"Tuh kan apa Tante bilang, Rara tuh memang anak baik dan rajin, Nez. Mana sempat Dia pacaran." ujar Mama Vio dengan bangganya.
"Iya Tante. Inez jadi malu nih sama Rara. Inez kerjaannya pacaran melulu he...he..he..." kata Inez merendah.
"Saya dong yang salah, Tante. Kan saya yang ngajakkin Inez pacaran?" seru Andrew berusaha membela pacarnya dari sindiran halus Tante Vio tersebut.
"Sudah.... sudah... Jangan saling menyalahkan. Kalau mau disalahkan tuh salahin aja aku yang ngejomblo terus." ucapan Rara langsung disambut dengan tawa semua orang.
"Kena kan kalian sama gue. Silahkan kalian tertawa sepuasnya. Nanti kalian akan menangis, gue pastikan itu!" gumam Rara dalam hati.
"Ah anak Mama ini bisa aja. Sudahlah ayo kita makan dulu, Tante udah beli makanan nih buat makan sama-sama. Gimana?" ajak Tante Vio.
"Gak usah Tante. Aku udah makan tadi sebelum kesini." tolak Andrew.
"Tapi aku mau makan bareng sama Rara." kata Inez dengan manjanya.
"Yaudah kamu ikut makan bareng. Aku pulang duluan ya. Aku gak mau gangguin sesi kangen-kangenan kamu sama Rara." pamit Andrew.
"Nanti telepon aku ya kalau udah sampai rumah." pesan Inez.
"Iya Sayang." jawab Andrew. "Tante... Rara... Aku pamit pulang dulu ya." pamit Andrew dengan sopan. Memang Mami Andrew di rumah mendidiknya dengan penuh kasih. Ia tumbuh menjadi anak yang sopan tidak seperti anak muda kebanyakan yang suka songong dan tidak sopan pada orang yang lebih tua.
"Iya, Ndrew. Hati-hati. Tenang aja, Inez aman kok disini." jawab Rara sambil menyunggingkan senyumnya.
"Iya gue percaya kok sama lo. Makasih ya semuanya."
"Lebay.... Kayak mau pergi kemana aja pake perpisahan kayak gitu." oceh Rara dalam hati.
Inez mengantar Andrew sampai depan mobilnya. Ia melambaikan tangannya saat mobil Andrew melaju meninggalkan pekarangan rumahnya. Inez lalu kembali lagi ke dalam rumah Rara.
Inez langsung menghampiri Rara yang kini sedang duduk di ruang makan bersama Tante Vio. Sudah tersedia piring untuk dirinya di meja makan. Tanpa sungkan Rara pun langsung duduk di tempat yang disediakan.
"Tante masak semuanya?" tanya Inez dengan cueknya.
"Ya enggaklah, Nez. Mana sempat Tante masak semua ini. Semuanya beli. Kamu tahu sendiri kalau Tante tuh super sibuk." jawab Tante Vio dengan santainya.
"Gue sih gak masalah Nez mau masak sendiri atau beli, yang penting bisa dimakan. Udah ayo makan. Gue laper nih tadi di bus cuma ngemil chiki aja. Gak nampol." ujar Rara sambil mengambil nasi dan menuangkannya ke piringnya sendiri. Ia lalu mengambil lauk ayam bakar yang sudah Mamanya pesan.
"Ayo Inez juga diambil dong makannya. Kita makan bareng. Kan udah lama banget kita gak makan bareng." ajak Tante Vio.
"Siap Tante. Inez makan ya. Inez sengaja tadi gak ikut makan sama Andrew soalnya Inez mau ajak Rara makan bareng. Kangen banget sama Rara habisnya." kata Inez dengan nada manjanya. Inez pun mengikuti Rara mengambil nasi dan lauk ke piringnya lalu menikmati makan siang yang kesorean untuknya.
"Nginep aja Nez sekalian. Temani Rara." ujar Tante Vio spontan.
"Uhuk..." Rara yang kaget mendengar Mamanya tiba-tiba menyuruh Inez untuk menginap pun sampai tersedak. Inez lalu bangun dan menepuk-nepuk punggung Rara agar tersedaknya reda.
"Pelan-pelan Sayang makannya." Tante Vio juga ikut bangun dan menuangkan segelas air putih untuk Rara. "Ayo diminum dulu air putihnya." Tante Vio memberikan gelas berisi air putih dan memberikannya pada Rara.
Rara mengambil air putih tersebut dan meminumnya. Inez sudah tidak menepuk punggung Rara lagi melainkan hanya mengusapnya dengan lembut seperti memberikan ketenangan agar rasa tersedak Rara hilang.
"Makasih, Nez." ujar Rara setelah sudah tenang.
Inez pun kembali lagi ke tempat duduknya.
"Ayo dimakan lagi. Nanti keburu dingin gak enak." ujar Tante Vio.
"Iya, Ma." jawab Rara. Ia pun melanjutkan lagi makannya meski selera makannya sudah lenyap.
"Ngapain sih Mama pake nawarin Si Tukang Pamer untuk nginep segala? Males tau gak tidur deket-deket Dia terus." keluh Rara dalam hati.
"Emm... Ra, gue boleh kan nginep malam ini? Kebetulan besok gue udah mulai liburan jadi kita bisa begadang semalaman sambil ngobrol. Gue kan kangen banget mau cerita-cerita sama lo. Boleh ya, please..." pinta Inez. Inez pun menatap Rara dengan sorot mata yang tak mampu siapapun menolaknya.
"Kasih lah Ra sahabat kamu Inez untuk nginep. Kasihan Dia tuh kangen banget sama kamu." suruh Mama Vio pada Rara.
Rara menghela nafas berat. Rasanya hari ini amat lelah. Lelah dengan perjalanan jauh, lelah juga dengan orang-orang yang suka ngintilin hidupnya. Padahal malam ini rencananya Rara mau cabut ke diskotek untuk bertemu teman-teman lamanya.
"Baiklah. Apa sih yang enggak buat Inez tersayang?" ujar Rara dengan mulut manisnya. Lain di mulut lain juga di hati. Dalam hatinya Rara terus mengutuk dan jijik dengan perkataan yang Ia ucapkan sendiri.
"Asyyiiikkk. Rara memang terbaik deh. Habis ini aku mau pulang dulu ya. Aku mau mandi dan nanti kita pesta piyama ya berdua." kata Inez dengan semangat berapi-api. Hatinya amat senang hari ini.
*****
"Iya Sayang aku mau nginep dulu ya di rumah Rara. Dah Sayang." Inez menutup sambungan teleponnya dengan Andrew. Ia sudah mandi dan berganti dengan piyama tidur bergambar teddy bear kesukaannya.
Inez lalu pergi ke dapur dan membawa cemilan untuk stok pesta piyama nanti bersama Rara.
"Kamu mau kemana sih Nak dengan semua cemilan itu? Mau kamu makan sendirian? Gak takut gendut? Nanti Andrew kabur loh kalau liat kamu gendut kayak gajah." tanya Mama Olive yang sejak tadi melihat putrinya sedang sibuk memilih cemilan dan memasukkannya ke dalam papper bag.
"Eh emangnya Inez belum bilang ya sama Mama? Inez mau nginep Ma ke rumah Rara." Inez menggaruk kepalanya, Ia sedang mengingat-ingat apakah Ia sudah minta ijin mamanya atau belum.
"Belum. Memangnya Rara sudah pulang?" tanya balik Mama Olive.
"Udah, Ma. Tadi siang Rara udah pulang. Malah tadi Inez makan bareng sama Tante Vio dan Rara." beritahu Inez.
"Tumben Vio ada di rumah saat jam kerja. Mama baru tau loh dari kamu kalau Rara sudah pulang. Memangnya Rara gak capek baru pulang sudah kamu intilin terus? Nanti Dia terganggu gak sama kedatangan kamu gimana?" tanya Mama Olive khawatir.
"Tenang aja Ma. Tadi Inez udah ijin sama kok sama Rara dan diijinkan buat nginep. Kalau masalah Tante Vio di rumah mungkin mau menyambut kedatangan Rara kali, Ma. Makanya Tante Vio ijin dari kantornya untuk pulang lebih cepat." jawab Inez.
"Ya sudah kalau begitu. Bawa saja deh cemilan yang kamu mau. Anggap aja sebagai hadiah menyambut kedatangan Rara di rumah. Jangan lupa salamin ya dari Mama buat Rara. Kalau perlu Rara suruh nginep di rumah kita, gantian."
"Siap, Ma."
*****
"Aku gak bisa keluar malam ini, Beb. Reschedule aja ya. Besok atau lusa aku usahain. Aku tunggu Si Nenek Lampir ke luar kota. Tadi Dia bilang sih katanya mau ke luar kota antara besok atau lusa. Iya aku janji deh. Kamu jangan ngambek sama aku ya. Oh iya Si Tukang Pamer mau nginep nih di kamar aku. Sebenernya sih aku males tapi aku mau mengorek informasi dari Dia dulu buat rencana aku ke depannya." Rara sedang asyik berbicara di telepon dengan pacarnya ketika Inez memanggilnya di bawah.
"Ra... aku datang nih." teriak Inez penuh semangat.
"Beb, udah dulu ya. Si Rese dateng nih. See you tomorrow ya, Luv you." Rara menutup teleponnya dengan cepat. Ia tidak mau Inez sampai menguping pembicarannya dengan sang kekasih.
"Masuk aja, Ra. Aku lagi beresin barang-barang di kamar." teriak Rara balik.
Tak lama Inez mengetuk pintu kamar Rara. Tanpa menunggu persetujuan Rara, Inez pun langsung masuk ke dalam kamar.
"Wah kamar kamu gak ada yang berbeda ya Ra. Masih tetap sama seperti dulu." Inez memang sudah lama tidak masuk ke dalam kamar Rara.
Kamar Rara tetap terjaga kebersihannya selama ini meskipun sudah hampir 4 tahun Ia tidak pulang ke rumah. Rara memilih tinggal di asrama putri sejak kuliah. Meskipun Rara jarang pulang namun Tante Vio tetap menjaga kamar Rara seperti terakhir kali Rara meninggalkannya.
Foto Papa Rara yang sedang menggendong Rara sambil tertawa bahagia masih tetap berada di meja belajarnya. Mata Inez langsung tertuju pada Om David. Inez gak suka dengan Om David. Kenapa Rara masih memajang foto Papanya tersebut?
Rara melihat pandangan mata Inez yang tertuju pada foto dirinya dan Papanya. Dengan langkah secepat kilat Rara menggandeng Inez dan mengajaknya duduk di tempat tidurnya.
"Sini duduk dulu, Nez." ajak Rara.
"Oh iya aku sampai lupa, Ra." Inez menepuk keningnya. Gara-gara melihat lagi foto Inez dengan Om David Ia sampai lupa dengan apa yang Ia bawa. Inez pun mengeluarkan cemilan dan titipan dari Mama Olive untuk Rara. "Ini, Ra. Mama aku bawain buat kita ngemil sama..... nah ini Dia. Mama buat syal ini sendiri loh. Mama bilang ini buat kamu. Nanti kamu pakai ya kalau di asrama dingin."
Rara menerima syal rajut buatan tangan Tante Olive. Syal berwarna pink itu terlihat amat lembut dan hangat. Rajutannya pun rapi. Benar-benar sesuai dengan kepribadian Tante Olive.
Sejak dulu Rara amat menyukai Tante Olive. Tante Olive dan Mama Vio memang berteman lama, namun sikap dan sifat Tante Olive dan Mama Vio amatlah jauh berbeda.
Tante Olive adalah sosok keibuan yang selalu Ia idamkan sejak dulu. Tante Olive memperlakukan dirinya sama lembutnya dengan Inez. Ini yang Ia suka dari berteman dengan Inez, selebihnya hanyalah hal yang Ia benci.
Tante Olive selalu menawarkan Rara makan setiap Rara pulang sekolah dan mendapati rumahnya kosong melompong tanpa ada sesuatu yang bisa dimakan. Hanya ada uang di atas lemari es untuk Ia membeli sendiri makanan yang Ia suka.
Tante Olive selalu memanggilnya untuk makan bersama. Rara tanpa tahu malu selalu ikut Inez makan siang bersama dengan Tante Olive. Semua itu Rara lakukan hanya demi bisa merasakan masakan Tante Olive yang menurutnya paling enak sedunia.
Air mata Rara mulai menggenang di pelupuk matanya. Andai.... Andai Ia memiliki Mama seperti Tante Olive, maka Papa David tidak akan pergi dari rumah dan Ia tidak perlu tinggal dengan Mama Vio yang suka membentaknya dan selalu mengatur hidupnya tersebut.
Rara memimpikan memiliki keluarga yang utuh seperti Inez. Keluarga yang saling mendukung. Keluarga yang hidup rukun dan damai tanpa perlu ada pertengkaran setiap harinya. Tanpa perlu ada piring terbang dan keramik pecah yang terkadang melukai jarinya sampai berdarah.
Keluarga yang tertawa bahagia, bukan yang saling memaki dengan kata-kata kebun binatang yang keluar dari mulut sepasang kekasih yang dulunya mengaku saling mencintai namun kini saling menyakiti. Iya, Rara iri dengan semua yang Inez miliki dan Ia tidak miliki. Andai ia bisa menukar kehidupannya dengan kehidupan milik Inez.....
"Ra... Ra...." Inez menggoyangkan tangannya di depan wajah Rara yang sejak tadi hanya melamun dan asyik dengan pikirannya sendiri.
Rara kaget dan tersadar dari lamunannya. "Emm.... Iya... Maaf gue tadi lagi terpukau sama hasil rajutam Tante Olive. Bagus banget."
"Lo suka?" tanya Inez.
Rara mengangguk. Ia memang amat menyukai apapun yang Tante Olive buat.
"Nanti gue bilangin sama Mama buat bikinin rajutan buat lo deh sebelum lo balik ke asrama. Lo mau dibuatin apa lagi Ra biar nanti gue request ke Mama." tanya Inez.
"Apa aja. Terserah Tante Olive aja." jawab Rara pasrah.
"Oke. Kita ngapain nih buat pesta piyama kali ini? Hmm... gimana kalau kali ini lo yang cerita gimana kehidupan lo di asrama. Gimana?" tanya Inez.
"Ah mana seru sih Nez kehidupan di asrama? Sehari hari hanya makan, tidur, sekolah. Begitu aja terus. Gak ada yang bisa gue ceritain. Lebih seru cerita di kampus lo deh kayaknya." Rara mengambil sebuah chiki yang Inez bawa lalu membukanya.
"Memangnya se-membosankan begitu ya kehidupan asrama? Gak bisa jalan-jalan keluar gitu?" tanya Inez penasaran.
"Ya bisa lah. Emangnya gue tinggal di penjara. Lo gak tau aja kalau di asrama putri lebih parah dari kehidupan kuliah lo yang gitu-gitu aja. Lo gak tau kan kalo gue tuh ratunya party? Dasar cupu!" keluh Rara dalam hati.
"Iya gitu deh. Udah ah gak usah bahas kehidupan gue yang monoton. Lo ceritain dong tentang pacar lo Andrew. Kok bisa sih kalian awet pacaran sampai sekarang?" Rara mulai mengorek informasi dari Rara.
"Soalnya Andrew tuh orangnya baik banget Ra sama gue. Dia selalu sabar ngadepin sikap gue yang kadang kekanak-kanakan." jawab Inez dengan jujur.
"Kalau gue liat sih ya Nez, Andrew tuh typikal cowok posesif, bener gak?" tebak Rara.
"Emm... Belum tau ya Ra. Yang pasti Andrew tuh pencemburu orangnya." kata Inez.
"Bingo! Dasar bodoh! Itu rahasia besar kalian dan lo bocorin ke gue. Sekarang gue tau apa yang akan gue lakukan ke lo." senyum Rara dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Lusiana_Oct13
sok yakin mama vio dia kaga tau ank nya kyk apa 😂😂😂
2023-09-21
0
yati
oh. oh. o o. n
2022-06-21
0
Ardiansyah Gg
omaygot 😱... jahat banget 😡
2022-03-28
0