Abraham Evano dan Adley berpikir, apa motif di balik pembunuhan yang sadis ini.
“Ini karena pelaku nya tahu kalau perumahan itu rendah kepedulian terhadap apapun, apalagi kalau itu bukan dari bagian mereka.” Tebak Abraham.
“Ada benar nya juga. Dan ternyata, bukan cuma kali ini saja ada penemuan mayat di sana. Ini sudah ketiga kali nya terjadi.” Ucap Adley.
“Sudah tiga kali? Lalu apa kata pihak kepolisian yang mengurusi kasus itu?” tanya Abraham yang keheranan.
“Yahhhh, mereka hanya bilang kalau kasus itu sedang mereka selidiki, tapi sampai sekarang tidak ada keterangan lain. Bahkan mereka
menganggap ini sudah selesai.” Jawab Adley.
“Kenapa bisa begitu? Dan pihak keluarga korban? Apa ada kabar dari mereka?” Abraham yang merasa kesal dengan cara kepolisian yang lambat bergerak.
“Bahkan dari pihak korban tidak ada kabar sama sekali, seperti mereka juga hilang.”
Abraham menggelengkan kepala nya.
“Di mana mayat nya sekarang?” tanya Abraham.
“Di rumah sakit, di bagian kamar mayat. Tidak ada yang melakukan otopsi, terbengkalai seperti itu saja.”
“Ayo kita segera kesana. Ini membuat ku sangat kesal dan marah.” Abraham ingin segera memeriksa apa yang terjadi.
“Tapi, bukan kah adik mu akan datang? Oh ya Abraham, sebaik nya kau juga harus beritahu dengan nya agar lebih berhati-hati di luar. Kau dan adik mu kan masih baru di kota ini. Jangan sampai nanti adik mu……
Adley menghentikan kalimat nya saat mendapatkan tatapan tajam dari rekan nya.
“Aku tahu. Dan aku tidak akan membiarkan itu terjadi lagi pada nya.” Dengan suara pelan, Abraham teringat dengan kejadian saat adik nya di culik.
“Tapi kau tenang saja, si Arshinta itu tangguh, bisa bela diri, bisa menggunakan senjata, dia turunan banget dari papa kami. Ckckckckckckc…..”
“Hahahahaha…. Tapi tetap saja kau harus memperingati nya kan.” Adley menepuk pelan bahu rekan nya itu.
Abraham menganggukkan kepala nya.
Tidak lama kemudian Arshinta datang dengan membawa bungkusan makanan.
“Wah…. Panjang umur juga nih, baru di omongin udah datang.” Ledek Adley.
“Kalian sedang membicarakan ku ya? Pasti tentang kecantikan ku ini kan?” Arshinta mengibaskan rambut dengan percaya diri.
Dua pria itu menggelengkan kepala secara bersamaan.
********
Setelah selesai makan malam, Satmaka mengantarkan Rakha ke kamar nya untuk tidur.
Membaringkan nya perlahan. Agar tidak bangun, diusap kepala anak nya itu dengan lembut.
“Papa jangan peygi, papa bobok dengan Aka.” Pinta Rakha mengigau dan menarik tangan Satmaka.
“Papa tidak pergi sayang, papa di sini. Papa akan temani kamu tidur.” Pria itu mengambil posisi tidur di samping Rakha.
*****
Pagi hari kemudian, cuaca yang cerah di hari minggu. Satmaka menghabiskan waktu bersama putera nya Rakha. Tidak ada yang tinggal di rumah besar itu selain Rakha, Satmaka dan beberapa pengurus rumah.
“Papa, ayo ke taman. Aka mau main di taman, makan es krim juga.” Ajak Rakha menarik tangan Satmaka yang sedang membaca koran.
“Iya iya, kita ke taman ya.” Pria itu menutup koran nya dan pergi menggandeng tangan Rakha.
Mereka bertiga termasuk Nova yang menjaga Rakha pun ikut.
Dengan menggunakan mobil.
******
“Aku lagi beli es krim nih, kakak mau?” Arshinta dalam perjalanan menghubungi Abrraham saat mengemudi mobil.
“Tidak usah, aku kan tidak suka dengan yang manis. Kau berhati-hati di luar, sudah kakak kasih tahu kan tentang berita penculikan
itu?” Abraham memperingati Arshinta.
“Iya, aku sudah tahu. Lagi pula ini di tempat yang ramai kok, jadi tidak mungkin ada penculik kan. Tenang saja kak. Sudah ya, aku udah mau sampai nih. Mau parkirkan mobil nya dulu.”
Berketepatan dengan Satmaka yang juga memarkirkan mobil nya. Arshinta turun lebih dulu.
“Yeeee…. Taman… taman….”
Satmaka menjawab panggilan telepon nya, dan Rakha di jaga Nova pengasuh Rakha.
“Mba Nova, ayo main itu.” Rakha menarik tangan Nova menuju salah satu permainan perosotan.
Nova mengikuti nya.
Dia menjaga dan memeprhatikan saat Rakha bermain dengan sangat semangat dan senang.
Turun, naik lagi begitu terus di ulang-ulang.
Merasa aman, Nova duduk tidak jauh dari anak asuh nya. Hanya posisi nya yang berbalik membelakangi Rakha.
Dan pengasuh Rakha pun menerima panggilan telepon dari kekasih nya.
Saat dia menjawab, tanpa di sadari, dia berjalan menjauh dari Rakha yang masih senang bermain.
*****
“Aku heran, kenapa kak Vano tidak suka dengan eskirm? Padahal ini kan sangat enak. Dan ada banyak rasa. Sama seperti papa, mereka tidak suka dengan yang manis. Tapi kak Vano suka pedas, sama seperti mama, dan aku tidak suka pedas sama seperti papa. Aku rasa tidak ada yang salah sih. Itu nama nya saling melengkapi.” Arshinta menyendokki eskrim kemulut nya.
“Hhhhhuuuuuhhhhhuuhhhuuuu……hhhhuuuhhhuu…….”
“Ada yang nangis? Suara anak kecil, siapa?” Arshinta pergi mencari asal suara yang tidak jauh berada dari nya.
“Kamu kenapa menangis? Ada apa?” Arshinta bertemu dengan Rakha yang berjongkok sambil menangis.
Rakha tidak menjawab, dia hanya menundukkan wajah nya sambil memegang lutut yang tergores akibat jatuh.
“Dek, lutut kamu kenapa? Sini biar kakak lihat dulu. Pasti sakit kan?” gadis itu menggendong Rakha dalam pelukan nya.
Sekarang Arshinta duduk di semen yang berbentuk tempat duduk. Dia pangku anak itu yang masih memegang lutut nya.
“Coba kakak lihat ya, pasti ini sakit kan.” Arshinta melihat luka yang di tutupi tangan Rakha.
“Ya ampun ini kenapa sampai begini? Kamu habis ngapain tadi?” Arshinta terkejut melihat luka yang mengeluarkan darah.
“tadi Aka habis main pelosotan, teyus jatuh.” Rakha dengan polos nya menjawab sambil menangis.
“Ya udah, jangan nangis lagi ya. Mana orang tua kamu?” Arshinta yang melihat sekitar, hanya ada beberapa anak kecil bermain dengan orangtua nya juga.
“Papa lagi bicaya di teyepon. Mba Nova Aka tidak tahu ada di mana.” Jawab Rakha dengan terbata-bata karena mulut nya yang kecil.
Arshinta mengambil tisu dari tas nya, dan membersihkan wajah Rakha yang penuh dengan keringat.
“Baju kamu basah karena keringat. ”dengan sabar di usap nya.
“Kakak, itu es krim?” Rakha melihat ada eskrim Arshinta yang di letakkan di samping nya.
“Iya, apa kamu mau?” tanya Arshinta.
Anak itu menganggukkan kepala nya.
“Ini, makan lah. Kakak baru makan dua sendok kok tadi.” Eskrim yang berukuran sedang itu langsung di terima Rakha dengan senang.
Beberapa sendok sudah masuk ke dalam mulut Rakha.
“Rakha, apa yang kamu makan?” Satmaka marah saat anak nya memakan Sesuatu dari orang yang tidak di kenal nya.
“Papa…..”
Satmaka dan Arshinta saling melihat.
Satmaka yang merasa sangat marah karena mengira kalau Arshinta adalah seorang penculik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 282 Episodes
Comments
On fire
💗🤎🩶💞
2024-11-03
0
On fire
❤️🩹🤍🤍
2024-11-03
0
Bullan Gheisya
wahhhhhhh🙂🙂🙂keren
2022-01-09
0