Malam Mingguan

Malam semakin larut. Obrolan antara Rara dan Inez pun sudah berakhir. Inez tertidur dengan pulas sambil memeluk lengan Rara.

Berbeda dengan Rara yang masih terjaga. Matanya menatap kosong langit-langit kamarnya. Tubuhnya amat lelah karena perjalanan dari asrama sampai ke rumahnya lumayan jauh. Ia juga ingin jatuh tertidur lelap namun apa daya matanya amat kering untuk dipejamkan.

Suara detak jam dan nafas teratur milik Inez menjadi penanda dunia ini masih berputar dan Rara masih berada di dalamnya. Rara melirik sekilas wajah Inez yang tertidur lelap dengan tangan yang terus memeluk lengannya.

Inez memang cantik dan selalu riang. Kepribadiannya yang ramah dan sopan membuat banyak orang menyukainya. Ia mudah bergaul karena itu Ia menjadi amat populer.

"Kenapa segala keberuntungan selalu ada di pihak lo, Nez? Kenapa enggak lo bagi sedikit aja keberuntungan lo buat gue? Semuanya lo miliki, apa yang enggak? Bokap lo selalu ada di rumah dan menemani lo serta mendidik lo sampai lo sebesar sekarang, sementara bokap gue? Bokap gue lo biarin pergi meninggalkan gue. Andai.... andai dulu lo gak kunciin gue di kamar, pasti gue akan bersama bokap gue sekarang. Menikmati hari-hari penuh cinta dan damai bersama Papa. Lo gak tau kan bagaimana hidup dengan Mama yang tempramennya keras dan arogan? Lo gak tau dan gak akan pernah tau, karena Tante Olive adalah ibu idaman setiap anak. Jangan salahin gue kalau gue benci sama lo. Lo yang udah merusak persahabatan kita. Lo yang udah merubah gue menjadi monster seperti sekarang." keluh Rara dalam hati.

Rara melepaskan pegangan tangan Inez lalu berbalik badan membelakanginya. Tak sudi Ia tidur sambil memeluk Inez. Tak lama Rara pun mulai merasa kantuk menyerangnya. Ia pun tertidur. Melepas semua kepenatan hari ini.

*******

"Pagi, Sayang!" sapa Mama Vio saat Rara turun dari tangga dan berjalan ke ruang makan.

"Pagi, Rara." sapa Inez yang sedang membantu Mama Vio menyiapkan sarapan pagi.

"Hoam! Pagi semuanya." Rara melewati Mama Vio dan Inez lalu berjalan menuju lemari dan mengambil sebuah gelas. Ia lalu menuangkan air putih dalam gelas lalu meminumnya.

"Ayo kita sarapan dulu Sayang." Mama Vio menarik kursi makan lalu duduk. Ia mengambil sepotong roti dan mengoleskan selai cokelat diatasnya lalu menaruh roti tersebut di piring yang sudah disediakan untuk Rara.

Rara menaruh gelas bekas minumnya ke dalam bak cuci piring lalu ikut bergabung di meja makan. Sudah tersedia segelas susu hangat dan roti isi cokelat yang baru saja Mamanya letakkan di piringnya. Rara mengambil roti tersebut dan memakannya.

Inez masih asyik mengoleskan beraneka selai di rotinya sebelum akhirnya memakan roti buatannya sendiri. Benar-benar Inez menganggap rumah ini seperti rumahnya sendiri.

Rara menatap Mama Vio yang pagi ini sudah rapi dengan kemejanya. Hari ini hari sabtu dan sepertinya Mama Vio akan pergi kerja.

Rara lalu melihat sebuah koper yang terletak di depan kamar Mamanya tersebut. "Mama mau pergi?" tanya Rara.

"Iya, Sayang. Mama mau ke luar kota hari ini. Maaf ya Sayang, Mama ada kerjaan dadakan dan mengharuskan Mama ke luar kota hari ini. Mama janji, Mama akan menemani kamu nanti setelah Mama pulang dari luar kota." janji Mama Vio.

"Iya, Ma. Santai aja Ma. Mama kan emang udah sering ke luar kota. Rara udah biasa, Ma." jawab Rara sambil mengunyah roti miliknya.

"Tapi Mama gak enak sama kamu. Kan kamu jarang pulang, tapi Mama malah pergi ke luar kota." kata Mama Vio dengan murung.

"Tenang aja, Tante. Kan ada Inez yang akan nemenin Rara." sahut Inez tiba-tiba memotong pembicaraan antara anak dan ibu tersebut.

"Apaan sih nih Anak. Nyahuuut aja kerjaannya. Sok iye banget jadi orang. Mau dibilang baik hati? Ikut campur aja urusan orang!" gerutu Rara dalam hati.

"Tante titip Rara ya, Nez. Tante janji akan secepatnya pulang. Atau Rara gantian nginep di rumah Inez aja, gimana?" tanya Mama Vio.

"Gak usah, Ma!" tolak Rara secepat kilat. "Rara baik-baik aja kok sendirian. Lagi juga Rara malu Ma nginep di rumah orang. Nanti malah gak bisa tidur." kata Rara beralasan.

"Yaudah kalau begitu mau kamu. Mama ikut aja deh. Kalau kamu butuh apa-apa minta tolong saja sama Tante Olive ya. Nanti Mama bilang sama Olive buat jagain kamu." pesan Mama.

"Iya, tenang aja. Rara udah gede, Ma. Udah mau lulus kuliah. Rara bisa kok mandiri." kata Rara dengan nada kesal. Kenapa Mamanya masih memperlakukannya sok baik kayak gitu. Biasanya juga marah-marah sambil bentak-bentak gak jelas. Apa ini pencitraan di depan Inez biar Mama terlihat sebagai Ibu yang baik?

"Baiklah, Mama jadi bisa tenang ninggalin kamu. Mama duluan ya karena penerbangan Mama pagi hari. Kamu jaga diri ya Sayang." Mama Vio lalu meninggalkan rumah, tak lupa mencium pipi Rara dulu sebelum pergi.

Tak lama Inez pun pamit pulang setelah sebelumnya membantu Rara mencuci piring bekas sarapan terlebih dahulu.

*****

Rara sedang menelepon kekasihnya Rio di dalam kamar. Tak sabar rasanya memberitahu kekasihnya kalau Mama Vio sudah berangkat ke luar kota, yang artinya Ia bisa hang out dan clubbing ke diskotek bersama sang kekasih semalaman tanpa ada yang mengganggu.

Rio adalah kekasih Rara sejak beberapa bulan lalu. Rio juga tinggal di asrama seperti Rara. Bedanya adalah asrama Rio khusus untuk anak laki-laki.

Rio bertemu Rara pertama kali di diskotek. Kebetulan malam itu malam minggu. Rio sama seperti Rara yang suka melanggar peraturan dan sering kabur dari asrama hanya untuk ke diskotek.

Malam itu Rio amat terpukau dengan penampilan Rara yang sedang Pole Dance. Rara ibarat bintang yang bersinar terang di diskotek tersebut.

Penampilannya yang memukau banyak menarik minat baik kaum Adam maupun kaum Hawa sekalipun. Ia begitu gemulai dan lentur memainkan tiang yang disediakan di diskotek tersebut.

Rio beberapa kali melihat Rara melakukan aksi Pole Dance namun tak berani mendekat. Hanya sekedar mengamati.

Suatu hari Ia memberanikan diri untuk berkenalan dengan Rara. Gayung pun bersambut. Rara pun tertarik dengan Rio yang tampan dan anak dari keluarga terpandang.

Mereka pun janjian akan bertemu setiap malam minggu. Beberapa kali pertemuan membuat diantara mereka timbul percikan api cinta. Rio lalu menyatakan cintanya dan diterima oleh Rara. Hubungan mereka awet sampai sekarang.

Hubungan Rara dan Rio berbeda dengan hubungan pacaran ala Inez dan Andrew. Rara dan Rio sudah melewati batas bahkan tak jarang mereka sampai check in di hotel. Sungguh berbeda dengan pacaran ala Inez dan Andrew kan yang paling mesra hanya berciuman saja?

"Sayang, I have a good news for you." kata Rara dengan penuh semangat.

"Apa?" tanya Rio.

"Mama aku lagi ke luar kota nih. Jadi aku bisa ketemu sama kamu." ujar Rara sambil tersenyum senang. Aura bahagia menyelimutinya. Sudah 2 minggu Ia tidak bertemu Rio karena sibuk ujian dan asrama sedang diperketat jadi susah baginya untuk kabur seperti biasa.

"Wow. Ini baru berita gembira. Gimana kalau aku nginep aja di rumah kamu? Jadi kita berduaan aja gitu dengan bebas, gimana?" usul Rio.

"Bukannya aku gak mau, Sayang. Kamu tau kan si Tukang Pamer tinggal di samping rumah aku? Tadi Mama udah memberi Ia amanat untuk menjaga aku, pasti Ia akan mengawasi rumah ini. Bisa-bisa kamu dilaporin ke Mama aku." kata Rara.

"Rese banget ya sahabat tersayang kamu itu?!" gerutu Rio.

"Ish... siapa yang sahabat tersayang? Big No." kata Rara dengan nada penuh jijik.

"Ha...ha...ha... Jadi makin penasaran aku sama sahabat kamu itu. Kapan-kapan kenalin aku ya sama Dia." pinta Rio.

"Untuk apa? Kamu mau kecentilan gitu sama Dia?" terdengar nada cemburu dalam ucapan Rara.

"Kamu cemburu ya? Tenang aja Sayang. Cuma kamu yang aku suka. Cuma kamu yang paling terlihat seksi apalagi kalau lagi mainan di tiang. Ah... aku jadi pengen check in nih." kata Rio dengan suara mesumnya.

"Hmm...begini aja. Nanti malam kita makan diluar habis itu kita clubbing, habis itu terserah kamu deh mau ajak aku kemana." goda Rara dengan suara centilnya.

"Bener ya? Pokoknya terserah aku ya? Kamu gak boleh loh ingkarin perkataan kamu!"

"Iya. Aku gak bakalan ingkar janji kok." janji Rara.

"Oke. Aku jemput jam 7 ya."

"Oke."

******

Rara sedang menatap wajahnya yang sudah cantik dengan gaun sexy berwarna merah. Ia memadupadankan dengan lipstik warna merah terang yang membuatnya makin terlihat sexy dan menggoda.

Baru saja Rara hendak meraih tas nya ketika terdengar sebuah ketukan di pintu. Tanpa menunggu dipersilahkan masuk, Inez pun langsung masuk saja ke dalam kamar Rara.

"Wow! Lo cantik banget, Ra. Mau pergi kemana dengan dandanan secantik ini? Hayoooo mau ngedate ya?" tebak Inez.

"Ngapain lagi sih nih anak gangguin gue terus. Muak gue lama-lama sama kelakuan lo. Hmm... mungkin ini saatnya gue bales perbuatan lo ke gue dulu. Gue bakal hancurin hidup lo, seperti lo hancurin hidup gue." gerutu Rara dalam hati.

"Mau ketemuan sama temen gue, Nez. Lo mau ikut?"

"Kemana? Mau sih tapi gue gak boleh kemana-mana sama Andrew. Dia lagi gak bisa ke rumah malam minggu ini jadi ya gue di rumah aja." jawab Inez.

"Terus lo nurut aja gitu apa yang Andrew suruh? Emangnya lo yakin Andrew gak lagi jalan-jalan di luar sana?" Rara mulai mengompori Inez.

"Ya mungkin Andrew lagi nongkrong sama teman-teman kampusnya kali." elak Inez.

"Kalau Andrew boleh nongkrong sama temennya kenapa lo gak boleh nongkrong sama gue dan teman-teman gue? Kalian kan masih pacaran, kok saling ngelarang sih? Kayak pasangan suami istri aja!" ujar Rara memanas-manasi.

"Bener juga sih apa yang Rara bilang. Kalau Andrew boleh nongkrong sama temannya kenapa gue gak boleh? Toh gue perginya sama Rara. Pasti Rara akan menjaga gue kan?" gumam Inez dalam hati.

"Oke. Gue ikut lo aja deh, Ra. Bosen gue malam mingguan di rumah aja." putus Inez kemudian.

"Nah gitu dong. Kita senang-senang. Kita masih muda, Nez. Nikmatin hidup. Jangan mau hanya terkekang oleh seseorang yang hanya berstatus pacar aja. Sudah sana lo ganti baju dan dandan yang cantik. Gue tungguin." kata Rara dengan penuh semangat. Ia senang rencananya berjalan mulus.

"Iya. Gue ganti baju dulu. Tungguin ya." Inez pun segera kembali ke rumahnya untuk berganti baju dan berdandan.

Sementara itu Rara langsung menelepon pacarnya yang saat ini sedang mengendarai mobil menuju rumahnya.

"Kenapa, Sayang? Gak sabar banget sih pengen ketemu aku." jawab Rio saat mengangkat telepon dari Rara.

"Bukan itu. Ada hal penting nih yang harus kamu kerjain."

"Apa?"

"Kamu ada temen cowok gak? Yang brengseek abis. Tapi tampangnya lumayan dan jangan sampai kelihatan banget brengseknya. Ada gak?" tanya Rara lagi.

"Buat apa?" tanya Rio bingung dengan permintaan pacarnya tersebut.

"Buat Inez. Aku mau balas dendam sama Inez malam ini. Aku udah bujuk Dia untuk ikut sama kita hari ini. Dan bodohnya tuh anak mau lagi. Gimana, ada gak temen kamu yang kayak gitu?" tanya Rara tak sabaran.

"Hmm... kayaknya ada deh. Sebentar." Rio menepikan dulu mobilnya di pinggir jalan dan mengirim pesan pada temannya. Setelah temannya setuju Ia pun segera memberitahu Rara namun sang pacar sudah bertanya duluan karena tidak sabar.

"Gimana?" tanya Rara.

"Beres. Jerry kebetulan lagi di cafe. Kita ketemu disana." jawab Rio.

"Oke."

Rara pun menutup sambungan telepon mereka.

*****

Rio terpukau dengan pemandangan di depan matanya. Bagaimana tidak, di depannya berdiri pacarnya yang terlihat sexy dan menggoda dan di sampingnya berdiri cewek cantik yang seperti bidadari.

Rio menutup mulutnya rapat takut ada air liur yang menetes setelah melihat pemandangan indah tersebut. Rio heran kenapa Rara amat membenci Inez, bahkan merencakan akan menghancurkan hidup Inez. Padahal menurut Rio, Inez adalah cewek cantik yang imut dan menggemaskan.

Rio mengajak Rara dan Inez masuk ke dalam mobilnya lalu mereka menuju cafe yang mereka rencanakan. Sesekali Rio melirik Inez yang duduk di kursi belakang dari kaca spion. Ada perasaan tak rela harus memberikan cewek secantik ini pada Jerry si Playboy Akut.

Kalau boleh memilih, Rio akan memilih memiliki Inez sebagai pacarnya. Inez terlihat cewek baik-baik, tidak seperti Rara yang bahkan tidak menolak saat Ia mengajak tidur bareng. Entah dengan siapa Rara melakukannya pertama kali. Satu yang pasti, Rio tak rela memberikan Inez pada Rio. Ia pun menyusun rencana sendiri dalam pikirannya. Rencana untuk membuat rencana yang Inez susun terlihat berhasil padahal sebenarnya gagal.

Rio memarkirkan mobilnya di parkiran gedung. Cafe yang mereka tuju terletak di lantai dasar gedung dan diskotek di lantai paling atas. Ada hotel juga yang terletak di samping diskotek. Suatu perpaduan tempat yang amat strategis untuk bersenang-senang.

Sama seperti Rio, Jerry pun terpesona pada penampilan Inez yang bak malaikat. Matanya pun tak lepas dari menatap Inez. Inez tak tahu bahwa dirinya sedang berada di sarang buaya.

Terpopuler

Comments

Lusiana_Oct13

Lusiana_Oct13

Adeeeeeehhh neeeezzzz km masuk kadang macan

2023-09-21

0

Santi Rahma

Santi Rahma

ko jdi aku yg deg deg an jgn semoga ga ada keajaiban

2022-10-05

0

Umi Bilqis

Umi Bilqis

kasihan Inez selamatkan lah dr org2 jahat

2022-05-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!