sedang berjalan dengan dua wanita yang amat cantik. Pandangan semua tamu di cafe tertuju padanya.

Rara menggandeng mesra tangan Rio, menunjukkan kepada semua yang melihatnya kalau Ia lah sang pemilik laki-laki tersebut. Sementara Inez berjalan canggung bak obat nyamuk diantara sepasang kekasih ini.

Rara sudah mengenalkan Rio pada Inez. Rara mengatakan kalau Rio pacarnya dan belum lama berpacaran. Bohong tentunya. Kan Rara bilang ke Mamanya kalau masih Ia jomblo.

Rara beralasan kalau Ia dan Rio selama ini hanya berteman akrab dan ternyata Rio baru menyatakan cintanya beberapa hari lalu. Inez menerima saja semua kebohongan yang Rara katakan. Tak ada alasan bagi Inez tidak mempercayai perkataan Rara karena Rara terkenal jujur pada dirinya sejak dulu.

Seorang cowok yang duduk di sudut cafe melambaikan tangannya pada Rio. Rio lalu mengajak Rara dan Inez mendekati cowok tersebut.

"Ladies, perkenalkan... Ini temen gue, Jerry. Hmm... Jer... kenalin ini pacar gue Rara dan sahabatnya Inez." Rio memperkenalkan Jerry dengan Rara dan Inez.

"Rara." ucap Rara sambil menyambut uluran tangan Jerry.

"Inez."

"Jerry. Ayo silahkan duduk. Biar gue panggil pelayan ya biar kalian bisa pesan makanan apa yang kalian mau." ujar Jerry dengan ramah. Sikap Jerry dengan mudah membuat suasana menjadi akrab.

"Jer, bisa keluar sebentar gak? Ada yang mau gue omongin." ajak Rio. "Sebentar ya, Ladies. Kita berdua ada urusan bisnis sebentar. Gak enak kalau ngomongin di depan kalian."

"Oh..iya... kita berdua nunggu disini aja ya. Sekalian liat-liat menu makanan." kata Rara. Inez pun mengangguk setuju dengan perkataan Rara.

Rio pun mengajak Jerry masuk ke dalam pintu darurat agar tidak ada yang mendengar percakapan mereka berdua.

"Nih, Jer. Nanti lo masukkin ke minuman mereka berdua ya." Rio menyerahkan bungkusan berisi obat pada Jerry.

"Loh kok kasih ke mereka berdua? Bukannya cuma buat Si Cantik Inez aja?" tanya Jerry bingung.

"Udah lo lakuin aja yang gue suruh. Mau bisnis lo gue hancurin?" ancam Rio.

Jerry yang tahu kalau Rio tidak pernah main-main dengan perkataannya pun merasa nyalinya ciut. Siapa yang berani melawan anak sultan kayak Rio?

"Weits.... santai Bos. Mana berani gue sama Bos Rio? Gue nurut aja perintahnya Si Bos." jawab Jerry sok santai padahal hatinya ciut.

"Oke. Ada satu lagi yang harus lo lakuin." kali ini wajah Rio lebih serius dari sebelumnya.

"Apa Bos?" tanya Jerry. Ia tahu pasti ada rencana dibalik rencana yang sudah direncanakan oleh Bosnya tersebut. Buktinya rencana awal adalah Ia memberi obat tidur pada Inez dan lalu mengajak Inez check in. Tapi ternyata Sang Bos punya rencana lain. Yang pasti rencana Rio tidak sejalan dengan rencana pacarnya.

"Lo jangan sentuh Inez. Inget, Dia punya gue! Lo berani sentuh Dia, maka lo akan habis sama gue!" ancam Rio.

"Terus gue mesti lakuin apa Bos? Bukannya gue disuruh check in sama Inez setelah Dia gak sadar nanti?" tanya Jerry bingung.

"Nanti saat Rara dan Inez gak sadar, lo bawa Rara. Dan Inez urusan gue. Ngerti gak lo?"

"Ngerti Bos. Terus Rara boleh gue apa-apain Bos?" tanya Jerry dengan senyum liciknya.

"Coba aja lo apa-apain cewek gue kalau berani. Besok pagi udah gue kebiri tuh burung lo!" ancam Rio.

Ancaman Rio membuat Jerry langsung pucat. Ia tahu Bos nya tidak akan main-main dengan ancamannya tersebut.

"Iya, Bos. Ampun. Gue gak akan berani sama punya lo. Gue janji gak bakalan gue sentuh cewek lo. Janji." jawab Jerry dengan gemetaran.

"Oke. Ayo kita balik lagi ke dalam. Jangan sampai mereka curiga."

Rio kembali lagi ke dalam cafe. Ia dan Jerry berpura-pura membicarakan bisnis agar kedua gadis didepan mereka tidak mencurigai rencana yang mereka buat.

Mereka makan sambil mengobrol. Sikap Jerry yang humoris langsung mencairkan suasana. Sesekali Inez bahkan tertawa sampai ngakak mendengar lelucon Jerry. Sementara Rara ikut tersenyum walau menyembunyikan tangannya yang terasa dingin karena sebentar lagi rencana yang Ia susun akan dilaksanakan. Ia berharap tak ada halangan sehingga rencananya mulus dan balas dendamnya terhadap Inez dapat terlaksana.

Walau rencana sudah matang, namun tetap saja Rara merasa grogi. Ia memang bukan anak baik-baik, namun melakukan kejahatan seperti ini belum pernah Ia lakukan sebelumnya.

"Tenang, Ra. Sebentar lagi balas dendam lo akan terlaksana. Semua sakit hati lo bakal terbayarkan semuanya. Cash. Biar Inez merasakan semua rasa sakit karena ditinggalkan orang yang Ia sayang." tekad Rara dalam hati.

Makan malam mereka pun sudah selesai. Jerry lalu mengajak Inez dan Rara untuk ke lantai atas.

"Gak enak nih kalau udahan. Kita ke atas yuk." ajak Jerry.

"Memangnya diatas ada apa?" tanya Inez dengan polosnya.

"Ada diskotek. Keren loh diskoteknya. DJ nya oke punya. Minumannya juga beeeuuuhhh... mantap deh pokoknya. Mau ya." bujuk Jerry.

Sejenak timbul keraguan di dalam diri Inez. Akankah Ia ikut ke atas atau pulang saja. Inez pun menatap Rara meminta jawaban Rara apakah akan ikut atau tidak.

"Ikut aja yuk, Nez. Gue penasaran kayak gimana sih diskotek. Maklum, anak asrama mana pernah menikmati dunia malam? Gue belum pernah ke diskotek. Penasaran kayak gimana. Kalo lo sering ya Nez?" tanya Rara berpura-pura. Mana mungkin ratu ngedugem belum pernah ke diskotek? Rara memainkan perannya dengan baik.

"Tapi... nanti kalau Andrew video call gimana?" tanya Inez ragu. Inez tidak memikirkan orang tuanya karena saat Inez ijin pergi dengan Rara kedua orang tuanya langsung memberi ijin, malah Mama dan Papa langsung ikutan pergi ke rumah Nenek karena tidak mau bermalam minggu di rumah saja.

"Gak usah lo jawab lah. Cuekkin aja. Kan gak ketahuan tuh lo lagi ada dimana." jawab Rara santai.

"Iya ayo dong Nez ikutan. Gak seru kalau gak ada lo. Masa sih gue cuma jadi kambing congek di depan sepasang kekasih ini." bujuk Jerry lagi.

Rio hanya diam saja menghabiskan minumnya. Ia tidak mau ikutan membujuk Inez. Kalau Inez tidak ikut otomatis rencana Rara akan gagal dan Ia tidak perlu repot-repot melaksanakan rencana yang sudah Rara susun tersebut.

Rio hanya tidak mau rasa dendam di hati Rara makin besar dan malah menjebloskannya ke dalam kubangan kebencian yang makin besar lagi nantinya. Namun Ia bisa apa jika Rara sudah berkehendak?

Rara menendang pelan kaki Rio, memberi isyarat pada sang kekasih untuk membantu membujuk Inez. Rio paham apa maksud Rara tapi Ia berpura-pura asyik dengan minumannya dan mengacuhkan permintaan Rara.

Tiba-tiba Hp Inez berbunyi. Sudah bisa ditebak kalau Andrew yang menghubungi.

"Kamu dimana Sayang? Kok suaranya ramai dan ada musiknya?" tanya Andrew dari ujung telepon sana. Andrew sedang menyiapkan bisnis yang Ia mulai rintis, karena itu Ia sering sibuk belakangan ini.

"Hmm... aku lagi makan sama Rara di cafe." jawab Inez jujur.

"Oh lagi sama Rara. Yaudah aku gak mau ganggu kamu. Jangan pulang malam-malam ya. Have fun Darling." kata Andrew.

"Iya. Makasih Sayang." Inez pun memutuskan sambungan teleponnya. Wajahnya terlihat sedang memikirkan sesuatu.

"Oke deh aku ikut ke atas. Kebetulan Andrew udah telepon jadi Dia gak akan ganggu aku lagi. Ayo kita clubbing sekarang." ajak Inez dengan penuh semangat.

"Oke. Lets go!" balas Rara tak kalah semangat.

Rio menghela nafas berat. Huft... Ia harus kerja keras nih malam ini. Dengan berat hati Rio mengikuti kemauan Rara dan Inez.

"Ayo, Ladies. Lets start the party!" seru Jerry semangat.

Rio memicingkan matanya pada Jerry. Memberi peringatan dalam bahasa isyarat ke Jerry tentang perjanjian yang mereka buat tadi.

Inez dan yang lainnya pun menaiki lift ke lantai 20. Tempat salah satu Diskotek terbesar dan termewah di kota mereka.

Inez yang memang belum pernah memasuki diskotek sebelumnya pun terpukau. Suara dentuman musik yang kencang seakan menghentakkan tubuhnya untuk ikut bergerak mengikuti irama lagu yang DJ mainkan.

Ia asyik melihat orang-orang asyik berjoged sampai hampir saja ketinggalan Rara dan yang lainnya. Untunglah Jerry menarik tangannya dan menuntunnya agar tidak terpisah. Maklumlah, masih baru mengenal diskotek jadi masih agak-agak norak.

Rara dan Rio sudah sampai duluan di meja bartender. Rara sudah asyik sendiri menikmati musik yang DJ mainkan. Kalau bukan harus menjaga image di depan Inez, Ia sudah langsung turun dan menguasai diskotek ini seperti biasanya.

Rio memberikan kode pada Jerry untuk melaksanakan rencana mereka. Setelah mengantarkan Inez, Jerry pun menemui bartender dan menyerahkan bungkusan berisi obat yang Rio berikan padanya tadi. Tak lupa Jerry berpesan agar obat tersebut diberikan kepada kedua gadis yang ikut bersama mereka malam ini.

Rara tersenyum licik. Usahanya hampir berhasil. Ia hanya perlu membujuk Inez agar mau minum minuman yang Ia tawarkan.

Jerry sudah kembali bergabung dengan Inez dan yang lainnya. Rio lalu memberi kode pada Rara kalau Ia sudah melakukan apa yang Rara suruh.

Rara yang paham maksud kode Rio pun mulai memainkan perannya.

"Nez, lo mau pesan minum apa?" tanya Rara.

"Apa ya Ra?" tanya Inez bingung. Inez pun membisikkan sesuatu ditelinga Rara. "Gue belum pernah ke diskotek sebelumnya."

Rara tersenyum senang, seperti yang Ia duga Inez memang belum pernah ke diskotek sebelumnya. Rencananya makin mulus dan sesuai yang Ia rencanakan.

"Tenang aja Nez, gue juga belum pernah. Kita minum yang enggak mengandung alkohol aja ya. Hmm... gimana kalau orange jus aja?" bisik Rara lagi di telinga Inez.

"Boleh tuh. Gue samaan aja kali ya sama lo." jawab Inez.

"Oke." Rara pun memesan dua buah orange jus pada bartender.

Rio dan Jerry juga memesan minuman namun minuman beralkohol yang mereka pesan. Level mabuk Rio dan Jerry sudah dalam tahap jago karena itu minum minuman beralkohol tidak membuat mereka mudah mabuk jika porsinya dikit.

Bartender lalu memberikan minuman pesanan mereka. Inez dan Rara mulai meminum minuman pesanan mereka.

Sambil menikmati minuman mereka asyik mengobrol dan menikmati musik yang berdentum dengan kencangnya. Tak terasa efek obat yang Rara dan Inez minum pun mulai bereaksi.

Rara dan Inez pun tak sadarkan diri. Segera Jerry dan Rio membawa kedua gadis itu check in di hotel yang kebetulan ada di gedung sebelah. Awalnya Rio menyuruh Jerry membawa Rara namun Ia tidak rela Rara dipegang-pegang oleh Jerry. Akhirnya Jerry yang membawa Inez. Jerry sih senang-senang aja karena menurutnya Inez lebih cantik dan aduhai dibanding Rara.

Jerry membawa Inez ke kamar nomor 8017 sementara Rio membawanya ke kamar 8018. Setelah membaringkan Rara di tempat tidur, Rio pun masuk ke kamar 8017. Ia tidak tenang membiarkan Jerry berduaan dengan Inez.

Rio lalu menggedor pintu kamar 8017. Jerry membuka pintu kamar dengan kesal. Tanpa permisi Rio langsung masuk ke dalam kamar dan benar saja yang Ia pikirkan. Jerry sudah menanggalkan baju milik Inez dan hanya tersisa pakaian dalamnya saja. Telat sedikit saja sudah dipastikan keperawanan Inez akan Jerry ambil.

Rio langsung emosi melihat perbuatan Jerry. Wajahnya merah padam menahan amarah. Rio langsung menarik kerah Jerry dan memojokkannya di tembok. "Heh siapa yang nyuruh lo ngapa-ngapain Inez?"

"So...so... sorry Bos. Gue pikir karena lo bawa Rara jadi gue boleh apa-apain Inez. Sumpah Inez belum gue apa-apain Bos." kata Jerry dengan penuh ketakutan. Belum pernah Ia lihat Rio semarah ini sebelumnya.

"Iya belum lo apa-apain. Kalo gue telat dikit udah lo sikat si Inez!" kata Rio dengan penuh emosi.

"Ampun Bos. Maafin gue." Jerry takut kalau Ia akan dikebiri oleh Rio. Ancaman Rio tak pernah main-main.

Rio pun melepaskan tangannya dari kerah Jerry. "Oke. Lo gue maafin. Besok kalau Rara nanya apa yang terjadi bilang aja gue mabok parah dan belum kasih perintah lagi selain kasih obat ke minuman Inez. Lo alesan aja ada urusan mendadak makanya lo langsung pergi setelah nganter Inez ke kamar. Sisanya biar urusan gue. Pergi lo sekarang." usir Rio.

Jerry lalu pergi meninggalkan Rio yang langsung menutup pintu kamar. Meninggalkan Inez dan Rio berduaan di dalam kamar.

*********

🎶 L - is for the way you look at me

O - is for the only one I see

V - is very, very, extraordinary

E - is even more than anyone that you adore can 🎶

Ringtone lagu LOVE yang berarti ada panggilan masuk terus berbunyi dari Hp Inez sejak tadi. Dengan kepala masih pusing Inez mencari keberadaan Hpnya tersebut. Tangannya terus meraba mencari Hpnya dan akhirnya ketemu.

Inez tidak melihat siapa yang meneleponnya. Ia juga tidak tahu kalau itu bukan panggilan telepon, melainkan video call dari sang kekasih Andrew.

"Hallo." jawab Inez. Kepalanya masih terasa pusing dan Ia belum sepenuhnya sadar.

"Kamu dimana?" tanya Andrew.

"Mm... di rumah." jawab Inez. Inez mengangkat Hpnya untuk membenarkan posisi meneleponnya. Ternyata camera Hp malah menyorot isi kamar hotel.

Andrew terdiam. Ia tidak percaya dengan apa yang Ia lihat. Andrew berusaha menahan amarahnya.

"Gak mungkin. Siapa laki-laki yang tidur di sebelah kamu?"

******

⚘⚘⚘⚘Sudah beberapa bab nih. Mana ya vote dan likenya? Hmm... ini panjang² loh ceritanya tiap bab. Hayo di vote dan like ya. Maacih 😘😘😘⚘⚘⚘⚘

Terpopuler

Comments

☠⏤͟͟͞R⚜🍾⃝ ὶʀαͩyᷞαͧyᷠυᷧͣ🏘⃝Aⁿᵘ

☠⏤͟͟͞R⚜🍾⃝ ὶʀαͩyᷞαͧyᷠυᷧͣ🏘⃝Aⁿᵘ

badai dah badai ini🤦

2022-01-09

0

BirVie 💖🌈☁️

BirVie 💖🌈☁️

duuuhhhhh Andrew telp pas video call
Rara iblis 😠

2021-12-25

0

Marni Yulis Marni

Marni Yulis Marni

aku merasa agak takut baca novel ini thor..jujur aku agak takut krn siasat licik rara sama inez..aku udah pending agak lama baca novel ini..aku paling g suka kl ad shabat seperti karakter rara...kdang ragu2 mau baca

2021-09-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!