“Aku dengar rumah sakit ini sudah banyak menerima mayat dengan keadaan dan kondisi yang sama. Tapi tetap tidak ada tindakan dari rumah sakit?” tanya Abraham memojokkan dokter yang terkesan belagu itu.
Dokter itu melihat Abraham rasanya ingin memukul dan melempar mereka keluar dari rumah sakit itu.
“Pak Abraham, seperti yang sudah saya katakan sebelum nya, kalau….
“Cukup. Saya akan menyelidiki kasus ini. Dan anda dokter….. Devran, orang pertama yang akan kami interogasi.” Ucap Abraham yang mulai kesal dengan tingkah dan perilaku dokter yang memandang nya remeh.
“Apa? Siapa sebenar nya anda?” tanya dokter yang sudah mulai panik.
“Saya adalah KOMPOL (Komisaris Polisi) Abraham Evano. Dan rekan saya AKP (Ajun Komisaris Polisi) nama nya Adley.” Jawab Abraham dengan yakin dan bangga.
Sepasang mata Devran melotot seperti hendak keluar karena terkejut kalau dia berhadapan dengan seorang KOMPOL dan AKP secara bersamaan.
Abraham dan Adley tahu, kalau sekarang dokter yang sombong itu mulai ketakutan.
“Kalau anda mau bekerja sama dengan kami dengan mengatakan kejadian ini dengan benar, maka kami akan sangat senang hati dan melindungi anda.” Janji Abraham.
“Bagaimana ini? Kenapa ada mereka di sini? BRIGJEN (Brigadir Jenderal Polisi) saja tidak pernah berani menyelidiki kasus ini. Tapi kenapa bawahan nya berani?” gumam Devran.
“Tapi kalau anda tidak mau, kami terpaksa akan melakukan dengan cara kasar dan paksa.” Ancam Abraham dengan sinis.
Dokter itu bisa melihat keseriusan dari Abraham yang menakutkan itu, tatapan nya yang sangat tajam melihat nya.
*******
Arshinta dan Satmaka bersama Rakha sedang berada di sebuah toko kue dan es krim. Arshinta dan Rakha makan makanan yang manis, sementara Satmaka hanya kopi yang tidak terlalu manis.
Arshinta bercanda dan tertawa bahagia bersama Rakha. Seperti ibu dan anak.
Diam-diam, Satmaka melihat nya. Walaupun pura-pura melihat arah pandang yang lain.
“Jadi, siapa kau sebenar nya?” tanya Satmaka meletakkan gelas kopi nya.
“Aku adalah Arshinta Kirani Rameses, tapi kau bisa memanggil ku dengan panggilan Shinta.” Jawab Arshinta memakan eskrim nya.
“Shinta?” gumam Satmaka merasa seperti pernah mendengar nama itu.
“Apa pekerjaan mu? Dan apa yang kau lakukan tadi di taman?” tanya nya lagi penasaran.
“Aku seorang guru TK, tadi habis beli eskrim, terus lihat anak kamu menangis dengan luka gores di lutut nya. Aku hanya berusaha
menenangkan nya agar tidak menangis, bukan untuk menculik nya. Begitu loh cerita nya.” Ucap Arshinta dengan nada meledek.
“Kakak, pancake ini enak banget. Coba kakak makan…” Rakha menyendokkan potongan pancake cokelat itu ke mulut Arshinta.
Shinta menerima nya dengan membuka mulut nya lebar, sehingga makanan nya masuk semua.
“Mmmm….. ternyata enak banget ya. Kakak sangat suka.” Ucap Shinta mengunyah nya.
“Iya, Aka juga suka…suka…” Rakha mengangkat tangan nya yang masih memegang sendok, sangat bersemangat sekali.
“Makan nya pelan-pelan ya, lihat nih, belepotan di mulut nya. Sini biar kakak bersih kan dulu.” Shinta mengusap dengan jari telunjuk nya, membersihkan di sekitar bibir Rakha.
Rakha yang masih sibuk memotong-motong pancake, memakan setengah, dan berganti lagi dengan memakan jenis yang lain.
“Kamu itu kayak kakak ya, belum habis makanan yang ini, makan lagi yang lain. Hahahahahaha…..” ucap Shinta mengusap kepala Rakha.
Rakha pun kembali tertawa kecil.
“Seperti nya kau menyukai anak kecil ya?” tanya Satmaka dengan tingkah Arshinta.
“Iya, mungkin karena aku anak paling kecil di keluarga ku.” Jawab nya memakan makanan nya.
“Apa kau sudah menikah?” tanya Satmaka penasaran namun berusaha biasa-biasa saja.
“Belum. Kenapa? Apa kau mau melamar ku? Oh iya… kau kan sudah menikah ya. Sorry deh, aku enggak mau jadi pelakor.” Shinta menjawab dengan santai.
“Siapa…. Yang mau melamar mu. Kau sangat percaya diri sekali.” Satmaka merasa gugup dan grogi.
“Tapi itu kok wajah nya merah ya….” Reflex Shinta memegang pipi Satmaka.
Satmaka terkejut dengan sentuhan yang mendadak di berikan Shinta.
“Apa yang kau lakukan? Jangan sembarangan memegang diri ku.” Satmaka yang salah tingkah, berusaha menghindar dengan mengusap pipi yang baru di sentuh Shinta.
“Sorry, aku enggak sengaja. Soal nya gemes aja lihat wajah kamu yang merah kayak tomat yang tinggal di petik terus di makan.” Ledek Shinta dengan tersenyum kecil.
“Kau……
“Rakha sudah pernah makan tomat merah gak?” tanya Shinta mengalihkan pembicaraan Satmaka yang merasa kesal.
“Belum peynah kak.”jawab Rakha sibuk mengaduk-aduk pancake hingga hancur.
“Sekali-sekali coba makan lah, rasa nya enak loh. Ajak papa kamu yang gampang marah ini untuk makan tomat bersama.” Sindir nya pada pria yang menatap nya dengan kesal.
Rakha melihat papa nya.
“Papa mau makan tomat dengan Aka?” tanya anak kecil itu berharap.
“Oh… iya nak. Nanti lain kali kita makan… tttooommaaattttt ya.” Ucap nya meledek Arshinta.
Arshinta hanya tersenyum dan tertawa kecil.
*******
“Dokter tadi sangat sombong sekali ya. Bikin kesal saja. Rasa nya ingin aku beri pukulan saja.” Ucap Adley.
“Sabar, orang sabar pantat nya lebar…….
“Waduuhhhh…. Apaan tuh.” Adley terkejut dengan candaan dari sahabat nya.
Mereka pun tertawa bersama.
“Abraham, apa kau tidak merasa ada yang ganjil dalam kasus ini?” tanya Adley.
“Tentu saja. Dari cara dia tadi bicara, tatapan mata nya yang menganggap kita rendah. Aku sudah tahu itu.” jawab Abraham.
“Lalu kenapa kau bisa diam dan tenang begitu saja? Bagaimana kalau nanti dia akan kabur dan mencari pertolongan, aku yakin, bukan cuma dia saja yang terlibat dalam kasus ini.” Ucap Adley yang duduk mengendarai mobil
nya.
“Aku sengaja memberikan nya waktu untuk bernafas sedikit. Justru aku ingin tahu, apa dan dengan siapa nanti yang akan ikut campur untuk membela dan berusaha menutupi kasus ini lagi.” Ucap Abraham yang duduk di sampingnya.
“Wah, kau sangat hebat sekali ya. Pantas saja kau bisa cepat naik sampai posisi KOMPOL, masih muda tapi otak dan cara mu luar biasa.” Puji Adley dengan bangga.
“Aku tidak bisa menutup mata dengan ketidak adilan. Apapun itu, aku akan berusaha mengungkap nya, walaupun bukan urusan ku.” Ucap nya yakin.
“Kalau papa ku beda lagi, dia akan ngamuk kalau keluarga nya saja yang di sakiti, tapi kalau yang lain nya, akan di abaikan.” Gumam nya sambil tersenyum kecil.
“Oh ya, bagaimana dengan adik mu Shinta? Aku dengar dia jadi guru TK ya?” tanya Adley mengganti topik pembicaraan.
“Iya. Dia lebih suka dengan anak-anak dari pada berkas-berkas perusahaan. Dan kami tidak ada yang bisa melarang nya, apalagi
papa ku. Kau tahu kan bagaimana sayang nya papa ku itu pada nya.” Ucap Abraham
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 282 Episodes
Comments
On fire
🩶🩶🩶🩶
2024-11-03
0
On fire
❤️🩹🤍💓🤍🤍
2024-11-03
0
Icha Inun
ina kemana thor ga gabung disini eritanya?
2021-11-10
1