Suara langkah kaki membangunkan Gladys dari tidur nya yang sudah entah berapa lama. Gladys mencoba membuka kedua mata nya, pandangan nya yang nanar mencoba menatap tegas ke arah beberapa orang yang sedang berdiri memandangi dirinya yang tak berdaya.
Gladys mencoba untuk bangkit. Tetapi, apa daya tangan dan kaki nya terikat kuat oleh tali. Gladys menatap satu persatu laki-laki yang mengenakan Jas di depan nya. Seorang di antaranya seorang lelaki paruh baya dan bertubuh tambun yang sedang mengisap dalam-dalam cerutu nya.
"Bagus kerja mu anak muda." Ucap nya kepada lelaki yang sudah membawa Gladys ke tempat antah berantah itu. Lelaki muda yang telah membawa Gladys hanya tersenyum dengan ragu.
Lelaki tambun itu menatap Gladys dengan tatapan nakal, seakan lelaki itu akan melahap Gladys di pembaringan.
"Ternyata anak Anton cantik sekali." Ucap nya. Lalu, ia tertawa hingga gigi nya yang kecoklatan karena nikotin terlihat dengan jelas.
"Saya dimana? Apa mau kalian!" Ucap Gladys sambil menatap satu persatu lelaki yang berdiri di hadapan nya.
"Tidak perlu kamu tahu, kami hanya menjalankan tugas dan di bayar." Ucap lelaki paruh baya bertubuh tambun tersebut. Lalu, ia duduk di tepi ranjang dimana Gladys terbaring.
"Siapa yang menyuruh kalian! Aku akan memberikan berapa saja untuk kalian, asal kalian melepaskan ku!" Ucap Gladys yang terlihat semakin panik saat lelaki bertubuh tambun itu duduk di tepi ranjang.
"Kami bukan preman kelas teri Nona, kami mafia. Menyewa jasa kami sangat mahal dan kami sangat profesional. Berapa pun yang Nona tawarkan, kami tidak akan mengkhianati klien kami." Ucap lelaki tambun itu. Lalu, ia kembali mengisap dalam-dalam cerutu yang di tangan nya dan beranjak dari duduk nya.
"Ya sudah, kamu tangani dia. Sambil menunggu perintah klien selanjutnya." Ucap lelaki tambun itu kepada lelaki muda yang telah menculik Gladys.
"Baik Boss." Ucap lelaki muda tersebut sambil sedikit menunduk saat lelaki tambun itu berlalu di hadapan nya.
Pintu kamar itu pun tertutup rapat setelah lelaki tambun itu dan beberapa anak buah nya keluar dari kamar dimana Gladys di sekap oleh mereka.
Gladys menatap tajam lelaki berkemeja putih yang kini duduk di atas sofa yang berada di kamar tersebut. Kini Gladys dapat melihat mata lelaki itu dengan jelas. Lelaki itu terlihat sangat tampan, wajah nya terukir dengan sempurna.
Lelaki itu memiliki mata yang teduh tetapi tatapan nya terlihat sangat dingin. Hidung nya mancung dan tulang rahang nya terlihat sangat sempurna. Wajah nya bersih, lelaki itu lebih cocok menjadi lelaki baik-baik dari pada harus menjadi mafia.
"Apa alasan kalian menculik ku?" Tanya Gladys kepada lelaki itu.
Lelaki itu menatap Gladys dengan malas. Lalu, ia kembali menatap gawai nya.
"Hei! aku bertanya kepadamu! Apakah kamu tuli?" Tanya Gladys, kesal.
Lelaki itu kembali menatap Gladys. Lalu, ia memasukan gawai nya kedalam saku celananya.
"Aku tidak ada kewajiban untuk menjawab semua pertanyaan kamu. Lebih baik kamu diam, jangan bising. Atau aku akan menutup mulut mu dengan lakban." Ucap lelaki itu dengan suara khas nya yang terdengar dingin dan datar.
"Aku tidak tahu apa motif kalian. Tetapi, mau kah kamu melepaskan aku? Aku bisa memberikan kamu pekerjaan yang lebih baik dan aku bisa memberikan kamu uang berapa pun yang kamu mau." Bujuk Gladys.
Lelaki itu beranjak dari duduk nya. Lalu, ia pergi menuju kamar kecil yang berada di dalam kamar penyekapan tersebut.
"Hei! Bisakah kamu melepaskan ikatan yang ada di tangan dan kaki ku? Siapa nama kamu? Siapa yang menyuruh kalian?" Gladys tetap berusaha berkomunikasi dengan lelaki yang sudah mengacuhkan dirinya itu. Tetapi, ia tetap tidak mendapatkan jawaban apa pun.
Lelaki itu menutup rapat-rapat pintu kamar kecil itu dan beberapa saat kemudian, terdengar bunyi gemericik air.
"Seperti nya dia sedang mandi, ini adalah kesempatan ku!" Gumam Gladys.
Gladys berusaha untuk melepaskan ikatan di tangan nya. Dengan susah payah ia mencoba untuk lepas dari seutas tali yang melilit tangan nya dengan erat.
"Tuhan, ku mohon selamatkan aku." Gumam Gladys sambil terus berusaha melepaskan diri.
**
Suara Elektrokardiogram menggema di ruangan dimana Papa nya Gladys di rawat. Di samping ranjang nya terlihat Veronica yang sedang menunggu Anton yang sedang terbaring dengan lemah.
Veronica terus menggenggam tangan Anton yang terlihat agak sulit bernapas. Perlahan, Anton membuka kedua matanya dan menatap Veronica yang juga menatap dirinya dengan sorot mata yang sangat khawatir.
"Sayang, mana Gladys? Mengapa dia belum datang? Bukan kah kamu bilang dia akan datang?" Tanya Anton dengan suara yang terdengar sangat lemah.
Veronica menghela napas dengan berat. Lalu ia mulai menangis tersedu-sedu sambil memeluk tubuh Anton yang terbaring di atas ranjang.
"Sayang, Gladys menghilang. Dia sudah tiba di Indonesia kemarin. Tetapi, saat ia di jemput oleh supir kita, Gladys sudah tidak ada di bandara. Dan dia tidak pernah sampai di rumah kita sayang." Ucap Veronica.
"Apa!" Anton terlihat sangat terkejut dan menatap Veronica dengan tak percaya.
"Maksud mu apa Vero?" Tanya Anton lagi.
"Sayang, Gladys menghilang. Aku tidak tahu dia ada di mana sekarang, aku sudah meminta Bryan untuk melaporkan menghilangnya Gladys ke polisi."
Anton memegang dada nya sambil menahan sakit yang teramat sangat yang sedang ia rasakan. Sontak saja Veronica menjadi panik dan langsung menekan tombol nurse call yang terletak di samping bantal Anton.
Beberapa saat kemudian, Dokter dan beberapa perawat datang untuk memeriksa keadaan Anton. Veronica pun di minta untuk menunggu di luar selama Anton di tangani oleh tenaga medis.
Dengan berderai air mata, Veronica pun keluar dari ruangan itu. Lalu, ia terduduk lemas di kursi tunggu di depan ruang rawat inap Anton.
**
"Apa yang kamu lakukan?"
Suara lelaki itu, membuat Gladys yang sedang berusaha untuk melepaskan diri terperanjat dan langsung menatap lelaki itu.
Gladys terpana saat melihat tubuh lelaki itu yang hanya terlilit selembar handuk di bagian pinggang hingga lutut nya. Terlihat jelas otot perut dan lengan nya yang membuat wanita mana pun menjadi terpesona.
Lelaki itu berjalan mendekati Gladys sambil mengeringkan rambut nya yang basah dengan handuk kecil. Jantung Gladys berdetak begitu kencang saat lelaki itu berdiri di samping ranjang.
"Jangan lakukan hal yang membuat ku akan membunuh mu." Bisik lelaki itu tepat di telinga Gladys. Gladys bergidik ngeri saat mendengar ucapan lelaki itu.
Setelah lelaki itu memeriksa ikatan tangan dan kaki Gladys, lelaki itu pun pergi menuju arah lemari tua yang ada di dalam kamar tersebut. Lalu, ia memakai kemeja dan celana panjang bahan yang baru saja ia ambil dari dalam lemari.
"Aku akan membawa makanan untuk mu. Jangan lakukan hal yang bodoh selama aku tidak berada di ruangan ini." Ucap lelaki itu. Lalu ia pergi meninggalkan Gladys sendirian di dalam kamar tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
nobita
sepertinya nanti Gladis akan jth cinta pd laki laki itu.. bener kan thor?? laki laki yg menculik nya
2021-12-09
2
Putrie Rahardjoe
spertinya mama tiri nya dech dalang nya
2021-08-17
4
Yani SNA
dalangnya sapa yah.. penasaran..
2021-05-23
1